Kepemimpinan Positif dalam Perspektif Buddhis Dipankara

Dewasa ini khususnya di Indonesia tindakan kriminal semakin meningkat dan tindakan kejahatan merajalela dimana-mana, perbuatan-perbuatan itu seperti pemerkosaan, pencurian, pembunuhan, penjarahan, korupsi, konflik sosial dan lain sebagainya, hal itu bisa dilihat dalam berbagai berita yang ada di media cetak atau elektronik. Sebenarnya konflik selalu mendatangkan berbagai macam penderitaan, tidak ada konflik yang mendatangkan keuntungan. Penderitaan itu antara lain, banyak orang kehilangan harta benda dan bahkan banyak yang meninggal dunia, anak-anak terlantar dan kehilangan sanak keluarga, lingkungan menjadi rusak, dan lain sebagainya. Bahkan baru-baru ini terjadi kasus di Jakarta Utara yaitu konflik makam Mbah Priok yang menelan banyak korban jiwa, luka-luka, dan kerugian materi yang besar. Banyaknya kasus-kasus sepeti ini membuat warga semakin resah, takut, bimbang, dan mengalami krisis kepercayaan. Salah satu penyebab timbulnya konflik adalah kurangnya kesejahteraan masyarakat.

Masalah ekonomi merupakan hal yang paling rawan menyebabkan tindakan yang melanggar norma yang berlaku di masyarakat sebab manusia bisa nekat melakukan hal yang buruk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam hal ini peran pemimpin atau pemerintah sangat penting dalam meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Tetapi dalam hal ini kita sebagai generasi penerus juga harus ikut memikirkan bagaimana mencari jalan yang terbaik untuk memecahkan suatu masalah yang timbul dalam masyarakat. Dan yang harus kita ketahui adalah akar dari masalah itu sendiri. Dalam cakkavati Sihanada Sutta, Sang Buddha menasihati kita, bahwa segala sesuatu pasti ada sebabnya.

Diceritakan pada zaman dahulu kala ada seorang Maharaja Dunia (Cakkavati) bernama Dalhanemi yang sangat dicintai dan dihormati oleh rakyatnya karena kejujurannya, memerintah berdasarkan kebenaran, raja dari empat penjuru dunia, penakluk, pelindung rakyatnya, pemilik tujuh macam permata. Ketujuh permata itu adalah: cakka (cakra), gajah, kuda, permata, wanita, kepala rumah tangga dan penasihat. Ia memiliki keturunan lebih dari seribu orang yang merupakan ksatria-ksatria perkasa, penakluk musuh. Ia menguasai dunia sampai ke batas lautan, yang ditaklukkan bukan dengan kekerasan atau dengan pedang, tetapi dengan kebenaran (Dhamma).

Seiring berjalannya sang waktu, tibalah saatnya Maharaja Dalhanemi mewariskan tahta kerajaan kepada anaknya yang tertua; dengan memberikan beberapa nasihat untuk raja yang baru diangkat, supaya negeri yang dipimpinnya itu bisa harmonis, masyarakat bisa bahagia dan tentram dengan menjalankan kewajiban-kewajiban sebagai raja yang baik. Nasihat tersebut berbunyi: “Anakku, hiduplah dalam kebenaran; berbakti, hormat dan bersujudlah pada kebenaran, pujalah kebenaran, sucikanlah dirimu dengan kebenaran, jadikanlah dirimu panji kebenaran dan tanda kebenaran, jadikanlah kebenaran sebagai tuanmu. Perhatikan, jaga dan lindungilah dengan baik keluargamu, tentara, para bangsawan, para menteri, para rohaniwan perumah tangga, para penduduk kota dan desa, para samana dan petapa, serta binatang-binatang. Jangan biarkan kejahatan terjadi dalam kerajaanmu”.

