Hormati Dan Tinggalkan “Guru Sesat & Ajaran Menyimpang!” (敬及離 邪師外道)

(Tulisan artikel dari berbagai sumber dirangkum oleh YM  Bhikshu Tadisa Paramita Mahasthavira)

Pendahuluan

Hyang Buddha berkata: 末法時期,邪魔外道如恒河沙 (artinya: jaman kemerosotan Dharma, aliran sesat, iblis Mara dan aliran menyimpang bagaikan sebanyak pasir di sungai Gangga). Saat sekarang ini jamannya kemerosotan Buddhadharma, sehingga banyak guru-guru aneh dan guru-guru sesat yang bergelar kesucian tinggi dari berbagai aliran sudah banyak bermunculan. Bagi orang yang sudah mempelajari banyak kitab suci tentu mengenal siapa mereka itu, dan sudah bisa membedakan mana ajaran benar, ajaran sempalan dan ajaran kesesatan. Sedangkan bagi umat awam yang baru saja tertarik dengan keunikan dan keunggulan agama Buddha, ingin menjadi umat Buddha tentu belum bisa membedakannya. Untuk memberikan informasi, klarifikasi, edukasi, pencegahan dan antisipasi supaya umat awam tidak tergoda, tidak tertarik, tidak terpengaruh, tidak terseret dan tidak terjerat ke dalam ajaran menyimpang, maka kiranya perlu ada tulisan artikel yang mengupas dan mengungkapkan masalah, sebab dan akibat kesesatan. Juga pada saat seseorang mulai mantap dan teguh melatih diri pasti banyak gangguan dan rintangan baik datang dari dalam dirinya maupun datang dari unsur di luar. Pepatah buddhis yang popular mengatakan: 末法時期,邪師說法,如恆河沙 (Disaat kemunduran Dharma, guru sesat  yang membabarkan Dharma bagaikan sebanyak pasir di sungai Gangga). ;  道高一尺, 魔難一丈 {Kesucian tinggi sejengkal (satu kaki), rintangan Mara setinggi 3 1/3 meter (sekitar sepuluh kaki)}. Melihat perkembangan dan kondisi demikian maka perlu adanya pembabaran Dharma yang berani untuk mengangkat permasalahan ini kepermukaan supaya diketahui disadari oleh para umat Buddha. Adapun maksud dan tujuan tulisan ini di angkat ke permukaan untuk melindungi, lestarinya kemurnian dan perkembangan agama Buddha, sekaligus untuk tercapainya keselamatan dan kebahagiaan semua makhluk di jalan Buddha. Diharapkan para pembaca dapat mengembangkan  minat untuk meneliti, memahami dan mengambil hikmah yang terbaik dari tulisan artikel ini.

Kehidupan Spiritual
Pergunakan akal sehat adalah syarat utama kemajuan kehidupan spiritual. Kehidupan spiritual yang benar seharusnya bukan hanya sekedar kepercayaan membuta dan doa-doa, bukan juga hanya sekedar kepasrahan, pemujaan serta upacara ritual, apalagi hanya sekedar filsafat dan teori. Paling parah adalah bisnis dan politik atas nama agama, ini sama sekali bukan kehidupan spiritual. Kehidupan spiritual yang benar haruslah merupakan proses belajar, praktik dan hasil.  Dalam proses belajar termasuk juga analisa, pengujian serta pembuktian. Proses praktik dilakukan dalam kesempatan-kesempatan khusus dan juga dalam setiap kegiatan hidup sehari-hari.  Proses pencapaian hasil dapat dirasakan di setiap langkah secara bertahap sampai pada satu saat tercapainya tujuan akhir dari kehidupan spiritual, yaitu: pembebasan total- Pencerahan sempurna- Kesucian. Setiap langkah dalam proses tersebut dapat dicerna oleh akal sehat. Tanpa dimulai dengan akal sehat kehidupan spiritual seseorang akan cenderung tersesat ke dalam khayalan karena ia memang memulainya dengan khayalan, bukan dengan kebenaran.

Niat mau menekuni  belajar dan praktik agama Buddha itu baik, tapi bila tidak mendapatkan guru dan pembinaan yang salah malah dikhawatirkan bisa menambah keruwetan baru dan mengacaukan kehidupan. Untuk mengetahui, mencegah dan menghindari kesalahan memilih guru, pembinaan dan dampaknya, silakan diperhatikan nasehat ini: Mendapatkan guru spiritual yang tidak benar akan menambah kebodohan umatnya. Seorang guru yang menyandang gelar kesucian palsu membius logika kesadaran umatnya. Teoritis agama yang yang diajarkan tidak realita  akan menyesatkan umatnya. Praktik religious yang tidak efektif  akan membahayakan umatya. Mengembangkan sekte ajaran yang menyimpang berdampak dunia akan kembali diselimuti kabut kegelapan.

Perbedaan utama ajaran Buddha & ajaran yang menyimpang
Ajaran Buddha yang benar harus mencari kebenaran Dharma dan kesucian ke dalam dirinya sendiri; bila mengarah dan mencari keluar maka di sebut menyimpang. Ajaran untuk mencari dharma (kebenaran dan kesucian) keluar maka disebut aliran menyimpang.

Ajaran para Buddha adalah: “Jangan berbuat bodoh dan jahat; Sempurnakan segala kebajikan; Sucikan hati dan pikiran”. Berbuat bodoh dan jahat kelak terlahir di alam 3 celaka (alam binatang, alam setan kelaparan, alam neraka); Berbuat kebajikan kelak terlahir di alam 3 kebajikan (alam dewa, alam manusia, alam asura); Sucikan hati dan pikiran  kelak memasuki Nirvana atau terlahir di surga Sukhavati. Di dalam Sutra Hua Yen Cing (Avatamsaka Sutra), dikatakan: “Membina segala perilaku kebajikan tapi tidak mengembangkan Bodhicitta adalah perilaku Mara (iblis)”. (Pengertian Bodhiccita sangat luas maknanya tapi umumnya di artikan ke- atas mencapai kesempurnaan Buddha, ke-bawah menolong semua makhluk). Seseorang yang melakukan banyak kebajikan tapi ia tidak mengembangkan Bodhicitta (kesucian) maka kelak ia akan terlahir di alam asura (Mara); Seseorang yang melakukan banyak kebajikan sekaligus mengembangkan Bodhicitta (kesucian), realitanya sekarang ia menjadi Bodhisattva, kelak setelah terakumulasi karma kebajikan yang berlimpah ia akan mencapai kesempurnaan menjadi Buddha. Seperti kita ketahui, ada sebab tentu akan berakibat. Begitupula segala perbuatan kebajikan yang beraneka ragam akan berakibat rupa dan kondisi yang berbeda pula. Contohnya: bila kebajikan yang disertai  pamrih kelak akan terlahir sebagai manusia; Kebajikan yang disertai hawa nafsu dan kelicikan kelak akan terlahir sebagai asura (Mara); Kebajikan yang disertai kemelekatan kelak akan terlahir menjadi dewa; Kebajikan yang disertai kesucian maka kelak ia menjadi Bodhisattva. (Kebajikan yang disertai kesucian bermakna melakukan segala kebajikan tanpa disertai 3 corak, yaitu: tiada ‘Sang Aku’ yang melakukan kebajikan; tiada ‘Penerima’ kebajikan; dan tiada ‘Wujud’ Kebajikan yang dilakukan: Sebutan perilaku kebajikan murni ini dikenal dengan nama ‘San Luen Thi Khung’, “Ying Kwo Pu Khung”, artinya tiga perwujudan intinya sunya, tapi hukum karma tidaklah sunya;  Maksudnya adalah walaupun wujud karmanya sunya tapi hukum pembalasan karma tidaklah sunya)

Di dalam Satthu Sasana Sutta (Anguttara Nikaya VII. 80), Sang Buddha menjelaskan kepada Yang Arya Upali: “Upali, jika engkau mengetahui tentang hal-hal tertentu: ‘Hal-hal ini tidak membawa menuju perubahan sepenuhnya, hilangnya nafsu, penghentian dan kedamaian, menuju pengetahuan langsung, pencerahan spiritual dan Nibbana’ – dari ajaran-ajaran seperti itu engkau bisa merasa yakin: Ini bukan Dhamma; ini bukan Vinaya; ini bukan Ajaran Sang Guru”. “Tetapi Upali, jika engkau mengetahui tentang hal-hal tertentu: ‘Hal-hal ini membawa menuju perubahan sepenuhnya, hilangnya nafsu, penghentian dan kedamaian, menuju pengetahuan langsung, pencerahan spiritual dan Nibbana’ – dari hal-hal semacam itu engkau bisa merasa yakin: Inilah Dhamma; inilah Vinaya; inilah Ajaran Sang Guru.

Dalam Gotami Sutta (Anguttara Nikaya VIII. 53), Sang Buddha menjelaskan kepada Y.A. Mahapajapati Gotami: “Bila, Gotami, engkau mengetahui hal-hal secara pasti: ‘Hal-hal ini menuju pada nafsu, bukan pada tanpa-nafsu; pada kemelekatan, bukan pada tanpa-kemelekatan; pada pengumpulan, bukan pada pelepasan’; pada memiliki banyak keinginan, bukan pada memiliki sedikit keinginan; pada ketidakpuasan, bukan pada kepuasan; pada suka berkumpul, bukan pada kesendirian; pada kelambanan, bukan pada kebangkitan semangat; pada kehidupan yang mewah, bukan pada kesederhanaan – tentang hal-hal ini engkau bisa merasa pasti: Ini bukanlah Dhamma; ini bukanlah Vinaya; ini bukanlah Ajaran Sang Guru”.

“Tetapi, Gotami, bila engkau mengetahui hal-hal secara pasti: ‘Hal-hal ini menuju pada tanpa-nafsu, bukan pada nafsu; pada tanpa-kemelekatan, bukan pada kemelekatan; pada pelepasan, bukan pada pengumpulan; pada memiliki sedikit keinginan, bukan pada memiliki banyak keinginan; pada kepuasan, bukan pada ketidakpuasan; pada kesendirian, bukan pada berkumpul; pada kebangkitan semangat, bukan pada kelambanan; pada kesederhanaan, bukan pada kehidupan mewah’ – tentang hal-hal ini engkau bisa merasa pasti: Ini adalah Dhamma; ini adalah Vinaya; ini adalah Ajaran Sang Guru (Buddha)” (Bila diperhatikan makna dan pengertian yang terkandung dan tersirat dalam Gotami Sutta adalah: Bila seorang sramana (praktisi)  berpakaian mewah, berkendaraan mewah, hidup mewah, tinggal di vihara mewah, mempergunakan perlengkapan mewah, maka sramana (praktisi) tersebut hidupnya tidak sesuai dengan Dhamma. Sebaliknya seseorang sramana (praktisi) berpakaian sederhana, berkendaraan sederhana, hidup sederhana, tinggal di vihara sederhana, mempergunakan perlengkapan sederhana, maka sramana tersebut hidup sesuai dengan Dhamma).

Pengertian Aliran Menyimpang & Ajaran Kesesatan
外道”為梵文底體加(Tirthaka)意譯,原指佛教以外的宗教、學派,本無貶義。後來才有了“心遊道外”的詮釋,便帶有非正道乃至邪道的意味。佛典中分外道“為佛法外外道”、“附佛法外道”、“學佛法成外道”三類(見《摩訶止觀》卷九等. Aliran menyimpang dalam bahasa Sansekerta adalah “Tirthaka”. Petunjuk awalnya ditujukan di luar agama Buddha, yaitu ajaran lain dan sekte lain yang disebut ajaran keluar (tulisan ini bukan merendahkan), setelah itu baru ada penjelasan lengkap yaitu hati mencari kesucian di luar, mudah membawa bukan jalan kesucian benar sampai mengarah pikiran bodoh di jalan kesesatan. Di dalam kitab suci Buddha aliran menyimpang keluar dibagi: Aliran menyimpang di luar Buddhadharma; Aliran menyimpang yang mendompleng Buddhdharma (diluar berkedok agama Buddha tapi di dalam ajaran menyimpang); Belajar Buddhadharma kemudian menjadi aliran menyimpang (Praktik dharma tanpa memahami inti sari dharma pasti mudah menyimpang keluar) (Lihat kitab Mo He Ce Kuan bab ke 9)
外道之種類甚多
諸經論所舉外道之種類甚多,一般指富蘭那迦葉、末迦利瞿舍梨子、刪阇耶毘羅胝子、阿耆多枳舍欽婆羅、迦羅拘陀迦栴延、尼乾陀若提子等六師外道及數論、瑜伽、勝論、正理、聲論、吠檀多等六派哲學。此外尚有下列之分類:

(一)外道四執,又作外道四見、外道四計、外道四宗、四種外道。系外道就諸法之一、異、常、無常等所執之妄見,可由三方面說明:
(a)妄執’法’之一、異,據外道小乘四宗論載,有:1.一切法同一論,如數論外道之說。 2.一切法別異論,如勝論外道之說。 3.一切法亦同一亦別異論,如尼犍子外道之說。 4.一切法非同一非別異論,如若提子外道、邪命外道之說。
(b)妄執世間之常、無常,據大智度論卷七載,有:1.世間一切恆常論,2.世間一切無常論,3.世間一切亦恆常亦無常論,4.世間一切非恆常亦非無常論。
(c)妄執因果之有、無,據三論玄義載,有:1.邪因邪果論,如大自在天外道之說。 2.無因有果論,如常見外道之說。 3.有因無果論,如斷見外道之 說。 4.無因無果論,如否定因果道理之外道之說。此外,瑜伽師地論卷六十五,自’我’與’蘊’之’即’、’離’問題,分為多種主張;而中觀論疏卷七本,則自’苦’之自作、他作等觀點,分為四執。

(二)六苦行外道,據北本涅槃經卷十六載,指自餓外道、投淵外道、赴火外道、自坐外道、寂默外道、牛狗外道(學習牛、犬,而祈求升天之外道)等六種苦行外道。

(三)外道十六宗,又作十六異論、十六外道、十六計。據大乘法苑義林章卷一載, 即:(1)因中有果宗,如雨眾外道(或稱雨際外道)之說。(2)從緣顯了宗,如聲論、數論之一派說。(3)去來實有宗,如勝論、時論外道之說。(4)計我實有宗,如數論、勝論、離係等一切之外道及小乘犢子部之說。(5)諸法皆常宗,如數論外道等之說。(6)諸因宿作宗,如離系外道(又作宿作外道、宿作因論師)之說,亦即耆那教之主張。(7)自在等因宗,如大自在天外道之說。(8)害為正法宗,主張為食肉而殺生者為正法。(9)邊無邊等宗,如主張世界之有邊、無邊等之說。(10)不死矯亂宗,如珊阇耶(梵San~jaya)之詭辯論。(11)諸法無因宗,如無因外道之說。(12)七事斷滅宗,如斷見外道之說。(13)因果皆空宗,如空見外道、邪見外道之說。(14)妄計最勝宗,如婆羅門至上之說。(15)妄計清淨宗,如現法涅槃外道等之說。(16)妄計吉祥宗,如曆算外道主張祭祀日月、星宿等為吉祥。

(四)二十外道,據外道小乘涅槃論載,其中亦包括小乘佛教,即:小乘外道論師、方論師、風論師(風仙論師)、韋陀論師、伊賒那論師、裸形外道論師、毗世師論師、苦行論師、女人眷屬論師、行苦行論師、淨眼論師、摩陀羅論師、尼犍子論師、僧佉論師、摩醯首羅論師、無因論師、時論師、服水論師、口力論師、本生安荼論師等。

(五)三十種外道,據大日經卷一、大日經疏卷一載,指:時外道、地等變化外道、瑜伽我外道、建立淨外道、不建立無淨外道、自在天外道、流出外道、時外道(與前述之時外道有異)、尊貴外道、自然外道、內我外道、人量外道、遍嚴外道,壽者外道、補特伽羅外道、識外道、阿賴耶外道、知者外道、見者外道、能執外道、所執外道、內知外道、外知外道、社怛梵外道、意生外道、儒童外道、常定生外道、聲顯外道、聲生外道(以上二種外道又合稱為聲外道)、非聲外道。
(六)外道所執之六十二見,係出自長阿含卷十四梵動經、梵網六十二見經、大毘婆沙論卷一九九。列舉如下:
(a) 有關過去(本劫本見)之分別見(有十八種):
(b) 有關未來(末劫末見)之分別見(有四十四種):
其他如大佛頂首楞嚴經卷十、大品涅槃經憍陳如品、法華文句記卷十一等對此亦舉有多種之分類。
(七)九十六種外道之算法,據大毘婆沙論卷四載,六師外道各有弟子十五人,以一師出十五種異見,六師則出九十種異見;又師之法與弟子不同,故九十弟子加上六師,則為九十六種派別,以此喻外道之多。涅槃經卷十則作九十五種之說,此外尚有種種異說。其他之外道,如:順世外道、出家外道(相對於在俗外道而言,出家之外道稱為出家外道)、塗灰外道(獸主外道)、附佛法外道(依附佛教而主張邪義者)、迦婆離(梵Kabari^,結鬘)外道、二天三仙、三外道、十三外道、外道十一宗、三種外道等多種。
此外,諸經論中,將各種外道大別為兩大類,一為外外道,一為內外道。外外道泛指佛教以外之各種教法、學派,與廣義之’外道’同義。內外道則指附於佛法或佛教內之妄執一見者,或不如法修行者。
邪教:Ajaran sesat adalah ajaran yang merusak dan mengacaukan pandangan, pikiran dan kehidupan  normal dan sehat umat manusia, seperti mengajarkan kesurupan massal, zina massal, atau bunuh diri massal. Para Nabi besar mengajarkan segala kebaikan untuk keselamatan dan kebahagiaan semua makhluk, sedangkan Mara iblis sebaliknya melakukan segala kejahatan untuk mencelakakan dan menciptakan kebodohan dan penderitaan semua makhluk.

「違反善良風俗的就是『邪教』。殺生害命的是邪教,主導色情的是邪教,教導賭博的是邪教。pelanggaran moralitas tradisi kebajikan adalah ajaran sesat; membunuh dan mencelakan makhluk adalah ajaran sesat; mengumbar hawa nafsu adalah jaran sesat; mengajarkan orang gemar berjudi adalah ajaran kesesatan.

一、傷害別人生命,甚至傷害自己生命,是邪教的特徵之一。 (此點最重要)
二、擾亂公共秩序,破壞戒律法律,是邪教的特徵。
三、障礙人之善事,是邪教的特徵。
四、修行要愈修愈清淨,如果愈修愈煩惱,是邪教的特徵。 (要改變修法)
五、慾望要愈來愈少,慾望愈來愈多,是邪教的特徵。
六、只求名聞利養,現實的利益為重,只要錢,是邪教的特徵。

1.    Merusak kehidupan orang lain, atau bahkan menyakiti kehidupan mereka sendiri, merupakan salah satu ciri-ciri kesesatan. (Hal ini yang paling penting).
2.    Gangguan publik, merusak norma sila, dan hukum, adalah ciri-ciri kesesatan.
3.    Merintangi orang berbuat untuk urusan kebajikan adalah ciri-ciri kesesatan.
4.    Membina diri seharusnya makin lama harus makin murni, bilamana makin lama makin galau adalah ciri-ciri kesesatan. (harus merubah cara melatih diri).
5.    Nafsu harus makin lama makin berkurang, bila nafsu makin lama makin banyak adalah ciri-ciri kesesatan.
6.    Hanya memohon nama, berita, keuntungan untuk mendapatkan realita  kepentingan sesaat adalah ciri-ciri kesesatan.

邪教與傳統宗教的差異, perbedaan antara ajaran sesat dan ajaran agama pada umumnya.
邪教, ajaran sesat adalah:
第一, 反正統性 : berkarakteristik anti kebenaran umum.
第二, 反現世性: berkarakteristik anti kehidupan sekarang (normatif).
第三, 反社會性 : berkarakteristik anti sosial-kemasyarakatan.
第四, 反政府性 : berkarakteristik anti pemerintah.

佛經法:『一切鬼神假借佛菩薩名義,來自稱自己是某佛某菩薩降世降筆,這都是外道之鬼神所為,莫上鬼神當。』Buddha Sutra Dharma menjelaskan: semua setan dan dewa menggunakan kepalsuan meminjam nama dan kebenaran Buddha dan Bodhisattva, datang dengan menyebut diri sendiri sebagai Buddha apa atau Bodhisattva apa, untuk turun ke dunia atau masuk ke dalam pena, ini semua adalah perilaku yang menyimpang yang dihendaki oleh setan dan dewa, jangan sampai kemasukan (kesurupan) setan dan dewa. (maksudnya: jangan tertipu oleh kedok kepalsuan dan diperdaya oleh setan dan dewa tersebut).

邪師外道
佛說大乘金剛經論; 佛告文殊師利菩薩。世間多有邪師外道。不知善惡因果。不達輪迴報應。一向狂心信邪。倒見尊命神鬼。行鬼教法。誑惑世人。廣殺豬羊牛馬。禽獸畜生身命。自貪食 肉。妄稱祭天祭地。祭神祭鬼。求福求壽。保家保身。托鬼為由。干人財食。又有書鬼符牘。傳授世人。妄稱功力。度人生天。要人財物。活自邪命。若殺命救得命。王侯常在世。若符牘能度人。邪師得上天。世上迷人。信此邪見。大家相連。同入地獄。一失人身。萬劫難復。何以故。求福莫過齋戒布施。求壽莫過不殺放生。求慧莫過廣學多聞。求安莫過省禁是非。是故欲求正道。莫信邪師。欲出輪迴。莫犯因果。罪福報應。如影隨形。邪正道殊。苦樂各異。

Guru Sesat dan Aliran Menyimpang
Di dalam Abhidharma Ta Shen Cing Kang Cing Luen, Hyang Buddha memberitahukan kepada Manjusri Bodhisattva: Di dunia begitu banyak guru sesat dan ajaran menyimpang, tidak mengetahui perbedaan antara kebajikan dan kejahatan dan hukum sebab akibat, tidak memahami dan mengatasi siklus tumimbal lahir dan pembalasannya. Hatinya selalu cenderung mempercayai kesesatan, pandangannya terbalik dan tunduk patuh kepada dewa nafsu dan setan jahat. Melaksanakan ajaran setan untuk membodohi orang-orang duniawi. Menganjurkan dan ajarkan untuk membunuh babi, kambing, sapi,kuda dan binatang binatang lainnya punya nyawa. Dirinya sendiri rakus memakan daging tapi ucapannya dusta untuk persembahan kepada langit dan bumi, mempersembahkan ritual kepada dewa dan setan untuk memohon berkah rejeki dan usia panjang, melindungi keluarga dan kesehatan tubuh. Alasan mengandalkan kekuatan setan hanya untuk mendapatkan uang dan makanan. Praktik lainnya membuat simbol lambang gaib dibilah bambu (kayu yang ditulis dan ditancapkan untuk memanggil atau mengusir roh halus untuk mendatangkan nasib buruk atau kemalangan) memberikan kepada orang dunia. Mendustai ini adalah gaib dan kekuatan yang dapat menolong orang terlahir di surga. Ambisinya hanya mau uang dan harta orang lain sehingga melaksanakan kehidupan salah seperti membunuh nyawa untuk menolong nyawa lain. Saat para raja dan pembesar masih ada, kalau kertas “Fu” dan “symbol gaib” dapat menolong orang, maka guru sesat sudah terlahir di surga. Di dunia banyak orang bodoh. Mempercayai orang-orang yang memiliki pandangan sesat, sehingga banyak orang terbawa bersama-sama memasuki neraka. Sekali kehilangan tubuh mananusia puluhan ribu kalpa sulit diperoleh kembali. Mengapa demikian? Memohon berkah rejeki seharusnya melaksanakan Atthasila dan banyak berdana. Memohon usia panjang seharusnya tidak membunuh melainkan banyak melepaskan hewan. Memohon kebijaksanaan seharusnya banyak belajar dan mendengar. Memohon keselamatan (ketentraman) seharusnya tidak melanggar hokum dan tidak menciptakan masalah. Oleh karena itu, bila berhasrat memohon di jalan kebenaran, janganlah percaya kepada guru sesat. Berhasrat ingin keluarkan dari siklus tumimbal lahir jangan melanggar hukum sebab-akibat. Pembalasan karma buruk atau baik bagaikan bayang-bayang yang mengikuti corak. Jalan sesat atau benar mendatangkan perbedaan kondisi derita atau bahagia.

外道六师
佛說大乘金剛經論; 文殊師利菩薩問佛。云何是外道六師。世尊曰。如來滅後。多有波旬入我法中。住我寺院。剃頭被褐。稱佛弟子。相共檀越。飲食酒肉。食污漫淨地。第一外道。复 有牽妻帶子。住佛伽藍。偏學瑜珈教相。自稱遺法弟子。飲食酒肉。與人修齋。不僧不俗。第二外道。復有邪人。上無師傳。下無師證。被鬼迷制。邪悟聰明。不加修功。自言成道。外托佛教。內行邪法。亂惑世人。同入邪路。滅佛知種。第三外道。復有外見。偏學有為。行符咒水。驅鬼遣神。惑亂世人。增長惡見。滅佛正見。第四外道。復有道依休咎。學問吉凶。占卜鑑形。先兆禍福。惑亂世人。滅佛正眼。第五外道。復有妝模作相。空腹高心。未證言證。未悟言悟。一言半句。便為究竟。不食油鹽茶果醬醋。執持邪戒。惑亂無智。不用看經念佛。不用作福參禪。不用出家受戒。不用投禮別師。偏指色身。與佛無二。誑惑無智。同入黑暗。斷善根苗。滅智慧種。執著癡頑。第六外道。此等六師波旬外道。於後末法。入我法中。壞佛伽藍。毀佛正法。滅佛教相。佛敕大乘願力菩薩。隨方應現。或為人王帝主。或為宰官長者。具大威德。各作一方。佛之檀越。摧滅邪道。護守正法。無令外魔。得其方便。依佛說者。是佛弟子。隨順邪者。即是波旬相同。毀謗大法。入阿鼻如箭。一失人身無有出期。

6 Guru Aliran Menyimpang
Di dalam Abhidharma Ta Shen Cing Kang Cing Luen; Manjusri Bodhisattva bertanya kepada Hyang Buddha, bagaimanakah sebutan 6 guru di dalam aliran menyimpang. Hyang Buddha bersabda:

Setelah Tathagata (Buddha) memasuki Mahaparinirvana (wafat) banyak Mara Pho Xun (Iblis penggoda Boxun) memasuki Buddhadharma (menjadi siswa palsu Sang Buddha), tinggal di vihara Buddha, cukur rambut memakai pakaian rahib menyebut dirinya sebagai siswa Buddha. Saling berhubungan dengan para umat dan donator, minum arak dan makan daging. Makanan tersebut mengotori tempat suci, ini disebut praktisi aliran menyimpang pertama;

Ada lagi praktisi siswa Buddha yang memiliki istri dan membawa anak tinggal di vihara sangha arama. Cenderung mempelajari yoga dan mengajarkan ajaran berbentuk “wujud” (penampilan luar saja), menyebut dirinya sebagai siswa pelaksana Dharma (menyombongkan diri selalu patuh dengan Dharma), tetapi kelakuannya minum arak dan makan daging. Terhadap orang lain mengajarkan Atthasila (vegetarian) Praktiknya bukan seperti seorang Sramana (chu cia ren) juga bukan seperti umat awam, ini disebut praktisi aliran menyimpang ke-dua. (bisa kita saksikan: sekarang jaman kacau tanpa menjunjung sila kebenaran sehingga banyak praktisi umat awam senang memakai pakaian bhiksu (hai ching kuning), atau sebaliknya banyak siswa bhiksu suka memakai pakaian umat awam (pai yi pakaian putih).

Ada lagi praktisi orang sesat, ke atas tidak ada guru yang pendiksa (Transmisi), ke bawah tidak ada guru penyaksi (pembimbing), tubuhnya dirasuki setan sehingga sikap dan perilakunya bodoh. Tidak memahami perbedaan antara sesat, cerah dan kecerdasan. Tidak mau meningkatkan pelatihan dan berbuat kebajikan. Dirinya mengatakan sudah mencapai kesucian (senang memakai gelar kesucian). Keluar penampilannya sebagai praktisi Buddhis, tapi ke dalam melaksanakan dharma sesat (ajaran menyimpang). Mengacaukan dan membodohi orang-orang duniawi. Bersama-sama memasuki jalan sesat. Melenyapkan pengetahuan dan kebijaksanaan Buddha, ini disebut praktisi aliran menyimpang yang ke-tiga.

Ada lagi praktisi yang memiliki pandangan menyimpang (tunduk dan segalanya ditentukan dari ‘atas’ atau dari luar) cenderung belajar ‘ajaran pamrih’ penuh hasrat. Menggunakan kertas Fu dan memantrai air. Menggiring setan dan mengirim dewa untuk membodohi dan mengacaukan orang-orang duniawi supaya berkembangnya pandangan dan pikiran jahat guna melenyapkan pandangan benar dari ajaran Buddha, ini disebut praktisi aliran menyimpang ke-empat.

Ada lagi praktisi yang menggantungkan nasib baik-buruk, mujur-sial, untung-celaka, mempelajari kebaikan dan keburukan, meramal rupa dan nasib, menganjurkan supaya baik dan buruk di kias (buang kesialan mendatangkan keberuntungan), membodohi dan mengacaukan orang-orang duniawi, melenyapkan penglihatan  kebenaran Buddha, ini disebut praktisi aliran menyimpang ke-lima.

Ada lagi praktisi yang berhias merubah penampilan perut kosong hati tinggi. Belum merealisasikan jalan kesucian tapi ucapannya sudah terealisasi, belum tercerahkan tapi ngakunya sudah cerah. Hanya gunakan satu kata dan separuh bait Dharma dianggapnya sudah melengkapi (sempurna). Ia sesumbar tidak makan minyak, garam, cuka, teh dan selai. Penuh semangat melaksanakan sila sesat. Hidupnya bodoh dan kacau tanpa kebijaksanaan. Tidak perlu melihat sutra dan Nien fo, tidak perlu melaksanakan kebajikan dan retreat zen. Tidak perlu jadi sramana (chu cia ren) mengambil pratimoksa (vinaya kebhiksuan) tidak perlu mencari dan berguru lain. Cenderung menunjukkan dan membandingkan rupa tubuhnya (tubuh kasar) dengan Buddha tidaklah berbeda. Kebodohan penuh dusta, bersama-sama memasuki kegelapan, merusak bibit dan akar kebajikan, melenyapkan potensi kebijaksanaannya, perilakunya terjebak dan penuh kebodohan dan keras kepala. Inilah disebut praktisi aliran menyimpang ke-enam.

Semua ini adalah ke-enam praktisi aliran menyimpang (disebut guru sempalan) yang bersekutu dengan Boxun (iblis Mara). Kelak setelah kemunduran Dharma, mereka memasuki persamuan Dharma, mengotori rumah ibadah Buddha dan sangha arama, merusak ajaran Buddha dan kebenaran Dharma. Melenyapkan tradisi agama Buddha yang baik. Buddha telah menginstruksikan para Bodhisattva Mahayana yang memiliki tekad dan kekuatan untuk memunculkan diri di berbagai tempat, atau menjadi raja atau penguasa, atau menjadi menteri, pejabat atau tokoh. Yang memiliki wibawa dan pengaruh, masing-masing berperan untuk andil. Menjadi pelindung Buddha untuk melenyapkan aliran sesat. Melindungi dan melaksanakan ajaran Dharma benar. Tidak memberikan kesempatan dan kemudahan kepada ajaran menyimpang atau iblis untuk berkembang. Siapa yang melaksanakan amanat Buddha adalah siswa sejati Hyang Buddha. Sebaliknya siapa yang mempermudah berkembangnya kesesatan adalah tidak berbeda dengan pelaku Iblis Boxun. Bagi yang suka menjelek-jelekkan Dharma Mahayana (Dharma unggul) akan memasuki neraka seperti sebuah panah yang dilepas. Sekali kehilangan tubuh manusia sulit untuk keluar dari neraka.