Bila dalam kerajaanmu ada orang yang miskin, berilah dia dana. Anakku, apabila para samana dan petapa dalam kerajaanmu meninggalkan minuman keras yang menyebabkan kekurang-waspadaan dan mereka sabar serta lemah lembut, menguasai diri, menenangkan diri, serta menyempurnakan diri mereka masing-masing, lalu selalu datang menemuimu untuk menanyakan kepadamu apa yang baik dan apa yang buruk, perbuatan baik dan perbuatan buruk, perbuatan yang pantas dilakukan dan perbuatan yang tidak pantas dilakukan, perbuatan yang bermanfaat dan perbuatan yang tidak bermanfaat di masa yang akan datang; kau harus mendengar apa yang mereka katakan dan kau harus menghalangi merekaberbuat jahat serta anjurkanlah mereka untuk berbuat baik. Anakku, inilah kewajiban Maharaja yang suci. “karena Raja Cakkavatti yang harus dinobatkan memerintah dengan jujur dan adil, maka rakyat hidup dalam kedamaian.

Karena rakyat hidup damai, maka Negara pun bisa maju dan berkembang. Hal demikian ini berlangsung dalam kurun waktu yang sangat lama dalam banyak generasi. Peralihan dari raja kepada anaknya, raja yang tua memberikan nasihat kepada anaknya untuk memerintah kerajaannya, akan tetapi raja yang baru ini tidak pernah menemui petapa untuk menanyakan roda kehidupan maharaja yang suci. Dengan ide dan caranya sendiri, ia memerintah rakyatnya. Kerajaan yan diperintah seperti itu, yaitu cara yang berbeda dengan apa yang rakyat ikuti dulu, menjadi tidak sukses seperti yang biasa dicapai dimasa raja-raja terdahulu yang melaksanakan kewajiban maharaja yang suci dari seorang raja Cakkavatti. Apabila raja tidak lagi memperhatikan rakyat, maka kemerosotan moral akan meluas, karena dana-dana tidak diberikan kepada orang-orang miskin, maka kemelaratan akan meluas, mencuri, melakukan kekerasan, membunuh, berdusta, memfitnah, berzinah, berkata-kata kasar dan membual, iri hati dan dendam,memiliki pandangan sesat,berzinah dengan saudara sendiri,serakah dan memuaskan nafsu,hingga kurang berbakti kepada orang tua,kurang hormat kepada para samana dan pertapa dan kurang patuh kepada para pemimpin.Karena hal-hal ini berkembang dan meluas,maka batas usia kehidupan manusia pada masa itu berkurang……(Cakkavattisihanada Sutta).

Jika pemimpin tidak memimpin dengan bijak dan adil,maka konflik akan muncul dan berkembang dalam tatanan masyarakat. Banyak yang mengatakan bahwa kapan “ratu” adilnya datang untuk memimpin kita,supaya kita menjadi tenang,tidak was-was,supaya negara kita menjadi negara yang maju dan berkembang seperti negara lain. Ada satu hal yang diinginkan oleh kita semua yaitu memiliki figur pemimpin yang adil, bijak dan berwibawa, memiliki ilmu pengetahuan dan memiliki tata susila sebagai seorang manusia yang bijak. Hendaknya seorang pemimpin mencari kebahagiaan demi rakyatnya. Dengan adanya perhatian dan dukungan kepada rakyat maka kedamaian akan muncul. Dengan adanya kedamaian, maka masyarakat bisa bekerja setiap hari, maupun negara menjadi maju dan berkembang, tidak menjadi negara yang miskin. Inilah yang diharapkan oleh kita semua.

Pemerintah yang mengabaikan kebenaran niscaya akan tergulingkan. Sungguh baik apabila kepala pemerintahan yang menjalankan kepemerintahannya dengan berlandaskan pada kebenaran. “Dalam hal ini,seorang penguasa dunia, raja yang adil dan luhur yang bergantung pada hukum kebenaran sebagai panji, bendera dan kekuasaannya. Dialah yang memberikan perlindungan, naungan, keamanan bagi ksatria yang melayaninya; bagi bala tentaranya, bagi para brahmana dan perumah tangga, bagi penghuni kota dan desa, bagi para petapa dan brahmana, bagi binatang dan burung.”