破齋犯戒
佛說大乘金剛經論;文殊菩薩問佛。或有善男子。善女人。一生齋戒。種諸善根。老來顛倒。破齋犯戒。得何福報。世尊曰。此等眾生。雖有善根。無大願力。無正知見。遠離明師。漏 失前功。六賊返轉。劫自功德。心生顛倒。不成佛道。其中或有食肉。必落神道。上品鬼王。中品夜叉。下品羅剎。受人祭拜。福盡氣消。隨業轉回。一失人身。萬劫難復。其中或有單犯飲酒。必落鬼道。上品有財鬼。中品風月鬼。下品消散鬼。福盡氣滅。隨業轉回。一失人生。萬劫不復。其中或有單犯淫欲。必落魔道。上品魔王。中品魔民。下品魔女。福盡氣消。隨業輪迴。一失人身。萬劫不復。其中或有單犯妄語。未得謂得。未證謂證。空腹高心。必成妖類。上品魑魅。中品魍魎。下品倚草附木。妖氣散盡。隨業輪迴。一失人身。萬劫難復。其中或有多嗔怒者。雖有福德。必落修羅惡道。上品阿修羅王。中品阿修羅眾。下品阿修羅女。常好鬥爭。受勞不息。福氣消盡。隨業輪迴。一失人身。萬劫不復。所以者何。食肉修行。欲圖成道。如認冤家。當己子想。欲求相親。無有是處。飲酒修行。欲圖成道。如飲毒藥。欲求長生。無有是處。偷盜修行。欲圖成道。如灌漏卮。欲求平滿。無有是處。淫欲修行。欲圖成道。如蒸沙石。欲求成飯。無有是處。不斷妄言。以虛言實。欲圖成道。如彼凡夫。自稱國王。欲求富貴。無有是處。心多嗔怒。性好爭勝。缺平等慈。而圖成道。如渡漏船。欲過大海。終須沉溺。是人自墮。非佛不渡。若欲成就菩提妙果。當持如來清淨齋戒。寧捨身命。終不毀犯。佛許此人。立地成佛。佛告文殊師利。佛從發心齋戒清淨得。佛從久久不退真實得。佛從廣發大願願出世間得。佛從平等不擇冤親得。佛從下心參求明師得。佛從慈悲忍辱得。佛從精進解脫得。佛從難行能行,難捨能捨,難學能學得。乃至佛從一切種,一切智 得。
Tidak Melaksanakan Atthasila dan Melanggar Vinaya
Di dalam Abhidharma Ta Shen Cing Kang Cing Luen; Manjusri Bodhisattva bertanya kepada Hyang Buddha, bilamana ada putra bajik dan perempuan berbudi, selama hidupnya melaksanakan Atthasila (Cai Cie yaitu: delapan sila) menanam banyak akar kebajikan, tetapi di saat tua pikiran mereka jungkir-balik, tidak melaksanakan atthasila dan vinaya lagi, kelak dapat karma baik apa? Buddha bersabda: makhluk-makhluk demikian walaupun memiliki akar kebajikan tapi tidak mempunyai tekad dan kekuatan, tiada memiliki pandangan dan pengetahuan benar. Menjauhi guru-guru bijaksana, sehingga rusak dan bocor jasa pahala yang dilakukannya dulu. Enam pencuri (enam sensasi indera) berbalik mengusai dan merampok jasa pahalanya. Pikiran jungkir-baliknya sering muncul  sehingga tidak mencapai jalan Kebuddhaan.

Di antara praktisi ada yang melanggar sila dan memakan daging akan terjatuh di alam dewa, tingkatan tinggi menjadi ‘raja setan’; tingkatan menengah menjadi ‘yacha’; tingkatan rendah menjadi ‘raksha’. Menerima penghormatan dan persembahan dari manusia. Bila keberuntungannya habis dan kekuatannya hilang mereka akan muncul berbeda sesuai karmanya. Sekali kehilangan tubuh manusia, puluhan ribu kalpa sulit diperoleh kembali.

Bila di antara mereka ada yang hanya melanggar sila meminum alkohol akan terjatuh di alam setan, tingkat tinggi menjadi ‘setan banyak rejeki’; tingkatan menengah menjadi ‘setan angin dan bulan’; tingkatan rendah menjadi ‘setan pengacau yang kocar-kacir’. Bila karma baiknya habis maka kekuatannya hilang. Mereka akan muncul berbeda sesuai karmanya. Sekali kehilangan tubuh manusia, puluhan ribu kalpa sulit diperoleh kembali.

Bila di antara mereka hanya melanggar sila melakukan hubungan badan (pelanggaran melakukan seksualitas) dan mengumbar hawa nafsu akan terjatuh di alam Iblis, tingkatan tinggi menjadi ‘raja iblis’ (Raja Mara); tingkatan menengah menjadi ‘rakyat iblis’ (rakyat Mara); tingkatan rendah  menjadi ‘putri iblis (putri Mara)’.  Bila karma baiknya habis maka kekuatannya hilang. Mereka akan muncul berbeda sesuai karmanya. Sekali kehilangan tubuh manusia, puluhan ribu kalpa sulit diperoleh kembali.

Bila di antara mereka hanya melanggar sila tidak berdusta, yaitu belum peroleh tapi mengatakan  sudah diperoleh; belum mencapai kesucian mengatakan sudah mencapai kesucian. Dengan perut kosong dan tinggi hati terjatuh di dalam alam kelompok siluman. Tingkatan tinggi menjadi ‘siluman hantu’; tingkatan menengah menjadi ‘siluman spirit’; tingkatan rendah menjadi ‘siluman halus’ yang tinggal di pohon dan bermukim di padang rumput. Bila kekuatan silumannya habis, maka mereka akan muncul berbeda sesuai karmanya. Sekali kehilangan tubuh manusia, puluhan ribu kalpa sulit diperoleh kembali.

Bila di antara mereka ada yang suka marah dan pendendam, walaupun memiliki rejeki dan jasa pahala pasti terjatuh di alam buruk menjadi asura, tingkatan tinggi menjadi ‘Raja asura’; tingkatan menengah menjadi ‘rakyat asura’ dan tingkatan rendah menjadi ‘perempuan asura’ (putri asura) sering bertengkar dan suka ribut sampai kelelahan yang tidak berakhir. Rejeki habis dan kekuatan sudah lenyap, mengikuti karmanya untuk melanjutkan tumimbal lahir. Sekali kehilangan tubuh manusia maka puluhan ribu kalpa sulit memperoleh kembali.

Mengapa demikian  membina diri dengan memakan daging bagaikan berhasrat menggambar untuk mencapai kesucian. Bagaikan berpikir menjadikan penagih hutang (musuh) menjadi anak sendiri untuk saling mengasihi sungguh sukar terjadi.

Membina diri dengan minum alcohol bagaikan berhasrat menggambar untuk mencapai kesucian. Bagaikan meminum racun obat memohon usia panjang sukar terjadi.

Membina diri dengan mencuri berhasrat mencapai kesucian bagaikan menuang minuman ke gelas bocor mengharapkan bisa penuh sukar terjadi.

Membina diri dengan mengumbar nafsu dan seksualitas bagaikan  memasak pasir ingin mendapatkan nasi sukar terjadi.

Tidak melenyapkan ucapan dusta menjadikan ilusi menjadi realita, berhasrat mencapai kesucian bagaikan seorang awam (serba miskin) yang menyebut dirinya sebagai raja berkeinginan kaya dan mulia sukar terjadi.

Hati banyak kekesalan dan kebencian, karakternya suka over dan senang ribut, kurang adil dan tidak memiliki cinta kasih, ingin mencapai kesucian bagaikan menyeberang dengan perahu bocor, mau melewati samudra besar pasti akhirnya tenggelam.

Orang-orang demikian sendirinya yang mau terjatuh, bukan Buddha tidak menolongnya. Bilamana mau mencapai sukses sempurna meraih buah Bodhi, sekarang juga wajib melaksanakan sila Tathagata berupa Atthasila yang suci. Lebih baik melepaskan jiwa kehidupan daripada selama hidupnya merusak dan melanggar sila. Buddha memuji orang demikian yang mantap melangkah mencapai Kebuddhaan.

Buddha bersabda kepada Manjusri: Mencapai Kebuddhaan dimulai dari mengembangkan hati melaksanakan Atthasila yang suci. Tingkatan Kebuddhaan diperoleh dari praktik benar dan realita, selamanya tidak mundur lagi. Tingkatan Kebuddhaan diperoleh dari mengembangkan berbagai tekad untuk keluar dari dunia samsara. Tingkatan Kebuddhaan berasal praktik keseimbangan tidak membedakan musuh dan keluarga. Tingkatan Kebuddhaan di peroleh dari merendahkan hati pergi belajar kepada guru bijaksana. Tingkatan Kebuddhaan di awali dari cinta kasih, belas kasih dan ketabahan. Tingkatan Kebuddhaan berasal dari bersemangat dan pelepasan. Buddha melaksanakan praktik yang sulit dilaksanakan. Sulit melepaskan tapi mampu melepaskan, Sulit belajar tapi bisa mempelajari. Sampai tingkatan Buddha yang memperoleh kebijaksaan unggul dan semua kebijaksaan.

佛陀的眼淚——魔王波旬和佛陀之間的對話
(一)
佛祖釋迦牟尼在經歷了六年的苦行之後,來到一個叫菩提伽耶的地方。佛祖坐在一株菩提樹下,沉思默想,觀照本心。天空中湧現出花雲,下起了花雨,濃郁的香氣瀰漫在空氣中。祥瑞的菩提樹威武挺立,和煦的陽光在風中露出慈顏,青山含笑,小河歡唱。百鳥銜來香枝,百獸採集了奇異的果品、鮮花供奉在佛前。鳥飛 翔於天,獸歡撒於地。有情無情,同慶吉祥。

釋迦牟尼即將成佛,無尚祥光徹照天地,衝上死亡與慾念的魔宮。

魔王波旬是欲界第六天的天主。看到釋迦牟尼即將成佛,魔王波旬驚恐萬狀,他叫囂著一定要阻止釋迦牟尼成佛。

波旬急忙派三名魔女蠱惑佛祖,三名魔女一名叫愛欲,一名叫貪欲,一名叫樂欲。她們盛裝嚴飾,款款微步來到釋迦牟尼前殷勤獻媚,竭盡種種妖嬈之態淫蕩之狀。

釋迦牟尼深心寂定,對魔女淫蕩的挑逗毫不動心,猶如蓮花出污泥而不染。

太子訓誡她們道:“你們形態雖好,但心不端正,好比精美的琉璃瓶滿盛糞穢,不自知恥,還敢來誑惑人嗎?”

釋迦牟尼又使法力,使魔女得見自身惡態:只見骷髏骨節,皮包筋纏,膿囊涕唾。

魔女見狀,匍匐而逃。

魔王見魔女引誘沒有成功,十分震怒。他自恃神通,帶領眾魔兵、毒蟲、怪獸,帶上毒雷、毒箭,來到釋迦牟尼座前。

魔王威脅說:“如果太子你不立即回到皇宮去享受榮華富貴的生活,卻妄想在這兒成佛,我就讓你粉身碎骨,死在樹下。”

悉達多太子專心修行,面對魔王的威脅一點兒也不恐懼。

魔王命令魔軍雷箭齊發。說來也怪,魔王的毒雷、毒箭射到釋迦牟尼近處皆紛紛散落。

任憑魔王風浪再三,但見佛祖安靜如初。

釋迦牟尼佛告訴兇惡暴躁的魔王:“我所以得成菩薩道是因為從無數劫以來,積集了無量福德智慧,圓滿了六度萬行。你來攻我,不是以卵擊石,自取滅亡嗎?”說罷,釋迦牟尼身放淨光,魔眾盡皆跌撲。

魔王聽後更加不悅,又發動進攻,無奈他根本無法衝破佛祖周身的聖潔之光,他狼狽萬狀,只好承認失敗。

這時天空一聲巨響,護法天神來幫助太子,將魔鬼全部驅散。

(二)
本師釋迦牟尼佛在世,講經說法四十九年,應得度者皆得度。魔王波旬看到釋迦牟尼佛度了很多人,心裡很不舒服,他來見佛,請佛趕快涅磐:“你度了那麼多人了,可以涅磐了。”

佛祖覺察到自己與娑婆眾生的緣分已到,就答應了波旬的請求。

魔王波旬說:“你涅磐後,我一定要破壞你的佛法”。
佛說:“佛法是正法,沒有任何力量能破壞”。

魔王波旬說:“呵呵,正義永存,邪惡也不會消失。你在世時也不是人人都信仰你,我的徒子徒孫不也很多嗎?人性本惡,學壞容易學好難。你入滅之後,信仰你的人會越來越少,信仰我的人會越來越多。”

佛說:“你破壞我的佛法對你沒好處。佛光是普照之光,照耀著善良的人,也照耀著邪惡如你之人。如果正法時代一旦結束,你的福報也就玩了,等待你的就是無間地獄,你會在地獄中受無量種種苦。”

魔王波旬:“我知道佛祖是不說謊的,但是,佛祖你也知道命由心造。我會設法避免地獄之苦的。”

佛說:“多行不義必自斃,哪裡能避免得了!”

魔王波旬:“聖人無常心,以百姓心為心。波旬亦無常心,以百姓心為心。在順應百姓方面,佛祖你是比不上我的。你戒律森嚴,極力強調貪欲的危害,教人遠離貪欲。而我順應百姓的慾望,滿足百姓的慾望。眾生沒有貪欲那裡有我波旬?”
佛說:“我有佛經留世。”
魔王波旬:“經典是死文字,要教化眾生,還是需要人來解釋。”
佛說:“我有僧寶留世。”
魔王波旬:“你要教化眾生得引進新人吧。你老人家不會拒絕我的弟子接受你的教誨吧。”
佛說:“不會。”

魔王波旬說:“到你末法時期,我叫我的徒子徒孫混入你的僧寶內,穿你的袈裟,破壞你的佛法。 他們曲解你的經典,破壞你的戒律,以達到我今天武力不能達到的目的…..”

佛祖聽了魔王的話,久久無語,不一會,兩行熱淚緩緩流了下來。魔王見此,率眾狂笑而去。

佛祖如此憐憫眾生,為了我們福薄惡行眾生流下眼淚,我看了真的心裡很難受,感覺如果不好好學習佛法度化他人,太對不起佛祖對我們的慈悲了。

不忍眾生苦,那堪聖教衰!

MARASAMYUTTA
Mara adalah Si jahat di dalam Buddhisme, Penggoda dan Raja Sensualitas yang cenderung menggoda para pemula dari jalan menuju pembebasan dan membuat mereka terperangkap dalam siklus kelahiran dan kematian yang berulang-ulang. Kadang-kadang, teks-teks menggunakan kata “Mara” dalam pengertian kiasan, untuk mewakili penyebab-penyebab belenggu psikologis di dalam diri, seperti misalnya nafsu keserakahan dan nafsu jasmani (22:63-65), serta hal-hal di luar diri yang membelenggu kita, terutama lima kelompok skandha itu sendiri (23:11-12). Tetapi jelas bahwa dunia pemikiran sutta tidak menganggap Mara hanya sebagai personifikasi kelemahan moral umat manusia, melainkan sebagai dewa jahat sejati yang menghalangi usaha-usaha mereka yang ingin memenangkan tujuan akhir (pencapaian kesucian). Hal ini terbukti ketika Mara mengejar Sang Buddha dan para Arahat sesudah mereka mencapai pencerahan, yang tidak mungkin terjadi seandainya Mara hanya dianggap semata-mata sebagai proyeksi psikologis.

Marasamyutta dibuka disekitar Pohon Bodhi segera setelah Sang Buddha mencapai pencerahan tertinggi. Di sini, Mara menantang pernyataan ‘Yang Terberkahi’ bahwa Beliau telah mencapai tujuan. Mara mengejek Sang Buddha karena telah meninggalkan jalan penyiksaan-diri (4:1), mencoba menakut-nakuti Beliau dengan cara berubah menjadi bentuk-bentuk yang mengerikan (4:2), dan mencoba mematahkan ketenangan-seimbangan Beliau dengan cara menunjukkan bentuk-bentuk yang cantik dan seram (4:3). Bagi Sang Buddha untuk memenangkan pertandingan ini, Beliau hanya perlu menentang gertakan Mara, mengatakan bahwa musuh di hadapan Beliau ini tak lain adalah Si Jahat. Dengan demikian, Mara pasti lenyap, merasa frustasi dan berduka.

Mara juga muncul sebagai pengejek yang menyangkal bahwa makhluk yang tidak kekal dapat mencapai kemurnian sempurna (4:4, 15). Pada beberapa kesempatan, Mara mencoba mengacaukan para bhikkhu sementara mereka sedang mendengarkan khotbah Sang Buddha, tetapi setiap kali Sang Buddha mengetahui hal itu (4:16, 17, 19). Pada kesempatan lain, Mara mencoba menggoda Sang Guru dengan iming-iming kekuasaan duniawi, tetapi Sang Buddha dengan tegas menolaknya (4:20). Yang sangat mengesankan adalah Godhika Sutta (4:23). Di situ, bhikkhu Godhika yang terkena penyakit yang menghalangi kemajuan meditasinya, berencana untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Mara mengajukan dirinya sendiri di hadapan Sang Buddha, memohon agar Beliau melarang siswanya melakukan ketololan semacam itu, tetapi Sang Guru memuji bakti untuk mencapai tujuan sekalipun harus dibayar dengan nyawanya. Di akhir sutta, Mara sia-sia mencari kesadaran-kelahiran ulang Godhika. Dia tidak menyadari bahwa bhikkhu itu telah mencapai Nibbana dan padam “dengan kesadaran yang tidak terbentuk”.

Dua sutta terakhir di Samyutta ini membawa kita kembali ke lokasi pencerahan. Di sini, pertama-tama kita melihat Mara dan kemudian tiga putri  Mara yaitu: Tanha, Arati, dan Raga (Keserakahan, Ketidakpuasan, dan Nafsu)-mencoba untuk mencari titik kelemahan dan Buddha yang baru saja tercerahkan. Tetapi usaha mereka sia-sia dan mereka harus pergi dengan kecewa (4:24, 25).

Di dalam Abhidharma Ta Ce Tu Luen, dikatakan: Mengapa di sebut “Mara” adalah makhluk yang merintangi dan mengganggu kehidupan bijaksana, merusak kesucian Dharma, penghancur jasa pahala, menjegal dan menghalangi perilaku kebajikan, maka disebut pelaku kejahatan “Mara”.

Menaklukkan Pasukan Mara
Pada saat Pertapa Gotama berikrar, “Meskipun tulang-berulangku berserakkan, darah dan dagingku mengering. Aku tidak akan bangkit dari pertapaan sebelum dapat mencapai apa yang dapat dicapai oleh manusia, semangat manusia, usaha manusia”.

Mengetahui keadaan ini, Mara segera mendekatinya dengan pura-pura berniat baik dan berwelas asih. Katanya, “O, Pangeran Mulia, sekarang Engkau sangat kurus, Engkau telah kehilangan keagungan tubuhmu, sungguh buruk tubuhmu sekarang. Kematianmu hampir tiba, hanya satu di antara seribu kemungkinanmu untuk tetap hidup. O, Pangeran Mulia, hidup adalah jalan yang lebih baik. Jika Engkau panjang umur, engkau bisa melakukan perbuatan baik. Engkau bisa menjalani kehidupan suci dan melakukan upacara pengorbanan, dan karenanya dapat memperoleh banyak jasa. Apalah gunanya latihan tapa yang berat ini! Sesungguhnya tidak layak melalui jalan seperti ini!”

Sebagai jawaban terhadap godaan Mara, dengan lantang Bodhisattva berkata demikian: “O si Jahat, engkau senantiasa mengikat semua makhluk dalam lingkaran samsara, serta yang selalu menghalangi semua makhluk untuk mencapai pembebasan. Engkau datang ke sini hanya untuk dirimu sendiri”.

“Tak kubutuhkan sedikit pun jasa yang menjurus pada lingkaran penderitaan. Mara! hanya mereka yang mendambakan jasa seperti inilah yang bisa engkau pancing seperti ini”.

“Teguh keyakinanku bahwa aku akan segera mencapai Nibbana. Tinggi semangatku yang mampu membakar habis kemelekatan. Tiada banding kebijaksanaanku yang bisa meluluh-lantahkan gunung karang kegelapan batin berkeping-keping. Tinggi perhatian murniku yang mampu membimbingku menjadi Buddha, bebas dari ketidak acuan. Tak tergoyangkan konsentrasiku, seperti gunung Meru yang bergeming saat badai tiba”.

“O, Mara, angin dalam tubuhku yang timbul karena usahaku yang keras mengembangkan Appanaka-jhana bisa mengeringkan aliran sungai Ganga, Yamuna, Acirawati, Sarabhu dan Mahi. Karena itu dengan usahaku seperti ini, mengapa angin tidak mampu mengeringkan darah yang jumlahnya sedikit dalam tubuhku ini, dengan batinku yang telah terarah ke Nibbana?”

“Jika darahku mengering, air empedu, lendir, kencing serta zat makanan juga akan mengering; demikian pula dagingku akan mengering. Namun, walau darah, air empedu, lendir, kencing serta dagingku dalam tubuhku semuanya mengering seperti ini, batinku menjadi semakin jernih; demikian pula perhatian murni, kebijaksanaan serta konsentrasiku semakin berkembang dan mantap”.

“Walau aku mengalami sakit yang teramat sangat, kendati pun seluruh tubuh ku telah mengering hingga nyaris menyemburkan api dan meskipun hasilnya aku akan menjadi teramat letih, pikiran ku tidak akan teralih oleh nafsu inderawi. O, Mara tampak olehmu adalah kemurnian dan kejujuran dari manusia yang tiada bandingnya, yang telah memenuhi segenap kesempurnaan”.

“Pasukanmu yang pertama adalah nafsu indrawi. Ke-dua adalah kebencian terhadap hidup suci. Ke-tiga adalah lapar dan dahaga. Ke-empat adalah nafsu keinginan. Ke-lima adalah kemalasan dan kelesuan. Ke-enam adalah rasa takut. Ke-tujuh adalah keragu-raguan. Ke-delapan adalah dendam dan keras kepala. Ke-sembilan adalah perolehan, ketenaran dan kehormatan. Ke-sepuluh adalah memuji diri sendiri dan merendahkan orang lain”.

“Inilah pasukanmu yang dengan paksa menghalangi pembebasan manusia, dewa dan brahma dari lingkaran penderitaan. Tak seorang pun kecuali orang yang berani, yang memiliki keyakinan, tekad, semangat dan kebijaksanaan yang tinggi yang mampu untuk mengalahkannya. Kemenangan ini akan mendatangkan kebahagiaan dari Jalan Kesucian, buah kesucian serta Nibbana”.

“Kupakai rumput Munja ini sebagai perlambang bahwa aku tak akan surut. Akan memalukan, merendahkan dan hina jika aku terpaksa mundur dari pertarungan ini dengan tetap hidup di dunia ini dan engkau kalahkan. Jauh lebih baik bagiku untuk mati di medan laga daripada menyerah pada kekuatanmu”.

“Di dunia ini ada pertapa dan brahmana yang pergi menuju medan laga memerangi kilesa, namun mereka tidak memiliki kekuatan, mereka ditakhlukkan kesepuluh pasukan itu. Mereka bagaikan orang yang tanpa cahaya yang tidak sengaja masuk dalam kegelapan. Mereka tidak mengetahui maupun menapaki jalan dari para suciwan”.

Dengan jalan tengah, pertapa Gotama melaksanakan meditasi, Beliau mencapai tingkatan meditasi satu demi satu dan akhirnya dapat mencapai pencerahaan sempurna menjadi Buddha.

Air Mata Sang Buddha (Percakapan Antara Buddha dan Mara)
Guru Agung Sakyamuni Buddha selama masih berada di dunia ini telah membabarkan Dharmanya selama 49 tahun. Begitu banyak Makhluk-makhluk yang berjodoh dan berkondisi sudah masak  telah diajarkan berbagai Dharma luhur untuk membebaskan diri dari siklus tumimbal lahir.

Sang Mara Boxun melihat Sakyamuni Buddha sudah menolong begitu banyak makhluk, hatinya tidak tenang, ia mendatangi untuk melihat Buddha, memohon Buddha segera memasuki Nirvana. “Kamu sudah menolong banyak orang sudah saatnya memasuki Nirvana”.

Sang Buddha memeriksa dirinya dan hubungannya dengan semua makhluk memang jodohnya sudah berakhir, sehingga  merespon positif permohonan Mara.

Sang Mara kemudian berkata: “setelah kamu memasuki Nirvana, saya akan merusak ajaranMu, yaitu: Buddhadharma”.

Buddha bersabda: Buddhadharma adalah kebenaran Dharma, tidak ada kekuatan apapun yang dapat merusaknya”.

Mara berkata: “ha-ha, walaupun kebenaran selamanya kekal, tapi sesat dan jahatpun tidak bisa lenyap. Saat kamu berada di dunia bukan semua orang percaya kepada kamu. Saya punya keturunan anak dan cucu bukankah juga banyak? Karakter orang dasarnya jahat, belajar jahat mudah tapi belajar baik sulit. Setelah kamu memasuki Parinirvana, orang yang percaya kamu makin lama makin sedikit, sebaliknya orang yang percaya saya (mara) makin lama makin banyak”.

Buddha bersabda: “kamu merusak ajaran Buddhadharma tidak ada manfaatnya. Sinar Buddha adalah sinar yang memancar ke segenap arah, akan menerangi semua orang pelaku kebajikan, juga menerangi pelaku sesat dan jahat seperti kamu ini. Bilamana jaman kebenaran Dharma sudah berakhir, kamu punya keberuntungan juga habis, selanjutnya penunggu kamu adalah neraka Avici. Kamu terjatuh di neraka tersebut akan mengalami berbagai macam penderitaan yang tidak terbatas”.

Mara berkata: “saya mengetahui bahwa Buddha tidak pernah berdusta, tetapi Buddha kamu harus mengetahui bahwa nasib di bentuk oleh aktivitas hati, saya dapat menghindar penderitaan neraka”.

Buddha bersabda: “Pelaku banyak kejahatan pasti dirinya tertembak (tertangkap), bagaimana bisa menghindar?”

Mara Berkata: “Orang suci hatinya tidak kekal, menjadikan hati para makhluk menjadi hati sendiri. Mara Boxun juga hatinya tidak kekal, menjadikan hati para makhluk menjadi hati sendiri. Saat kamu menuruti hati semua makhluk, Buddha tidak bisa menandingi saya. Kamu punya sila dan vinaya begitu ketat, dengan sekuat tenaga mengendalikan keserakahan dan hawa nafsu yang dapat mencelakan. Mengajarkan orang untuk menjauhi dan meninggalkan keserakahan dan nafsu. Sedangkan saya adalah memuaskan hati dan harapan para makhluk, memenuhi mereka punya harapan dan nafsu. Bilamana semua makhluk tidak memiliki keserakahan dan nafsu bagaimana ada saya Mara Boxun?”

Buddha berkata: “Saya memiliki Buddha Sutra (ajaran Buddha) yang telah diwariskan dan dilestarikan”.

Mara berkata: “Kitab suci adalah kata-kata mati, mau mengajarkan kepada makhluk harus mempergunakan orang untuk menjelaskan”.
Buddha berkata: “Saya memiliki Sangha Ratna (Bhiksu suci) yang masih tinggal di dunia”.

Mara berkata: “kamu berkehendak mengajarkan semua makhluk agar bisa menuntun dan mengajak  orang baru. Kamu sebagai orang tua tentu tidak bisa menolak murid-murid saya untuk menerima ajaran-Mu”.

Buddha berkata: “tidak bisa menolak”.

Mara Boxun berkata: “saat masa kemunduran Dhrama, saya akan perintahkan siswa anak dan cucu keturunan Mara untuk bercampur memasuki perkumpulan sangha, memakai cia sha jubahmu, untuk merusak ajaran Buddhadharma. Mereka akan melakukan salah tafsir kitab suci, merusak (melanggar) kamu punya sila dan vinaya, untuk mencapai kekuatan, walaupun sekarang saya tidak dapat mencapai tujuan tersebut”.

Buddha setelah mendengar ucapan Raja Mara tersebut, lama sekali tidak bersuara, dua tetes air mata hangat pelan-pelan mengalir dan turun. Raja Mara melihat kejadian ini, memobilisasi orang tertawa dan kemudaian pergi.

Buddha begitu menyayangi semua makhluk, hanya untuk menyelamatkan kita semua yang memiliki rejeki tipis dan pelaku kejahatan mengeluarkan air mata. Kita semua melihat kejadian ini hatinya sedih dan sulit menerima kenyataan, merasakan bila tidak benar-benar melatih diri belajar Buddhadharma dan menolong mereka. Sungguh malu dan tidak enak dengan Buddha yang begitu dalam cinta kasih dan welas asih terhadap kita semua.

Tidak tabah semua makhluk derita, itu bisa membuat ajaran suci melemah.

Sepuluh Sebutan Umum Berpredikat Mara
1.    Skandha Mara (Yin Mo): Rupa dan skandha lainnya adalah sumber kejahatan yang dapat merusak moralitas dan menodai spiritualitas.
2.    Kegalauan Mara (Fa Nao Mo): Keserakahan dan kegalauan lainnya yang dapat membodohi dan merusak prinsip dan segala urusan.
3.    Perbuatan Mara (Ye Mo): Perilaku pembunuhan dan karma buruk lainnya berakibat kemalangan yang dapat merintangi jalan kesucian.
4.    Hati Mara (Sing Mo): Hati memunculkan “Sang Aku” yang sombong  dan malas  dapat merintangi jalan-tengah.
5.    Kematian Mara (Se Mo):  Umur dan kehidupan manusia sangatlah terbatas, kondisi dan akibat kematian buruk  dapat merintangi pembinaan diri di jalan kesucian.
6.    Dewa Mara (Thien Mo): Penghuni alam dewa karma-dhatu ditingkat ke-6, yang mempunyai sifat buruk senantiasa mengganggu dan merintangi segala kebajikan dan kesucian umat manusia.
7.    Akar Kebajikan Mara (San Ken Mo): Terjebak dengan pandangan kerdil dan akar kebajikan tandus yang dimiliki, tidak berhasrat untuk meningkatkan terus kualitas spiritualnya.
8.    Samadhi Mara (San Mei Mo): Melatih meditasi yang menyimpang sehingga terjerat kesesatan yang dapat merusak perjalanan spiritualnya.
9.    Ilmuwan Mara (San Ce Se Mo): ilmuwan yang kikir dan jahat cenderung merusak peradaban luhur dan moralitas umat manusia.
10.    Bodhi Dharma kebijaksanaan Mara (Pu Thi Fa Ce Mo): Mengembangkan Bodhi Dharma dengan memunculkan kebijaksanaan yang melekat sehingga tidak berjalan di jalan kebenaran dan merusakan kehidupan kearifan  yang sebenarnya.

Di dalam Sutra Shurangama (Leng Yen Cou), dikatakan: walaupun setiap makhluk terlihat memiliki banyak kebijaksanaan dan meditasi yang tinggi, bila tidak memutuskan kegiatan seksualitas, pasti terperangkap ke dalam cengkeraman Putri Iblis. Akibat pelanggaran vinaya berhubungan badan, tingkat ke atas menjadi Raja Mara,  tingkat menengah menjadi Rakyat Mara, tingkat ke bawah menjadi Putri Mara.

Di dalam Sutra Ce Kuan, dikatakan: Penyakit Mara dan kerasukan setan tidaklah jauh berbeda. Perilaku setan hanya mengganggu untuk membuat sakit jasmani dan melakukan bunuh diri. Sedangkan perilaku Mara (iblis jahat) merusak praktisi untuk memahami dan mensunyakan hati, merusak Tubuh Dharma kehidupan spiritual, memunculkan pikiran sesat, merusak orang punya jasa pahala, dan aksi-aksi kejahatan lainnya yang mengganggu dan merintangi jalan kesucian setiap praktisi.

《佛藏經》載佛言:“當來之世,惡魔變易,作沙門形,入於僧中,種種邪說,令多眾生入於邪見”. Di dalam Sutra Fo Cang Cing, Buddha bersabda: dimasa akan datang. Mara jahat mudah merubah penampilan menjadi Sramana (chu cia ren), memasuki ke dalam Sangha, bermacam-macam cara mengajarkan kesesatan, sehingga banyak makhluk memasuki pandangan sesat.

Keturunan Mara Sudah Berkembang & Memasuki Dunia Buddhis
Keturunan Mara sudah berkembang dan menyusup menyamar banyak menjadi sramana dan umat Buddha. Untuk melihat ciri-ciri, watak, berkembang dan sepak terjangnya Mara, sebelumnya marilah kita melihat sabda-sabda Sang Buddha di dalam banyak kitab suci, antara lain:

Setelah Aku (Buddha) parinirvana. Murid-murid agung-Ku lainnya akan juga parinirvana, dan para Bodhisattva agung akan pergi ke Tanah-Buddha lainnya. Pada saat itu, dalam pasamuan-Ku akan ada bhiksu-bhiksu pendusta yang akan melakukan segala cara dengan pikiran licik. (Sutra Maharatnakuta 44).