“Seorang penguasa dunia, raja yang adil dan luhur yang dengan demikian memberikan perlindungan, naungan dan keamanan bagi semuanya. Dialah yang berkuasa dengan berdasarkan hanya pada kebenaran.” (Anguttara Nikaya: 3.14)

Sebagai generasi muda Buddhis tentu kita paham apa yang harus dilakukan mengingat dalam Cakkavattisihanada sutta sudah cukup jelas bagaimana menjadi seorang pemimpin yang arif bijaksana serta dapat mengayomi masyarakat.

Suatu masalah akan selesai apabila seorang pemimpin dapat memahami dengan jelas permasalahannya dan juga dapat mencari solusi yang bijaksana dalam penyelesaiannya. Selain itu seorang pemimpin juga dapat membangun tim kepemimpinan yang positif. Pada zaman modern ini hanya sedikit pemimpin yang sempurna, karena sekarang ini tidak seorangpun memenuhi semua syarat untuk menjadi seorang pemimpin. Tidak hanya di dalam suatu Negara saja yang membutuhkan seorang pemimpin, dalam lingkup kecil juga membutuhkan seorang pemimpin yang jelas dan bijaksana. Oleh sebab itu, apabila ingin menjadi pemimpin yang sukses hendaknya mempunyai tujuan-tujuan yang jelas karena pemimpin adalah seorang visioner, “seorang yang mampu melihat apa yang dapat dicapai serta merumuskannya dengan jelas sebagai visi. Pemimpin seperti ini juga mampu melihat peluang dalam keadaan krisis. Mereka mulai dari tujuan, kemudian bergerak ke awal, dan memperjelas strategi untuk mencapai tujuan tersebut.

Pemimpin yang seperti ini cenderung lebih memperhatikan tujuan jangka panjang, daripada tujuan jangka pendek. Mempunyai sikap mendukung dan suka memuntut”. Seorang manajer manusia, “seorang yang dapat membangkitkan keberanian, mempersatukan, dan memberikan motivasi”. Seorang pelaksana, “seorang yang dapat mewujudkan visi yang bagus menjadi tindakan nyata dan meraih hasil positif, seorang visioner mengerti apa yang harus dikerjakan sedangkan seorang pelaksana mengerti cara mengerjakannya”. Seorang pemimpin juga harus dapat menyelami kebutuhan-kebutuhan serta keinginan anggotanya, dari keinginan-keinginan itu dapat dipetik kehendak-kehendak yang realistis dan yang benar-benar dapat dicapai serta dapat meyakinkan anggotanya mengenai apa yang menjadi kehendak mereka, mana yang realistis dan mana yang sebenarnya merupakan khayalan. Dapat menemukan jalan yang dapat ditempuh untuk mencapai dan mewujudkan kehendak-kehendak tersebut. Cukup banyak tugas seorang pemimpin agar dapat terciptanya keadaan dan kondisi yang aman dan nyaman.

Pemimpin tidak akan terlepas dari keberadaan organisasi, karena seorang pemimpin inilah yang memegang kemudi dalam sebuah organisasi, baik itu organisasi formal maupun informal. Dalam Agama Buddha, pemimpin adalah sebuah kontrak sosial dengan rakyat dan bertugas mengembangkan tatanan masyarakat yang lebih baik, yakni tidak hanya untuk mencapai kesejahteraan duniawi, namun juga mengarahkannya kepada kedekatan cita-cita kehidupan manusia menuju menjadi lebih baik dan menjauhi sifat-sifat buruk (Priastana).

Ciri-ciri tertentu yang dimiliki oleh seorang pemimpin Buddhis adalah dengan mengembangkan Jalan Mulia Berunsur Delapan yang meliputi tiga kelompok yaitu: kelompok Panna (kebijaksanaan), Sila (moralitas), Samadhi (konsentrasi). Kelompok panna (kebijaksanaan) terdiri dari: (1). Pemahaman benar, yaitu pengetahuan akan sifat sejati kehidupan; pemahaman atas Empat Kesunyataan Mulia. (2). Pikiran Benar, yaitu pikiran yang bebas dari sensualitas, niat buruk, dan agresi. Kelompok Sila (moralitas) terdiri dari: (3). Ucapan benar, yaitu pantang dari kebohongan, ucapan kasar, dan perkataan yang tak berguna. (4). Tindakan Benar, yaitu pantang dari pembunuhan, pencurian, dan perbuatan seksual yang menyimpang. (5). Penghidupan Benar, yaitu menghindari segala bentuk penghidupan yang melibatkan pengrusakan dan eksploitasi makhluk lain. Kelompok Samadhi (konsentrasi) terdiri dari: (6). Usaha Benar, yaitu melatih pikiran untuk menghindari keadaan mental yang tidak bermanfaat dan mengembangkan keadaan mental yang bermanfaat. (7). Perhatian Benar, yaitu mengembangkan kekuatan perhatian dan kesadaran terhadap empat dasar perhatian; tubuh, perasaan, pikiran, dan fenomena mental. (8). Konsentrasi Benar, yaitu pengembangan pikiran yang terpusat.