Di dalam Sutra Kelenyapan Dharma, Hyang Buddha bersabda: “Setelah Saya Parinirwana, ketika Dharma sudah menjelang lenyap, pada waktu Lima kemerosotan (kalpa bobrok, pandangan bobrok, batin bobrok, makhluk-makhuk bobrok, penghidupan bobrok) sedang melanda dunia, gaya hidup sesat akan tumbuh dengan subur. Para Mara (iblis) akan “berpura-pura menjadi sramana (bhiksu gadungan)”; mereka akan menyesatkan dan merusak ajaran saya, mengenakan pakaian orang awam, mereka lebih suka “berjubah indah (seperti pendekar atau raja)” yang terbuat dari kain yang berwarna-warni. Mereka akan minum minuman keras, makan daging, membunuh makhluk lain, dan mereka akan menurutkan nafsu mereka memakan makanan yang dibumbui dengan beraneka ragam rasa. Tidak berbelas kasih dan bahkan saling membenci di antara mereka”.

Di dalam Sutra kelenyapan Dharma, Hyang Buddha bersabda: “bhiksu yang jahat (bhiksu gadungan) hanya haus akan kekayaan dan menimbun harta benda. Mereka akan menolak membagikan kekayaannya satu bagian pun atau menggunakannya untuk memperoleh berkah dan kebajikan.“Bhiksu jahat atau Bhiksu gadungan sama sekali tidak berkelakuan baik, mereka akan bertindak sesuka hati dan berkelakuan amoral. Merekalah biang kemerosotan Dharma. Buronan (pelaku kejahatan yang dicari polisi) akan mencari perlindungan di jalan Ku, ingin menjadi sramana tetapi tidak mau mematuhi vinaya.

Buddha bersabda: Kasyapa, terdapat banyak bhiksu-bhiksu jahat yang merusak Dharma-Ku. Kasyapa, bukan 95 jenis penganut aliran heterodoks, pun bukan jenis penganut heterodoks lainnya, tapi orang-orang dungu-lah dalam pasamuan-ku (jemaat-Ku) yang dapat menghancurkan Dharma-Ku. Sebagai contoh, Kasyapa, setelah seeokor singa, raja binatang buas, mati. Tidak ada harimau, srigala, burung, atau binatang lainnya yang memakan dagingnya; hanya cacing-cacing yang hidup dalam tubuhnya yang dapat memakan dagingnya. Kasyapa, dalam pasamuan-Ku (jemaat-Ku) terdapat bhiksu-bhiksu jahat yang serakah terhadap keuntungan materi dan diliputi oleh ketamakan. Mereka tidak menyingkirkan dharma-dharma tak bajik, tidak melatih dharma-dharma bajik, dan tidak berhenti bohong. Kasyapa, bhiksu-bhiksu inilah yang dapat menghancurkan Dharma-Ku (Maharatnakuta Sutra hlm 287).

Seorang bhiksu-sampah “tidak mengajarkan pendermanya Buddhadharma dan sila setelah ia menerima materi dari mereka. Ia bergaul dengan umat awam demi kepentingan keuntungan materi, bukan demi Dharma”. (Maharatnakuta hal 291). ia pergi ke sebuah kota atau desa demi kepentingan keuntungan materi, bukan demi kepentingan Dharma bajik, tapi ia menyembunyikan cara-cara jahatnya……. Di bagian dalam, hatinya penuh dengan sifat menjilat dan menipu; tapi di luar, ia berperilaku baik (Maharatnakuta Sutra hal 293).

Seorang bhiksu palsu suka berdandan. Ia sering mandi, berpakaian rapi (mewah), dan berperilaku secara ketat sesuai aturan kebhiksuan,……Namun, ia selalu dijangkiti bukan hanya oleh nafsu keinginan, kebencian, dan kebodohan, tapi juga oleh keserakahan terhadap keuntungan materi, rasa hormat, dan pujian; dan oleh kebanggaan, kesombongan dan semua kotoran batin lainnya.…. Ia bisa saja memenangkan kehormatan temporer, tapi bukan kehormatan langgeng. Ia tergantung pada dukungan materi, bukan pada Dharma, dan terjerat dalam aneka ikatan duniawi. Ia menangani miliknya dengan tekun seperti umat awam. Ia bertindak seperti seorang umat awam, dan sebagai akibatnya ia bereaksi seperti demikian: ia merasa sakit dan nikmat seperti seorang umat awam, dan ia dijangkiti oleh kemelekatan dan ketidak-sukaan. Ia tidak berkeinginan melatih peraturan seorang bhiksu kecuali dalam hal upacara agama dan tata-krama. (Sutra Maharatnakuta, hlm 294-295).

Terbukti sekarang banyak keturunan anak dan cucunya Mara telah menjadi sramana memasuki perkumpulan sangha yang bersikap liar dan jahat. Untuk itu, kenali wujud, penampilan sikap dan perilakunya sramana keturunan Mara, antara lain:
1.    Pada saat jaman “Kemerosotan Dharma” sekarang ini banyak bermunculan yang datang dari manca Negara bhiksu-bhiksu palsu (umat awam yang menyamar jadi bhiksu palsu, tidak mengambil sila kebhiksuan dan tidak melaksanakan sila kebhiksuan) yang tidak mempunyai koneksi atau pertalian dengan bhiksu local. Umumnya bhiksu palsu tersebut senang tinggal di hotel dan berkeliaran di mall, pasar, atau pusat perdagangan. Bhiksu palsu tersebut umumnya melakukan penjualan atau menyodorkan liontin, jimat pelindung, kertas hu/mantra, bingkai gambar Buddha atau Bodhisattva, memaksa umat Buddha untuk membelinya dengan alasan untuk mendapatkan biaya perbaiki vihara yang rusak atau mencari kekurangan biaya untuk meneruskan pembangunan, tanpa disertai bukti-bukti otentik, tidak diketahui dan belum mendapatkan surat ijin dari pejabat yang berwenang dari DEPAG RI (Departemen Agama Republik Indonesia). Mendengar berita di berbagai daerah, banyak bhikshu-bhikshu palsu dalam aksi sepak terjangnya sudah banyak orang yang kena dibodohi, tertipu, diperas, kesal dan kecele oleh sikap perilakunya yang liar dan jahat. Untuk mencegah dan mengantisipasikan masalah ini maka umat Buddha yang berani dan bijak selayaknya peduli untuk melindungi kemuliaan dan wibawa Sang Triratna, bila melihat bhiksu-palsu berkeliaran bebas atau lagi melakukan aksi penipuan, seyogyanya segera melaporkan kepada polisi terdekat dan pejabat Depag agar segera ditangkap, diproses melalui hukum atau dideportasi ke negeri asalnya.

“Banyak penyamar memakai jubah kuning (menjadi bhiksu palsu), bersifat jahat dan tidak terkendali. Karena tindakan jahat ini, mereka yang jahat ini terlahir di alam neraka.”(It.48).

梵網經《菩薩戒本彙解》, 大寶積經:「佛告迦葉,當來世中,有愚痴人,著聖衣(著袈裟),似像沙門。有信心之長者居士,見被法服,謂為沙門。皆共尊重供養。彼愚痴人,因著袈裟故,而得供養,便生歡喜,身壞命終,墮大地獄,大熱鐵鍱以為衣服,吞噉鐵丸,坐熱鐵床。」Di dalam Sutra Fan Wang Cing (Pu Sha Cie Pen Hui Cie), Sutra Ta Pao Ci Cing [ Buddha memberitahu kepada Kassapa, dunia masa akan datang, ada orang bodoh memakai pakai orang suci (menggunakan Cia Sa pakaian rahib) seperti layaknya sramana. Ada brahmana atau umat yang memiliki keyakinan, melihat orang memakai pakaian Dharma, menganggap sebagai sramana, sehingga bersama-sama menghormati dan berdana. Sedangkan orang bodoh tersebut disebabkan memakai Cia Sa dan mendapatkan dana sehingga mudah muncul kegembiraan. Bila tubuh rusak dan usia habis, terjatuh memasuki neraka besar, dibungkus oleh pakaian lembaran besi bara panas,  menelan pil besi dan duduk di atas ranjang besi panas.

2.    Sedangkan katagori “bhiksu-aspal” (asli tapi palsu) adalah seseorang telah menjadi bhiksu dengan mengambil Trimandalasila  (San Than Ta Cie), tapi setelah itu ia lalai, lengah dan malas belajar sehingga tidak memahami Dharma dan sila, akibatnya lesu dan sulit melaksanakan sila kebhiksuannya, efeknya sering bertentangan dan melanggar sila kebhiksuannya. Semangat bhiksu aspal ini adalah berorientasinya cari umat dan cari dana dengan berbagai cara. Di benak pikirannya hanya kepikiran bahwa “ banyak umat tentu banyak dana”, karena menganggap umat adalah aset dan mesin cetak uang untuk para bhiksu aspal. Merekapun rajin berkeliaran dibanyak tempat untuk mencari order panggilan di rumah duka, penitipan abu jenazah, bikin upacara ritual dengan berbagai biaya, berbisnis, meramal, lihat hongsui dan sebagainya.

Bhiksu aspal ini tidak menyadari ajaran Buddha, bahwa: “Sebutir nasi yang di danakan oleh umat, jasa pahalanya besar setinggi gunung semeru; dalam kehidupan ini  penerima dana itu tidak mencapai kesucian, maka kelak dengan kulit dan tulangnya harus membayar kembali dana yang diterimanya”. (artinya seseorang sramana yang menerima dana tapi tidak melatih diri untuk mencapai kesucian, maka kelak ia akan dilahirkan berulang kali menjadi binatang, tubuhnya akan diburu, ditangkap, dikurung, disembelih, dimasak dan dimakan terus-menerus untuk membayar hutang budi, sampai hutang budi tersebut lunas).

Di dalam Ratnakuta-sutra mengatakan ada empat jenis orang yang tampaknya seorang bodhisattva (bhiksu) tapi sesungguhnya bukan (asli tapi palsu).
a.    Yang lebih condong pada keuntungan materi ketimbang pencarian atas kebenaran Dharma.
b.    Yang lebih berharap mendapatkan ketenaran daripada kebajikan.
c.    Yang mencari kebahagiaan dirinya sendiri dan tidak memperlihatkan kepada makhluk lain tapak jalan menuju penghentian penderitaan.
d.    Yang gemar dilayani oleh banyak murid dan tidak bersedia meninggalkan kemelekatan atau mengasingkan diri. (hlm 390).

“Buddha Bersabda: Kasyapa, seseorang yang meninggalkan kehidupan berumah tangga (menjadi bhiksu) mungkin memiliki dua ketidak-murnian pikiran: 1. Membaca kitab-kitab heterodoks seperti yang dari kategori meterialis; 2. Menyimpan jubah dan mangkuk indah.

Kasyapa, seorang bhiksu menderita dua belenggu kuat: 1. Belenggu pandangan salah; 2. Belenggu keuntungan materi.

Lagi pula seorang bhiksu menemui dua rintangan: 1. Intim dengan umat awam; 2. Sebel pada orang-orang bajik.
Lagipula seorang bhiksu memiliki dua noda: 1. Mentoleransi kotoran batin (dalam dirinya sendiri); 2. Melekat pada penderma.

Lagi pula seorang bhiksu memiliki dua topan hujan es: 1. Memberontak dan mengorupsikan Dharma sejati; 2. Masih menerima persembahan dari umat setelah melanggar sila vinayanya.

Lagi pula seorang bhiksu menderita dua abses: 1. Mencari kesalahan orang lain; 2. Menyembunyikan kesalahannya sendiri. (Ratnaketu-sutra, hlm 402).

Penampilannya suci tapi perilakunya siluman dengan wajahnya murah senyum tapi berhati busuk. “Bila seseorang menjadi Bhikkhu dengan mengenakan jubah kuning tetapi masih berkelakuan buruk dan tidak terkendali, maka akibat perbuatan-perbuatan jahatnya sendiri ia akan masuk ke neraka. Lebih baik menelan bola besi panas seperti bara api daripada selalu menerima makanan dari orang lain dan tetap berkelakukan buruk serta tak terkendali”. (Dhammapada 307-308).

Di dalam Mahayana-Brahmajala Sutra dikatakan: “Bila seorang bodhisattva bertindak dalam cara yang merugikan orang lain demi kepentingan pribadi, ia tidak berbeda dari seekor cacing dalam tubuh seeokor singa, yang menggerogoti organ dalamnya secara diam-diam”. Demikian kondisinya bakal terjadi, sungguh ironis! Kelak hanya siswa-siswa Buddha sendiri yang mampu menghancurkan Dharma; tidak ada penganut ajaran luar ataupun iblis yang mampu melakukannnya.

Di dalam sutra-sutra Buddhis telah di ramalkan bahwa “Raja Mara” (raja iblis) akan memusnahkan agama Buddha dari dalam, maksudnya merusak Sangha menjadi tidak berkualitas dan anggotanya dipenuhi oleh banyak bhiksu jahat. Sekarang ini sedang mewabah sehingga banyak orang menjadi bhiksu palsu atau bhiksu aspal untuk menyedot uang dari dermawan, setelah kaya ia lepas jubah dan kembali menjadi seorang perumah tangga. Orang-orang seperti itu tidak saja munafik, tapi juga merupakan seorang penipu umat. Dalam aspek tertentu, bhiksu yang menyedot uang dari dermawan dan digunakan untuk membangun vihara megah tanpa menciptakan nilai tambah dalam aspek pendidikan dan penyebaran Dharma mungkin dapat juga dikategorikan sebagi cucu-cucu Mara.

地藏菩薩本願經云:『若有眾生偽作沙門,心非沙門,破用常住,欺誑白衣,違背戒律,種種造惡,如是等罪,當墮無間地獄,千萬億劫,求出無期。』Di dalam Sutra Ti Cang Wang Pu Sha Pen Yen Jing, disabdakan: Bilamana ada makhluk-makhluk menjadi sramana palsu, hatinya bukan sramana, menghamburkan dana vihara, menggertak dan penipu umat, melanggar sila dan vinaya, bermacam-macam menciptakan kejahatan, demikian segala karma buruk, kelak akan terjatuh di neraka avici. Sepuluh juta milyar kalpa memohon keluar sulit tidak diperoleh.

Suka memakai gelar kesucian palsu seperti “Buddha hidup” (tapi tidak memiliki satu ciri apapun dari  keagungan Buddha). Bila sramana  itu bijak walaupun diberi gelar ‘Kebuddhaan’ oleh banyak guru besar pasti ia menolak mempergunakan gelar tersebut karena tidak realita, dusta, bertolak belakang dengan kenyataan. Coba renungkan, mungkin kah para guru SMA menggelar pelaksanaan wisuda dan memberikan gelar profesor S3 kepada seseorang awam tanpa tes dan skripsi? Apakah ada dan efektif anggota sangha (sramana awam) memberi gelar Kebuddhaan kepada seorang sramana awam yang tidak memiliki ciri-ciri agung Kebuddhaan? Diumpamakan seperti orang buta melukis wajah orang buta, orang buta yang dilukis wajah menerimanya, bersorak, bangga dan suka memamerkan  lukisannya kepada banyak orang. Sungguh geli, bodoh dan kasihan melihat kelakuan konyol  kedua orang buta tersebut!  Coba renungkan! Kalau sudah jadi Buddha kenapa masih jadi sramana dengan kepala digunduli? Perlu ditegaskan: “Dalam sejarah dan ajaran Maha Tripitaka agama Buddha tidak ada satupun Samyaksam-Buddha yang berkepala gundul!” (Karena Buddha memiliki 32 ciri fisik agung, salah satunya rambut kepalanya seperti lingkaran rambut seperti pagoda). Perlu diketahui, tingkatan Buddha sudah sempurna tidak melatih diri lagi. Bila seseorang mengaku sebagai Buddha hidup, kenapa masih menjalani ritual memuja makhluk suci kenapa tidak dipuja oleh semua makhluk suci? Sungguh naïf dan kontradiktif! Di dalam banyak sutra, disabdakan: Hanya Buddha yang dapat meramal dan menginisiasikan seorang Maha Bodhisattva kapan, bagaimana dan gelar apa saat jadi Buddha. Bila bukan seorang Buddha (Manusia Buddha yang realita bukan dalam mimpi yang khayal) meramal dan menginisiasikan gelar Kebuddhaan maka semuanya adalah palsu dan dusta.

《大乘寶要義論》卷九說:“如來藏經雲:佛言:迦葉!最極不善業者,所謂,或有說言我是如來等,是為最極妄語之罪. ( Di dalam Abhidharma Ta Sheng Pao Yao Yi Luen, bab ke-9, Ru Lai Cang Cing Yin, Buddha bersabda: Kassapa, adalah karma sangat jahat sekali, yaitu: Bila ada yang mengucapkan dan mengaku “Saya adalah Tathagata (Buddha) dan sebagainya”, adalah karma dusta yang terburuk dan terberat.
Seperti di dalam Sutra Intan, Buddha Dipankara meramalkan dan menginisiasikan seorang praktisi kelak menjadi Buddha bergelar Sakyamuni Buddha. Dan Sakyamuni Buddha meramalkan kelak Maitreya Bodhisattva jadi Buddha. Kalau bukan seorang “Manusia Buddha” yang memiliki sejarah historis dan realita (bukan di dalam mimpi atau khayalan) memberikan gelar Buddha dalam “Pasamuan Dharma Agung” maka gelar yang diberikan oleh guru-guru lainnya patut diragukan pasti  penuh rekayasa, dusta dan berunsur penipuan. Seperti kita ketahui, bahwa Ananda murid utama Sang Buddha selama hidupnya menjadi dayaka yang memiliki 30 ciri fisik agung dan memiliki kemampuan menghafalkan semua ajaran Buddha setelah mendengar sendiri ucapan Buddha saja tidak berani mengaku dirinya adalah wakil Buddha apalagi menjadi Buddha hidup. Saat sekarang jaman penuh kebobrokan tentu sulit sesorang praktisi memiliki 1 ciri fisik agung apalagi 32 fisik? Siapapun yang menjadi praktisi khayal yang suka memakai gelar Kebuddhaan seharusnya menjadi malu dan pasti akan ditertawakan oleh para praktisi bijak lainnya. Perlu diingat!, Buddha Sakyamuni sudah menegaskan sejak Buddha Sakyamuni Mahaparinirvana sampai kemunculan Bodhisattva Maitreya menjadi Buddha tidak ada “Manusia Buddha’ yang muncul di dunia Saha ini, hanya setelah 5,672 juta tahun kemudian Bodhisattva Maitreya akan hadir menjadi Buddha. Kalaupun benar ada Buddha lain mau muncul atau tampil di dunia Saha ini ia pasti menjelma ke bentuk lain dan merahasiakan identitas aslinya, tidak akan mengungkapkan wujud Buddhanya atau gelar kesuciannya. Bila rahasia penjelmaannya bocor dan diketahui oleh makhluk lain, maka ia segera lenyap dan meninggalkan tempat tersebut. Oleh karena itu, siapapun yang memakai “gelar Kebuddhaan” pada jaman sekarang ini semuanya adalah palsu, dusta  penuh rekayasa penipuan.

Gelar kesucian “Dharma-Raja” (gelar Dharma Raja adalah sebutan untuk Buddha pembabar Dharma yang tiada taranya). Gelar Dharma Raja sekarang banyak dipakai praktisi khayal penjual obat. Coba koreksi dia, apakah ia bisa menghafal isi dan memahami semua ajaran Maha Tripitaka? Kalau belum mampu berarti gelar tersebut palsu. Jangan kata ia bisa hafal mungkin baca saja belum tuntas. Bagaimana bisa menyandang gelar begitu angkuh? Perlu diingat! Bodhisattva Manjusri yang telah menjadi guru untuk 7 Buddha saja ia tidak sesumbar berkata sebagai Raja-Dharma melainkan senantiasa rendah hati hanya menjadi Bodhisattva siswa Buddha atau digelari siswa Raja-Dharma saja. Guan Yin Pu Sha yang sangat dikenal dan dikagumi banyak makhluk di alam semesta, sebenarnya telah menjadi Buddha  dan pernah menjadi gurunya Sakyamuni pada masa lalunya,  sekarang Beliau bersedia turun tahta, hanya menjadi siswa Sang Buddha dengan memakai gelar Bodhisattva atau Mahasattva saja. Catatan: bila seseorang praktisi karena alasan atau kondisi tertentu lalu memberi gelar kesucian untuk diri sendiri, atau para guru-guru besar yang belum mencapai tingkatan Dharmakaya tapi memberikan segala gelar kesucian kepada seseorang, maka semua gelar yang diberikan tidaklah  realita dan efektif. Coba renungan mana ada sih kesucian bisa  diberikan? Mana mungkin gelar kesucian bisa diberikan dari orang yang belum suci kepada seseorang yang belum suci juga. Kalaupun orang itu sudah suci tentu sang aku dan egonya sudah lenyap bagaimana ia masih suka memakai gelar kesucian? Jika menemukan seorang suci yang suka memakai atribut kesucian umumnya ia belum benar-benar suci!  Bila satu saat Sang Buddha memberi segala gelar kesucian atau julukan mulia lainnya, itulah gelar kesucian yang efektif dan realita, karena Sang Buddha sudah memahami kebenaran absolut secara realita dan tidak pernah berdusta.

Gelar “Guru-Anuttara” (Guru Anuttara artinya Guru tiada taranya atau Guru tiada bandingnya di jagat raya ini).  Diketahui Gelar Guru Anuttara yang sering digunakan oleh seorang perempuan pesolek, sungguh aneh dan lucu? Apakah ia belum melihat ajaran Buddha yang mengatakan bahwa seorang bertubuh perempuan tidak bisa mencapai tingkatan Anuttara (Guru Buddha). Hanya seorang bertubuh pria yang mempunyai 8 kondisi kehidupan luhur, memiliki 32 ciri agung dan 80 tanda-tanda kemuliaan lainnya yang memiliki kemampun pembabaran 84 ribu metode Dharma yang layak dan efektif menggunakan gelar Guru-Anuttara tersebut. Bagaimana bisa seseorang guru khayal yang baru memahami satu metode Dharma, belum mengusai seluruh ajaran Maha Tripitaka dan belum mempunyai bukti dan tanda keluhurannya sudah sombong dan gila hormat menyandang Guru Anuttara? Apakah seseorang praktisi awam baru saja bisa mendengarkan bisikan gaib di telinganya atau malam mimpi di inisiasikan oleh makhluk gaib tanpa melihat kenyataan diri dan realitas kondisinya lantas percaya segala informasi gaib tersebut? Seseorang praktisi seharusnya melihat bagaimana bentuk kualitas lahiriah, batiniah, kondisi kehidupan dan kemampuan yang dimiliki? Bila serba minim dan miskin tanpa ciri agung dan dirinya masih cenderung mempunyai hawa nafsu dan kemelekatan duniawinya belum lenyap, bagaimana bisa ia begitu khayal dan sombong mengatakan sebagai Guru Anuttara yang berarti guru jagat dunia (Guru Anuttara adalah sebutan untuk Guru Buddha)? Sungguh kasihan terhadap orang bodoh  yang tidak memahami kebenaran Dharma, tidak memiliki kesucian Dharma, tidak mempunyai sarva paramita jasa pahala yang berlimpah, tidak mempunyai ciri-ciri dan kondisi agung dan tidak mempunyai kemampuan unggul  tapi memakai predikat dan gelar Guru Anuttara yang palsu, dusta dan membodohi banyak orang. Hanya orang bodoh dan orang yang mau dibodohi yang senang berguru kepada “guru super” bodoh.
Praktisi Sakit
Bila seseorang tidak memahami, mempraktikan dan menembusi Sutra Intan (Cing Kang Cing) maka praktisi demikian disebut Praktisi-sakit (Siu sing ce te ‘Thung Ping’) . Kenapa bisa disebut “praktisi sakit”? walaupun praktisi tersebut melakukan pembabaran Dharma dan melakukan segala kebajikan tapi terjebak dan melekat kepada corak, ciri dan pahala sehingga khayalan diri dan kesombongan dirinya berkembang dan menjulang tinggi sehingga ada kebajikan tapi mentalitas batinnya khayal dan  sesat, maka disebut “praktisi sakit” Bila saja penyakit praktisi ini tidak menyadari, tidak memperbaiki dan dibiarkan terus, maka lama-kelamaan akan mengarah menjadi “Praktisi siluman Mara”. Bila ada seorang praktisi yang mengaku Buddha-hidup, Dharma-raja, Guru-anuttara atau gelar kesucian lainnya  tetapi tidak mempunyai 8 kondisi kelahiran luhur, tidak mempunyai 32 ciri fisik agung dan 80 tanda-tanda keluhuran lainnya, maka gelar mereka adalah: “Buddha-palsu, Dharma-raja-palsu, Guru-Anuttara palsu”. Bila ternyata segala gelar kesuciannya palsu, maka sektenya juga palsu, ajarannya juga palsu, siswa dan umat pengikutnya berarti tertipu dan juga belajar kepalsuan (menyimpang).

Umumnya segala kebohongan dan kepalsuan disukai oleh barisan Mara, akan didukung oleh kegaiban Mara, dicengkeram oleh kekuatan Mara, dan dikuasai oleh Mara, atau memang mereka pratiksi keturunan anak-cucunya Mara yang menyusup dan menyamar jadi sramana palsu, sehingga sesumbar mengatakan dirinya Buddha-hidup, Dharma-raja, Guru-Anuttara. Jikalau kepalsuan mereka mampu mengajar Dharma pun sudah pasti menyimpang dan membodohi para siswa dan umat. Umumnya keturunan Mara yang suka memakai gelar kesucian tertinggi pandai ceramah Dharma tapi sulit dan tidak mampu melaksanakan Dharma, buktinya mereka yang memakai gelar palsu, masih belum bisa meninggalkan kesenangan duniawi, punya istri, minum alkohol, makan daging, pakaian mewah, memakai perhiasan mewah, vihara mewah, mobil mewah dan lain sebagainya, bagaimana bisa melatih diri? Pelepasan agung saja belum bisa mereka lakukan? Bagaimana bisa mencapai tingkatan kesucian sempurna? (coba tengok dan lihat Buddha Sakyamuni, Beliau adalah Buddha historis yang mempunyai bukti sejarah yang otentik bisa dibuktikan, silakan perhatikan bagaimana kehidupannya dan sejarahnya? Buddha Sakyamuni mampu melepas tahta, harta dan wanita, menjadi seorang pertapa agung, tidur di bawah pohon, makanannya dari hasil pindapatra, pakaiannya sederhana, selalu berjalan kaki, tapi Beliau memiliki 8 kondisi kelahiran luhur, 32 ciri fisik agung dan 80 tanda-tanda kemuliaan lainnya, mengajarkan Dharma bukan kegaiban, tidak ada satupun cacat dan kejahatan yang dilakukan oleh Buddha-hitoris yang asli.

Bagaimana dengan Buddha-palsu? Cobalah tengok sejarah kelahiran dan kondisi sejak lahir sampai sekarang, pasti bergelimang dengan kebodohan, kenakalan, keusilan, dan penuh kemaksiatan serta banyak aksi kejahatannya, seperti menjadi tukang ramal dan santet. Kalaupun mereka yang memakai gelar palsu bisa melakukan kebajikan tapi karena sesat, dusta  dan menyimpang maka kelak hanya bisa masuk ke surga Mara (alam dewa tingkat ke-6 yang dikenal sebutan alam Tha Hua Ce Cai Thien). Bila mereka yang suka berdusta dan menyenangi kepalsuan berbuat banyak kejahatan pasti kelak masuk ke neraka. Umumnya siswa dan umat pengikut guru palsu sekarang ia akan tertipu, terkecoh, terjerat dan kecewa karena tidak mendapatkan pencerahan dan kesucian, kelak mereka akan menyesal dan menderita panjang sekali di alam sengsara. Waktu yang bisa membuktikan benar atau tidaknya segala gelar kesucian seseorang. Juga hanya hukuman sebab-akibat yang bisa membuktikan segalanya kelak nanti, hanya orang suci yang sudah memiliki ilmu kegaiban yaitu mata-dewa dan kegaiban yang mengetahui isi dan kualitas hati seseorang dapat membuktikan kemana dan bagaimana kehidupan selanjutnya para sramana yang memakai gelar palsu tersebut.

佛說《楞嚴經》經中有關辨別真偽的原文節選:
a.    毀謗出家,輕蔑持戒。常言:“酒肉穿腸過,佛在心頭坐。我已經開悟證果,何勞持戒?我是持而不持,不持而持。”說得謬論連篇。《楞嚴經》雲:“其人常於信心檀越飲酒啖肉,廣行淫穢。因魔力故,攝其前人,不生疑謗。”〔受陰魔第九〕於是,弟子與師“破佛律儀,潛行貪欲。
b.    讚歎淫欲,褻瀆佛法。“口中好言,眼耳鼻舌,皆為淨土。男女二根,即是菩提,涅槃真處。彼無知者,信是穢言。”或云“現前肉身,即是金剛不壞身。我們師徒代代相傳,即是法身常住不絕。”遂恣縱五欲,以為傳法。彼之徒眾,還以為這是即身成佛之捷徑,於是狎媒淫穢;殊不知此是魘鬼狐魅,專竊人之精氣,令行者精歇髓枯,元氣斲喪,嚴重者甚至惹來百患纏身,橫死夭亡。《楞嚴經》雲:“現美女身,盛行貪欲,未逾年歲,肝腦枯竭……多陷王難,未及遇刑,先已乾死。惱亂彼人,以至殂殞。 ”〔想陰魔第十〕吾人怎能不心驚?願諸青少年勿為欲樂雙修之噱頭所惑,以免傷身害命,泯滅淳善之本性。
c.    神通異端,驚世駭俗。邪師有妖怪附身,故魔通廣大,或放光動地,或踴身虛空,乍顯乍沒,或穿墻過壁,或得心通。但此等皆是高級催眠的幻術來炫惑世人,斷非佛法。“見善知識,形體變移,少選無端,種種遷改。此名邪心,含受魑魅。或遭天魔,入其心腹。無端說法,通達妙義。”〔色陰魔第十〕《楞嚴經》另一段又載:“其人誠不覺知魔著……或水上行,如履平地。或於空中安坐不動。或於瓶內,或處囊中。越牖透垣,曾無障礙,唯於刀兵,不得自在。自言是佛,身著白衣,受比丘禮。誹謗禪律,罵詈徒眾。”〔想陰魔第八〕誠然,佛教裡也講神通,但真菩薩處無為之事,行不言之教,唯獨於迫不得已之情形下,才露一兩下身手,以德攝群機。怎會亂顯魔通,炫嚇敲詐,以求名利,自我宣揚呢?對於那些自我崇拜,自稱活佛活菩薩者——諸位同修要特別小心呀!
d. 我慢無比,跋扈專橫,因魔力所持故。經云:“身有威神,摧伏求者,令其座下,雖未聞法,自然心伏。”〔想陰魔第四〕。邪師增長狂慧,口說妙法,或吟詩作對,專弄精魂。經云:“若口說偈,或自誦經。各各歡娛,得未曾有。”〔想陰魔第三〕並且,他們喜訐露人之隱私,不避譏嫌;能令弟子,如膠似漆,心生戀慕。
e. 現奇特相,無益苦行,以貪供養。經云:“多食藥草,不餐嘉饌。或時日餐,一麻一麥,其形肥充,魔力持故。”〔想陰魔第七〕此類魔怪,好占卜禍福,水火刀兵,危言聳聽,屆時毫釐不差,層層應驗:“口中好言,災祥變異……或言劫火,或說刀兵,恐怖於人。”〔想陰魔第一〕今時,預言地震、海嘯、世界末日、星宿變怪、國運動亂者,多數為山妖水怪所著,以來恫嚇世人。
f. 未證言證,打大妄語。常言 ”我是活佛”、”菩薩再來”,但不經修得,無修無證,撥無因果,豁達空。這都是大我慢魔、狂魔、空魔作怪,故大言不慚。經云:“生無限勇,其心猛利,志齊諸佛。謂三僧劫,一念能越。〔受陰魔第二〕”是人喜言某人是某佛,某菩薩化身,或言佛也有大小,先佛後佛,真佛假佛,男佛女佛。〔想陰魔第二、第三〕。或言:我於前世,就是你尊師,你們都是我多生之弟子。或言:當時你們是我的妻子兄弟兒女,今來相度。我等應同歸某極樂世界,供養某佛〔想陰魔第五〕。如是欺誑之言,淆亂視聽。

Peraturan Pratimoksa Kebhikshuan
Di dalam Mahayana Vinaya mengenai “Peraturan Pratimoksa”, disebutkan Pelanggaran Parajika. Ada empat kesalahan parajika. Semua dari empat kesalahan itu adalah kesalahan yang terberat yang disebut “Kesalahan Kematian” atau “Kesalahan Maut”. Empat kesalahan-kesalahan itu adalah:
a.    Abrahmacarya: Asusila Kelamin.
Seorang bhikshu yang mengumbar diri dalam perbuatan kelamin dengan wanita, laki-laki atau binatang betina, telah melakukan kesalahan Parajika. (Bila satu saat seorang bhikshu atau sramana bermain seks dengan lawan jenis atau seks sejenis atau seks campuran (Heteroseksual, Homoseksual, Lesbi atau Biseks atau dengan binatang) sekali saja sudah melakukan kesalahan parajika berat. Bagaimana bila seorang bhikshu atau sramana mempunyai istri, suami, atau pelihara berondong untuk masa yang lama? Sungguh sukar diketahui berapa banyak karma buruk akibat kesalahan parajika yang sudah dilakukan?).
b.    Adattadanad: Pencurian.
Seorang Bhikshu yang secara salah mengambil barang apapun seharga 5 Masaka (dengan ukuran nilai 60 Baht = 1 Pound Sterling, maka 1 Masaka = 4.50 Baht: atau 1 masaka = 16 Tung-Chien mata uang tiongkok kuno) telah melakukan kesalahan Parajika.
c.    Vadha (Himsa): Membunuh.
Seorang Bhikshu yang membunuh satu makhluk manusia, baik dengan tangannya sendiri ataupun melalui petunjuknya, ataupun melalui hasutannya, atau berkomplot dengan pembunuh, dia telah melakukan kesalahan Parajika.
d.    Uttaramanusyadharmapralapad : Berbicara Palsu.
Seorang bhikshu (sramana) yang berbohong dan menyombongkan telah mencapai “tingkat kesucian” (seperti gelar: Buddha hidup, Guru Anuttara, Dharmaraja atau Terlahir dari Bunga Teratai) yang sebenarnya tak dimiliki, dia telah melakukan kesalahan Parajika.