Bagaimanapun seorang pemimpin, tentu mereka mempunyai kriteria-kriteria tersendiri antara lain, ia mempunyai kelebihan-kelebihan, lebih kuat, lebih pandai. Lebih memiliki kualitas pribadi yang unggul, serta lebih memiliki kualitas pribadi yang unggul, serta lebih memiliki kesempatan dari pada orang lain. Seorang pemimpin mendapat mandat untuk bekerja memenuhi keperluan orang banyak. Kekuasaan yang dimiliki hanya dalam rangka memenuhi kewajiban sebagai seorang pemimpin. Dalam pandangan Buddhis pemimpin tidaklah beda dengan bawahan. Pandangan mengenai martabat dan derajat dari perlakuan yang sama pada semua manusia, menunujkkan sifat agama Buddha yang demokratis.

Dalam sebuah organisasi, hubungan antara pemimpin dengan bawahannya tidak akan berjalan dengan lancar tanpa didasari dengan komunikasi yang baik diantara keduanya. Sang Buddha mengajarkan tentang bagaimana komunikasi harus dilakukan agar pahala dan manfaat duniaiwi dan hakiki akan diperoleh sekaligus. Duniawi artinya, komunikasi dengan sesama manusia akan berjalan dengan lancar dengan semakin bertambahnya kalyanamitta (sahabat baik). Dan hakiki adalah kebahagiaan yang akan diperoleh pada kehidupan mendatang.

Dalam wilayah kepemimpinan mencangkup dua lingkup gerak, antara pemimpin dengan yang dipimpin. Tanpa adanya seorang pengikut, sudah tentu tidak akan ada seorang pemimpin. Karena itu seorang pemimpin yang melaksanakan tugas dan member pengarahan pada anggota-anggota sehingga anggota-anggota itu merasa puas, dengan demikian membuat perorangan dan kelompok dapat mencapai tujuan organisasi (Tambunan, 1998:41). Seorang pemimpin mempunyai peran yang sangat penting di dalam organisasi, megendalikan serta merencanakan kegiatan-kegiatan organisasi untuk mencapai kesuksesan dan tujuan. Dengan demikian, maka seorang pemimpin dalam suatu kelompok merupakan mata rantai yang bertugas sebagai penghubung antara satu dengan yang yang lainnya di dalam suatu organisasi.

Seorang pemimpin yang partisipatif suka berkonsultasi dengan bawahannya, membawakan kepada mereka permasalahan-permasalahan pekerjaan, mengajak mereka sebagai satu unit kerja untuk memecahkan permasalahan-permasalahan yang terdapat di dalam unit itu. Dalam kegiatan itu bukan berarti pemimpin bersikap otoriter, bukan pula seorang pemimpin yang bebas kendali tanggung jawabnya. Moralitas adalah dukungan moral yang paling baik dan sangat bermanfaat bagi seorang pemimpin, karena seorang pemimpin akan mempunyai wibawa di depan anggotanya atau karyawannya apabila memiliki moral yang baik. Berpikir positif dan tidak menjadi seorang pemimpin yang otoriter juga kan mendukung tingkat kinerja seorang pemimpin akan lebih baik.