Parajika merupakan Bagian Pertama dari Pratimoksa yang berisikan Aturan pengusiran dari Sangha bagi kesalahan-kesalahan yang tak berampun; kesalahan-kesalahan itu tidak dapat diampuni dengan pengakuan dihadapan Sidang Sangha ataupun oleh resolusi Sidang Sangha itu sekalipun. Si pelanggar adalah seperti sebatang jarum tanpa mata, batu pecah yang tak mungkin tersatukan lagi, sebatang pohon terpotong dua yang tak akan tumbuh lagi, ataupun seperti orang mati. Dia sepenuhnya tergelincir dan menjadi suatu pembawa malu selama masa hidupnya. Seorang Bhikshu yang melakukan satu kesalahan Parajika melibatkan dirinya dalam pengusiran dari Sangha. Dia tidak dapat ditahbiskan lagi menjadi sramana ke dalam Sangha .
在大乘《三摩地王經》中說:「破戒墮惡趣,多聞無力救。」若破了根本戒,雖然廣聞多學佛法經論,也不能使自己免墮惡趣。Di dalam ajaran Mahayana, Sutra San Mo Ti Wang Cing, disabdakan: “Melanggar sila terjatuh di alam menyedihkan, walaupun banyak belajar atau mendengar tetapi tidak ada kekuatan untuk menolongnya” Bilamana melanggar sila Parajika (sila utama), walaupun luas pengetahuan dan banyak belajar Buddhadharma mengenai Sutra dan Abhidharma, tidak dapat terhindar terjatuh ke alam menyedihkan.

佛在《雜阿含經》中有授記:「魔等不能毀壞佛法,只有形象為佛弟子,但內心 無聞思修,不持淨戒的修行人才能毀壞佛法,滅盡佛的正法。」故我們在弘法利 生時,最主要的是不能失壞三乘的根本戒。Buddha di dalam Sutra Ca Ah Han Cing, pernah bersabda: Si jahat Mara tidak bisa merusak Buddhadharma, hanya berpenampilan sebagai siswa Buddha, tapi hati dalamnya tidak ada pengetahuan, introspeksi dan melatih diri. Praktisi yang tidak melaksanakan sila suci yang dapat merusak Buddhadharma, memusnahkan dengan tuntas Buddha punya kebenaran Dharma.  (oleh karena itu, kami semua saat membabarkan Buddhadharma memberikan manfaat kepada para makhluk, yang terpenting tidak boleh kehilangan dan merusak sila dan vinaya utama dari Triyana)

Pepatah mengatakan: “Tong kosong nyaring bunyinya, tong berisi melempen suaranya”. Praktisi yang suka menyandang dan mempromosikan gelar kesucian tinggi umumnya suka promosi, suka pameran, gila hormat, gila sanjungan, khayal dan kosong kebijaksanaannya. Karena apa? Karena terjerat khayalan Sang Ego & Dirinya yang melambung tinggi. Sedangkan praktisi yang mencapai kesucian yang sesungguhnya adalah  “Sang Ego dan Diri” sudah disunyakan, tanpa diri dan tiada diri. Realitanya demikian!

Ironis memang, karena banyak umat Buddha dangkalnya dan minimnya pengetahuan Dharma dan belum melek Dharma, sehingga mudah tergoda, tertipu, dibodohi, diakali, diperalat dan terjerat oleh guru-guru khayal aliran  menyimpang. Para bijaksana dan makhluk suci sungguh merasa iba, kasihan dan sedih mengetahui umat-umat buta Dharma tersebut terjerat aliran menyimpang, dibina oleh guru-guru sesat, bersama–sama memasuki dunia sesat dan bersama pula memasuki alam menyedihkan. Untuk mencegah dan mengantisipasikan supaya umat-umat Buddha tidak terjerat ke jalan menyimpang, maka dianjurkan kepada semua pihak yang menjadi “Pelaksana Dharma dan Pelindung Dharma” harus peduli dan mengambil peran aktif untuk menyebar-luaskan tulisan artikel ini guna menyadarkan para umat Buddha, supaya  para umat Buddha bisa teliti, waspada, koreksi, cerdik dan pandai melihat figur dan aksi guru-guru yang beraneka ragam tersebut, agar  jangan sampai salah pilih guru, salah belajar, salah jalan dan salah memasuki surga, yaitu: surga penderitaan.

3.    Banyak guru dan praktisi aliran menyimpang, perilakunya tidak kenal budi, tidak punya akal budi dan tidak bisa balas budi. Banyak ajaran Buddha yang diklaim, dimodifikasi, ditambahkan, dibelokan atau di caplok menjadi karya kemahiran dirinya, sesumbar mengatakan “Aku” telah menemukan, melaksanakan, menembusi dan membabarkan Dharma unggul. Kenyataannya adalah menjiplak dan mencontek ajaran Buddha tapi mengaku karya menulisnya sendiri. Banyak sramana keturunan siluman Mara pintar mencuri, mencontek dan menjiplak Buddhadharma dan mempergunakan Buddhadharma untuk mempromosikan dan menjadikan dirinya yang ‘super hebat’, ‘serba bisa’ dan ‘sangat luar biasa’. Sramana keturunan siluman memang bisa membohongi dan membodohi para umat awam, tapi tidak bisa mengelabui para bijaksana. Semua belang dan semua kebohongan terlihat jelas oleh para bijaksana. Seseorang yang belum mencapai penerangan sempurna mencapai Samyaksam-Buddha maka segala karya tulisannya cenderung khayal dan penuh fantasi, sangat diragukan kebenarannya, tidak bisa dipercaya untuk dijadikan pedoman dalam belajar maupun praktik. Untuk itu, dianjurkan kepada umat Buddha dan masyarakat luas jangan membeli, melihat, belajar dan praktikkan tulisan buku-buku karya siluman yang berpredikat Buddha palsu. Ingat! Belajar dan praktik dharma menyimpang atau dharma sesat kelak dapat berakibat fatal dan menyebabkan terlahir di alam tiga celaka, atau terlahir menjadi budak nafsu menjadi pengikut barisan Mara.

Umumnya penulisan buku karya siluman yang mengaku sebagai Buddha, ciri-ciri tulisannya adalah sebagai berikut: menulis apapun bergaya untuk penampilkan “Sang Ego, Sang Aku dan MilikKu” nya yang super tinggi, super gaib, super bisa dan super khayal. Ditambah dengan foto wajahnya selalu diekpos dengan murah senyum, gambar tubuhnya selalu dihiasi oleh cahaya. Pakaiannya aneh dan mewah seperti seorang raja/pendekar.  Tulisannya serba gaib dan abstrak, menceritakan dirinya super he-he-hebat. Orangnya masih hidup tapi dibikin patung untuk dipuja-pujikan umat. Kecenderungan umatnya di ajarkan untuk melafalkan mantra dirinya agar dapat dikendalikan, patuh dan terikat dengan guru, dan lain sebagainya yang cenderung mistis penuh ilusi dan delusi. Memang kenyataannya siluman Mara pun mempunyai keluarga dan pengikutnya, jadi hanya umat-umat siluman saja yang tertarik dan terjerat dengan guru siluman, ajaran siluman dan berkawan dengan siluman. Bila umat Buddha yang sadar, baik dan benar pasti hanya tertuju kepada Guru Agung Sakyamuni Buddha, belajar Buddhadharma Sakyamuni, berkawan juga dengan umat Buddha Sakyamuni. Ingat! sejak Sakyamuni Buddha memasuki Mahaparinirvana sampai saat Maitreya Bodhisattva menjadi Buddha, jadikan Buddhadharma Sakyamuni sebagai “Guru Pengganti” untuk berlindung; siapapun yang mengajar Buddhadharma Sakyamuni, hidup sesuai dengan Buddhadharma Sakyamuni, realita praktiknya tidak bertentangan dengan Buddhadharma Sakyamuni, maka belajarlah dengannya. Di luar itu hormati dan tinggalkan.

大般若經云:『法由佛說、從佛心生、從佛口生;法者證悟義、法者實相義、法爾如是義、法者解脫義。』Di dalam Maha Prajna Sutra, disabdakan: Dharma dari ucapan Buddha, muncul dari hati Buddha; kebenaran Dharma diketahui dari pencerahan, kebenaran Dharma adalah wujud realita, kebenaran Dharma adalah sedemikian adanya, kebenaran Dharma bertujuan pembebasan mutlak.

4.    Sramana keturunan Mara perilakunya senang merusak dan mengacaukan ajaran Buddha dan siswa Buddha. Bukti perilaku merusak image, mengacaunya figur dan kualitas sangha, antara lain: umat awam di ajarkan memakai jubah Hai Ching kuning (pakaian rahib) dan memakai Cia Sa kebhiksuan sehingga tidak ada perbedaan jelas antara bhiksu dan umat awam. Umat awam di ajarkan memakai topi  Pi Lu Mao kemana-mana memimpim upacara Chautu, tapi sampai di rumah masih suka bermesraan dan menikmati kehidupan seksual, minum alkohol dan pesta makan daging. Tanpa memahami sila, melaksanakan vinaya dan kehidupan suci, bagaimana seorang umat awam begitu gegabah dan rakus menyerobot dan mengambil alih pekerjaan para  bhiksu atau bhiksuni? Melihat kondisi demikian yang terjadi sungguh kasihan dan menyedihkan melihat umat keblinger yang mengabaikan kebenaran Dharma karena berpedoman kepada ajaran keblinger dan belajar kepada guru yang keblinger, yang pasti kelak pasti terjatuh ke neraka sesuai perilakunya yang keblinger. (Barang siapa yang belum bebas dari kekotoran-kekotoran batin, tidak memiliki pengendalian diri serta tidak mengerti kebenaran, tidak patut ia mengenakan jubah kuning (Dhammapada)).
5.    Perlu diketahui, ciri dan watak guru-guru palsu, aspal (asli tapi palsu) atau guru berlabelkan aliran menyimpang, cenderung mempunyai sikap dan perilaku seperti di bawah ini:
a.    Tidak mempelajari, memahami dan mempraktikkan Dharma, sila dan vinaya dengan baik.
b.    Miskin pengetahuan Dharma, dan hidup bertentangan dengan Dharma.
c.    Tidak melaksanakan kebaktian pagi dan sore. Tidak membabarkan Dharma untuk mengembangkan kualitas Bodhicitta umat awam.
d.    Tidak memahami makna dan tujuan sesungguhnya menjadi sramana.
e.    Hidup mewah dan boros, senang gonta-ganti penampilan dengan membeli dan memakai segala keperluan bermerek dan mewah. Praktisi Dharma yang benar dan baik, adalah “Mensunyakan atau Meniadakan Sang Aku” tapi praktisi sempalan umumnya senang “Menonjol dan melambungkan Sang Aku”.
f.    Suka mempromosikan kehebatan diri, mencari popularitas, selalu ingin tampil dimanapun untuk dikenal dan dicari orang.
g.    Buka praktik pelelangan barang antik, meramal nasib, bikin hu untuk penglaris dan membantu mengabulkan segala permintaan umat, melihat hongsui dan kegiatan kias untuk buang sial.
h.    Hasrat, semangat dan tujuannya hanya mencari dana dengan berbagai cara.
i.    Malas melatih diri, tidak ada displin, moralitas, dan minim spiritualitas diri.
j.    Penampilannya sebagai Bodhisattva tapi kelakuannya sebagai siluman. Sikap dan perilakunya liar penuh kepura-puraan untuk menutupi segala belangnya.
k.    Pikirannya selalu berusaha apa yang bisa kudapatkan, bukan apa yang bisa kuberikan.
l.    Minim kebajikan tapi nafsunya besar. Hidup seperti umat perumah tangga (punya istri, usaha, geng, dan saham).
m.    Tidak mempraktikkan pelepasan agung, tidak teguh dan bersemangat di jalan kesucian.
n.    Kehidupan sucinya disibukkan hanya menunggu order, shopping, berlibur, nonton TV parabola, lihat internet dan senang dipijat (termasuk selera menonton pornografi dan senang mencari kesenangan sensualitas untuk pelampiasan seksualitas).
o.    Tidak menghasilkan produk kebajikan, seperti pembabaran Dharma, penyebaran Dharma, retreat dan minim kegiatan positif lainnya.
p.    Tidak pernah bermeditasi apalagi menyepi Cie Sia An Ci (3 bulan retreat menyepi).
q.    Senang bikin upacara, kegiatan hiburan dan piknik. Utamanya sibuk jualan alat-alat keperluan sembhayang.
r.    Mencari dan mengumpulkan banyak murid dan anak-anak terlantar untuk dikaryakan dan ditugaskan demi mengejar ambisi untuk kepentingan pribadinya.
s.    Kegiatan lain sebagainya yang cenderung aktivitasnya bertolak belakang dan jauh dari kesucian dan tidak berorientasikan menuju jalan pembebasan mutlak.
t.    Sramana sesat, palsu atau aspal sangat antipati dan menghindar untuk mempelajari dan melafalkan Sutra Intan dan Sutra Shurangama (Len Yeng Cing).  Bila ada umatnya berniat mempelajari dan melafalkan ke 2 sutra tersebut, maka umumnya dilarang atau ditakuti dengan gertakan karma buruk segera muncul, padahal hasil kerjaan guru sesatnya via santet yang menggangu yang menyerupai karma buruk yang sedang berbuah.

Kenapa sekarang begitu banyak sramana bisa terjerumus kembali ke arus lingkaran duniawi? Padahal orientasi dan tekad awalnya setiap sramana pasti baik dan benar untuk meraih pencerahan dan pembebasan mutlak. Tapi kenapa lama-kelamaan jadi merosot demikian? Tiada lain diabaikan pembacaan sila dan vinayanya yang diwajibkan satu bulan dua kali, dan tidak dipraktikkan sila dan vinaya dengan baik, tidak berjuang gigih untuk mengembangkan Bodhicitta sehingga para makhluk suci pembimbing dan pelindung sramana tersebut pada mundur dan kabur semua. Karena tiada pembimbing dan pelindungnya maka “Barisan Mara” mudah merasuk, mengacaukan dan menghancurkan kehidupan para sramana yang lengah dan lemah tersebut. “Mara tak dapat menemukan jejak mereka yang memiliki sila, yang hidup tanpa kelengahan, dan yang terbebas melalui Pengetahuan sempurna”. (Dhammapada 57).