Selain itu akan dapat meraih cita-cita dan tujuan untuk meningkatkan kualitas diri. Untuk mengembangkan diri, seorang harus menganalisa kekuatan dalam diri masing-masing yang cocok dengan bakat yang dimiliki. Akan menjadi luar biasa apabila melakukan sesuatu sesuai dengan bakat yang dimiliki dan cocok dengan kondisi saat ini. Pada zaman sekarang ini apabila tidak mempunyai kualitas diri dan talenta yang baik akan sangat sulit untuk masuk menjadi seorang pemimpin, banyak yang ingin menjadi seorang pemimpin tetapi tidak memiliki kualitas yang baik itu akan merugikan organisasi ataupun usaha yang akan didirikannya.

Untuk menjadi sukses seseorang perlu menganalisis keadaan geografi dan kondisi waktu yang cocok untuk mengembangkan diri. Menyangkut wibawa dan kharisma seorang pemimpin yang bijak dan tegas.bagi seorang pemimpin ditekankan untuk bersikap professional serta bertindak bijak dan tegas agar bisa mencapai hasil yang maksimal dalam memimpin suatu organisasi atau perusahaan-perusahaan yang dipimpinnya. Hanya dengan memiliki jati diri, ketegasan, kedisiplinan, tanggung jawab, kepercayaan diri dan mempunyai keyakinan, maka seorang pemimpin dapat meraih kesuksesan. Selanjutnya adalah mengenai hukum organisasi. Hukum tentang kedisiplinan dan struktur organisasi yang jelas. Seseorang harus bisa mendisiplinkan diri setiap saat dalam menjalankan hukum. Kalau hukum dapat berjalan dengan benar, maka kualitas yang ada dalam diri kita akan menyedot kekuatan yang ada diluar sehingga akan tercipta kekuatan yang luar biasa. Kemajuan akan dicapai oleh mereka yang dapat mendisiplinkan diri sendiri. Apabila seseorang memiliki jati diri dengan kualitas kepemimpinan tersebut, maka hidup akan menjadi cemerlang, berkembang, dan berhasil meraih tujuan yang dihasilkan bersama.

Hubungan seorang pemimpin dengan bawahan juga sangat berpengaruh bagi kepemimpinannya. Dalam Sigalovada Sutta juga dijelaskan tentang kewajiban majikan terhadap bawahannya, terdapat lima cara seorang atasan/majikan memperlakukan para karyawan/pembantu, seperti yang terdapat didalam Digha Nikaya iii.189-192, Sigalovada Sutta. (1)memberikan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya, (2) memberikan upah yang sesuai, (3) memberikan perawatan ketika mereka sakit, (4) sekali-sekali memberikan mereka hadiah yang istimewa, (5) memberikan cuti atau liburan pada saat yang sesuai. Dengan adanya lima cara seorang majikan memperlakukan bawahannya tersebut, maka dapt diterapkan didalam sebuah kelompok atau organisasi. Inti dari hal-hal di atas adalah terselenggaranya suatu pemerintahan yang jujur, adil, berwibawa, serta berjuang keras untuk kemakmuran orang banyak.

Tanpa adanya prinsip-prinsip tersebut, maka tidak akan tercapai pemerintahan yang jujur, adil, berwibawa seperti yang diharakan. Jadi sebagai seorang pemimpin yang bijaksana harus dapat mengayomi bawahannya, melindungi dan berpikir positif. Karena seorang pemimpin yang cakap selalu membuat tujuan organisasi yang dipimpinnya menjadi jelas dan terarah, oleh sebab itu hubungan antara pimpinan dan bawahan harus senantiasa dijaga dan harus ada suatu hubungan yang harmonis agar tercipta suasana yang nyaman. Karena apabila keadaan suasana baik akan menghasilkan pekerjaan yang baik dan akan tercipta kondisi yang positif. Seorang pemimpin harus dapat berkomunikasi dengan bawahannya, dan juga dengan atasannya. Komunikasi yang lancar dapat mengurangi frustasi, mencegah frustasi dan mencegah timbulnya berbagai macam masalah. Selain komunikasi yang tepat guna juga akan menghilangkan perbedaan pengertian diantara pemimpin dan bawahan atau diantara para bawahannya sendiri.

Seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya harus mampu melaksanakan beberapa hal yaitu, pertama berinisiatif, apabila ia memasuki satu situsi lalu duduk menunggu orang yang akan dating kepadanya, maka tidak akan banyak orang yang dapat berinteraksi dengan dia. Kedua mampu menyatakan dengan jelas kemauan untuk bekerja sama. Ketiga mengkomunikasikan peasaan dan pemikiran dengan orang-orang yang diajak bekerja sama, yaitu dengan atasan maupun dengan bawahan. Keempat memiliki rasa simpati kepada mereka yang diharapkan dapat memimpin. Ia harus mampu menempatkan diri dalam situasi orang lain untuk merasakan bagaimana melakukan tugas kepemimpinan yang positif itu. Kelima seorang yang brinisiatif dan original, ia muncul dengan satu penampilan yang dibawakan oleh dirinya sebagai seorang pemimpin. Kemampuan yang dimilikinya untuk memecahkan masalah yang timbul, akan meentukan kepemimpinan orang itu. Keenam menjadi seorang pelayan, seorang pemimpin yang lebih berhasil dalam menjalankan tugas kepemimpinannya adalah yang mau melayani dalam kelompoknya, tidak mendominasi kelompok atau memaksa mereka untuk melakukan apa saja yang diinginkan (Tambunan)

Setiap orang yang tergabung di dalam sebuah kelompok maupun organisasi mempunyai kedudukan yang berbeda. Perbedaan kedudukan ini berhubungan dengan jabatan yang mereka peroleh sesuai dengan kemampuan masing-masing. Seorang pemimpin memiliki kekuasaan untuk mengatur orang lain. Kekuasaan itu tampak ketika ia berusaha memaksakan keinginannya kepada orang lain, sehingga memuaskan hatinya. Seorang penguasa berusaha ingin mengubah dunia, menjadikannya sesuai dengan keinginnya. Hampir tidak terpikir bagaimana mengubah dirinya sendiri.

Didalam Dhammapada menyatakan bahwa:

Tidak seharusnya seseorang berbuat salah hanya karena kepentingan dirinya sendiri ataupun karena kepentingan orang lain; pun hendaknya ia tidak menginginkan putra, kekayaan jabatan atau kesejahteraan diri sendiri dengan cara yang tidak benar. Hendaknya ia memiliki Sila (pekerti), panna (kebijaksanaan) dan Dhamma (kebenaran). (Dhammapada:84)

Diharapkan kepada masyarakat untuk memilih pemimpin yang mampu untuk mewujudkan cita-cita kelompok, organisasi, bangsa dan Negara. Upaya ini dapat diwujudkan melalui pemilihan seorang pemimpin yang berkualitas serta menjunjung tinggi kejujuran, keadilan dan mengutamakan kepentingan masyarakat daripada kepentingan individu. Diharapkan kepada pemerintah untuk ikut melaksanakan tugasnya dengan sungguh-sungguh dan dapat dipercaya oleh rakyat. Upaya ini dapat diwujudkan melalui menjalankan pemerintahan dengan bersih dan berwibawa, sehingga dalam hal ini pemimpin dapat memberikan contoh atau teladan kepada masyarakat. Apabila di dalam suatu system kepemimpinan, menjalankan tugas kepemimpinannya dengan baik, maka apa yang menjadi tujuan dan cita-cita dari kelompok maupun organisasi tersebut dapat tercapai dengan baik. Diharapkan kepada tokoh agama, khususnya Agama Buddha mampu menumbuhkan sifat atau jiwa kepemimpinan yang didasarkan pada syarat yang terkandung dalam nilai Agama Buddha sesuai dengan Sigalovada Sutta dan Dasa Raja Dhamma seorang pemimpin.

Referensi:
Dhammananda, Sri.  Keyakinan umat Buddha. Bandung: Yayasan penerbit Karaniya.
Sutarno, skripsi. Peran pemimpin ditinjau dari sigalovada sutta.
Pegg, Mike.  Kepemimpinan positif. Jakarta pusat: Percetakan PT. Sapdodadi.
Tim penerjemah. Kotbah-Kotbah Panjang Sang Buddha dgha nikaya. Dhamma Citta Pers.