Kenapa Para Sramana Tidak Fokus & Giat Melatih Diri?
Para umat Buddha harus meneliti untuk mengetahui, kadang-kadang para sramana mengambil tindakan apapun karena disebabkan adanya sebab dan kondisi yang melatari. Misalnya soal bisnis di vihara, jaman sekarang memang banyak para sramana yang menjadi bingung, resah dan frustasi. Seperti memakan buah simalakama, “Tidak berbisnis tidak ada dana, bila berbisnis maka sulit melatih diri”. Karena sekarang kehidupan umat begitu komplek, penuh persaingan dan menjadi sulit sehingga malas dan kikir untuk berdana akibatnya perolehan dana sumbangan minim sekali sehingga tidak cukup untuk biaya keperluan vihara dan kebutuhan para sramana. Kalau bisnis dagang dilakukan seperti buka restaurant vegetarian, atau buka rumah abu, memang bisa mendapatkan income pemasukan lumayan tapi menjadi repot banyak pekerjaan, sehingga waktu dan tenaga para sramana tersita dan terkuras untuk mengurusi bisnis tersebut, sehingga capek dan lelah sehingga malas mendalami ajaran dan sulit membina diri. Tidak seperti jaman dulu, Sang Buddha karena kewibawaan dan memiliki kegaiban maka banyak para raja, bangsawan dan dermawan yang senang berdana sehingga segala keperluan para bhiksu dan bhiksuni semua terpenuhi bahkan berlimpah, sehingga mereka giat dan terfokus untuk melatih diri mencapai kesucian.

Sedangkan jaman sekarang kehidupan para bhiksu atau bhiksuni tidak ada yang dukung atau menjaminnya. Umumnya bila mau dapatkan dana sumbangan, musti bikin upacara dulu, cie yen mengunjungi rumah duka atau bikin upacara Chautu baru umat mau berdana itupun pamrih dan bersyarat untuk mohon berbagai berkah dan pertolongan dan lain sebagainya. Sungguh, jaman sekarang kehidupan para bhiksu dan bhiksuni menjadi sulit seperti anak ayam yang kehilangan induknya, jadi kondisi kemerosotan ini jangan semua disalahkan  kepada para bhiksu atau bhiksuni saja, melainkan umat yang menjadi penyebab dan ikut andil, karena tidak mau jadi penyantun tetap Sang Triratna maka ya begitulah nasib simalakama para sramana. Ingat! umat jangan hanya bisa menuntut, mencibir atau merendahkan para sramana yang kehidupannya sudah jauh dari kesucian. Tapi lihatlah tugas dan kewajiban umat apakah sudah berdana kepada para sramana secara rutin, mencukupi dan berkesinambungan untuk kebutuhan para sramana agar mereka bisa melatih diri dengan sepenuh hati? Kalau belum, berarti umat pun bersalah dan ikut andil dalam masalah kemerosotan kualitas sramana dan kemunduran Dharma.

Mengerti Dharma Jangan Melanggar Dharma
Para Bhiksu, Bhiksuni, sramanera atau sramaneri yang sudah berikrar mengambil sila dan vinaya dan bertekad memasuki kehidupan suci, untuk meninggalkan kehidupan berumah tangga, seharusnya tidak terjebak dan melekat dengan hal-hal duniawi atau disibukkan lagi oleh segala mata pencarian, merawat keluarga atau mencari sensasi kesenangan duniawi. Kehidupan sramana umumnya ditunjang dan didanakan oleh para perumah tangga atau dermawan, sehingga mereka para sramana mempunyai waktu banyak dan dapat sepenuh hati untuk melatih diri berjuang untuk meraih pencerahan dan Maha Bodhi. Apabila mereka lalai, malas, menyimpang, tidak patuh kepada sila dan vinaya, maka para sramana tersebut karma buruknya berat dan hutang budi dengan para donator karena kehidupan mereka di danakan oleh umat Buddha. 俗语:地狱门前僧道多. (pepatah duniawi mengatakan: di pintu neraka banyak hukuman untuk anggota sangha). Kenapa bisa ada kata demikian? Karena “para sramana realitanya kan punya waktu banyak untuk belajar Dharma, umumnya mengerti Dharma, berjanji untuk melaksanakan Dharma, kenapa jadi malas dan lalai mempraktikkan Dharma atau masih suka melanggar Dharma?” Di jaman bobrok sekarang ini pun banyak para sramana terlahir menjadi binatang anjing untuk menjaga vihara, kenapa bisa demikian? disebabkan masa lalunya para sramana tersebut menerima banyak dana tapi malas melatih diri atau menyalah gunakan dana umat atau dana vihara untuk kesenangan diri atau memperkaya diri. Setelah kematiannya pasti terlahir sebagai binatang untuk bayar hutang karma.

Di dalam Sutra Fo Cang Cing, Hyang Buddha bersabda: “para sramana harus sepenuh hati melaksanakan jalan kesucian, selaraskan kehidupan dengan Dharma. Jangan pikirkan atau merisaukan pakaian, makanan dan segala kebutuhan lainnya. Ada wujud sinar putih Hyang Tathagata sebagian di berikan kepada para siswa sramana saat di jaman kemerosotan dan berkah tersebut tidak akan pernah habis”.  Oleh karena itu, setiap sramana yang baik jangan takut kelaparan atau hidup susah, asalkan hati benar terfokus melatih diri maka ada pelindung Dharma (dewa atau umat) yang datang membantu. Berkah dan pahala Sang Buddha tidak akan menelantarkan siswa-Nya yang taat sila dan mempraktikan Dharma secara tekun dan telaten.

6.    Guru-guru khayal dan sesat keturunan Mara cenderung suka mendirikan sekte baru dengan ajaran gado-gado (sinkretisme) untuk mengacaukan ajaran Buddha dan mengacaukan budaya normatif dan tradisi sangha dan umat yang sudah berjalan baik.
7.    Seorang sramana licik pandai mencari kelemahan dan kesenangan umat manusia sehingga mudah mengumpulkan orang terutama umat kaya yang mudah di iming, digiring dan dipengaruhi oleh bualan jual obat, atau bila sulit dipengaruhi maka peran santet mulai bereaksi agar patuh, nunduk dan mudah mengeluarkan dana sumbangannya.
8.    Seorang Sramana jahat umumnya ego dan nafsunya tinggi, matanya merah bila melihat ada sramana lain yang lebih maju, lebih unggul atau berpengaruh maka hatinya sirik dan dengki, berusaha menjatuhkan dengan berbagai cara. Sramana sesat suka merintangi dan menghalangi Bhiksu lain untuk membabarkan Buddhadharma, dengan mengacaukan ceramah dan karya tulisan diberbagai media.
9.    Mempergunakan dan menyuruh orang bodoh untuk melakukan kejahatan menaruh racun dan obat-obat kimia yang dapat merusak tubuh di banyak restaurant vegetarian, bekerjasama dengan pelayan untuk mencelakakan orang tertentu, agar orang yang dituju bisa jatuh sakit, tubuh rusak, usia jadi pendek atau mati konyol. Melihat kondisi demikian, maka banyak praktisi tertentu yang pernah menjadi korban kejahatan tersebut menghindari makanan vegetarian di berbagai restaurant demi alasan untuk kesehatan dan keselamatan.
10.    Sramana liar dan jahat memelihara ‘geng anak muda’ sebagai kaki dan tangannya untuk melakukan aksi kejahatan berupa teror, intimidasi, buang cairan zat racun, gas racun diberbagai rumah ibadah, mobil AC, tempat tinggal para bhiksu. Atau menutup kran air utama lalu airnya dibuang sehingga air racun bisa masuk ke dalam kran air, sehingga siapa saja yang minum air tersebut pasti naik darah tinggi sekali, agar terjadi stroke, jatuh sakit, lemas dan sulit tidur. Atau mengirim geng tersebut kemana saja mengikuti seseorang untuk melakukan kejahatan untuk mengacaukan atau mengganggu ketentraman seorang bhiksu. Karena mereka pelihara geng tersebut tentu perlu banyak uang, sehingga sramana tersebut buka berbagai usaha bisnis, seperti: bar, restaurant, pelelangan barang antik, rumah abu dan sebagainya untuk membiayai aksi kejahatannya. Sramana jahat ini mempunyai hati jahat, niat jahat, kelakuan jahat, dan mengajarkan orang-orang untuk berbuat jahat lagi, dimanakah kesadaran dan hati nuraninya? Walaupun korban sudah mengetahui dan tidak membalasnya atau orang lain tidak tahu sehingga tidak peduli, tapi para makhluk suci dan pelindung Dharma semua mengetahui dengan jelas kelak saatnya tiba pasti mendapatkan hukuman yang setimpal. Sungguh teramat berat dosa dan karma buruknya, bersama-sama bhiksu jahat dan umat bodoh tersebut memasuki neraka avici karena telah melakukan garuka karma.
11.    Sramana jahat mempergunakan ilmu santet dan teluh untuk mengacaukan dan merusak kehidupan suci para Bhiksu, merusak pengikut setianya, atau memecah belah organisasi agama Buddha saingannya agar kegiatannya mandek dan sulit berkembang. Sramana jahat tersebut bisa juga menggunakan teluh atau santet agar orang yang dituju bisa berpaling kepadanya menjadi siswanya (memecah belah hubungan baik antara guru dan murid). Atau menjebak dan mencari kelemahannya untuk menggertak, mengancam dan menekan agar ia harus tunduk dan patuh kepada sramana jahat tersebut.
12.    Mencuri dokumen penting vihara, atau dukumen San Than Ta Cie atau sertifikat berguru lain (Cie Fa), atau surat-surat penting organisasi lainnya untuk memalsukan, mengacaukan, menduduki dan berencana merampas hak kepemilikan bila satu saat orang tersebut meninggal dunia. (sekarang teknologi sudah canggih penjahat pun ikut jaman. Kunci biasa pada umumnya memakai anak kunci sekarang mudah dibuka karena maling sudah menggunakan kunci berupa cairan yang dapat membuka semua pintu, hanya dengan “Konci Nomor” saja penjahat tersebut sulit membukannya.) Kadangkala sramana jahat tersebut menyuruh kelompok gengnya untuk menjebak atau mencari kelemahan dan kesalahan orang yang dituju untuk merusak image dan masa depan seorang agar ia menjadi malu, minder, lepas jubah, mati suri dan sulit berkembang.
13.    Begitupula jaman sekarang ini banyak umat Buddha yang mempunyai kedudukan dan kekuasaan di dalam vihara atau di organisasi agama. Karena memiliki kekayaan dan kepandaian sehingga berpengaruh dan banyak pengikutnya. Umat tersebut pada umumnya alergi mengambil Pancasila dan enggan melaksanakan Bodhisattva-sila sehingga sifatnya buruk dan mempunyai tujuan jelek, ia pasti bertingkah laku seperti “Boss Majikan” yang suka mengatur dan memerintah para sramana atau bhikshu sangha dalam berkerja dan berbakti. Atau menyuruh para bhikshu sangha untuk duduk diam saja jangan ikut campur dalam urusan vihara, biar umat saja yang menangani segala urusan vihara. Aneh tapi nyata ada umat keblinger demikian!  Ditambah lagi, bila umat Buddha tersebut malas kebaktian pagi-sore melafalkan mantra Shurangama sehingga bisa disetir, dipengaruh dan dibelokan oleh kekuasaan Mara atau pengikut sramana jahat sehingga menentang, melawan bahkan mau membinasakan sramana gurunya sendiri melalui penggunakan santet atau racun makanan dan minuman. Mereka umat awam jarang sekali memahami kesulitan para sramana, kebenaran Dharma dan aturan Sangha (Pratikmoksa) sehingga perilaku umat tersebut suka sembrono, liar dan sewenang-wenangnya merendahkan dan merusak para sramana bahkan sering terjadi mengusir sramana keluar dari vihara. Banyak terjadi jika umat tersebut membantu sramana memimpin kebaktian atau mengurus surat dan pembukuan, karena kebanyakan para sramana begitu sibuk melatih diri dan melayani banyak umat sehingga lupa dan alpa mengurus surat atau memang tidak memahami pengurusan perijinan, sehingga semua urusan administrasi diserahkan kepada umat tersebut. Umat tersebut bukan membantu bersih tanpa pamrih melainkan ada udang di balik batu, yaitu umat tersebut berambisi untuk mengusai kepengurusan dan property vihara atau sekolahan. Kelengahan sramana ini sudah banyak terjadi antara umat dan suhu berebut vihara atau sekolahan di dalam pengadilan.
14.    Umat-umat Buddha yang imannya tipis tapi nafsunya besar sehingga mudah dirasuk oleh iblis atau memang hatinya jahat,  sekarang mudah bersekutu atau bersekongkol dengan iblis untuk mengacaukan dan menghancurkan citra, wibawa, reputasi dan masa depan seorang bhiksu. Awalnya umat tersebut memang belajar Dharma dengan gurunya tapi lama-kelamaan mendambakan kekuasaan dan ingin mengusai vihara. Bila hasratnya tidak tercapai maka ia mulai beraksi memboikot umat lain dengan segala cara baik hasutan maupun pergunakan ilmu santet via dukun untuk menghancurkan aktivitas vihara. Tidak cuma itu saja, ia pun gemar dan selalu mencari kelemahan dan kekurangan gurunya untuk disebarkan dan digossipkan kepada umat lainnya. Ia pergunakan media teknologi informasi mengirim email tanpa nama asli, mengirim sms tanpa nama jelas untuk menghujat dan menjelekkan seorang bhiksu. Sungguh iba dan sedih melihat kelakukan buruknya, karena sudah pasti ia secara langsung maupun tidak langsung melakukan perbuatan “Garuka-Karma”, yaitu: Sangha Bhedaka memecah belah sangha (sangha di dalam Sekte Mahayana termasuk 7 jenis makhluk yang mempraktikkan Buddhadharma). Adapun makna dan pengertian “memecah-belah sangha” adalah mengganggu ketentraman dan kerukunan para bhiksu dan umat Buddha. Perbuatan memecah-belah sangha sekarang rejekinya rusak dan usia pendek, kelak setelah kematiaannya pasti masuk ke neraka Avici.
15.    Ada sramana senior yang menghendaki kedudukan dan kekuasaan langgeng umumnya berupaya dan berusaha keras untuk memangku jabatan sebagai ketua sangha seumur hidup tanpa bisa berorganisasi, tidak mampu memimpin dan menjalani organisasi, tidak ada agenda dan program kerja, juga tidak ada karya nyata dan laporan pertanggungjawaban selama memangku jabatan sebagai ketua sangha. Keserakahan ini dipicu karena sebagai ketua sangha pasti senantiasa dihormati, disegani, dipuja dan dipuji oleh banyak umat, juga banyak mendapatkan sumbangan atau donasi property untuk pribadi atau kelompoknya sehingga berambisi sepanjang hidup memangku jabatan sebagai ketua sangha. Sramana senior tersebut tidak melakukan kaderisasi bahkan menutup pintu organisasi bagi sramana lain yang berbakat dan berkualitas untuk memimpin organisasi sangha. Sramana senior tersebut hanya pandai bermain kolusi untuk membuka peluang terbuka pintu organisasi untuk kelompoknya saja dan menyediakan putra mahkota dari keturunannya saja untuk menduduki jabatan struktural organisasi sangha, mengabaikan pilihan berdasarkan kemampuan, kualitas, pengabdian dan keputusan musyawarah bersama dari para anggota sangha secara benar, jujur dan adil sesuai anggaran dasar dan anggaran rumah tangga organisasi sangha. Karena tidak berfungsi dan tidak berjalannya organisasi sangha secara terbuka, adil dan fair, ditambah mandeknya saluran aspirasi dan minim karya bakti organsasi sangha yang ada, akibatnya bermunculah banyak organisasi sangha baru lainnya akhir-akhir ini, tapi sramana senior tersebut bukan menyadari kekeliruannya, menyesal dan bertobat malah ia bersama kelompoknya tambah nekad berusaha sebisa mungkin dengan berbagai cara untuk menjegal, menjatuhkan dan menggagalkan organisasi sangha baru agar mati suri tidak bergerak, tidak dapat berperan dan berkembang sebagaimana mestinya.
16.    Begitupula bila ada sramana lain yang terampil dan berkualitas untuk membabar Dharma atau mengadakan pabbajja, atthasila atau kegiatan positif keagamaan lainnya maka ia akan sirik, marah dan gusar sehingga menyuruh barisan kelompoknya atau mengutus geng anak muda untuk pergi mengacau dan merusak acara sramana lain tersebut secara melempar batu menyembunyikan tangan. Sramana senior tersebut lupa bahwa perilaku demikian  justru merusak dan mengacaukan perkembangan agama Buddha dan merusak ketentraman dan kerukunan sangha, yang berarti memecah belah sangha dan mengacaukan Sang Triratna. Apa akibat karma buruknya? Kehidupan sekarang ia sendiri merusak rejeki dan kearifan kehidupan sramananya, dan merusak kondisi kehidupan selanjutnya karena ia pasti masuk ke neraka avici.
17.    Bila seorang sramana keturunan Mara menjadi ketua vihara maka otomatis vihara tersebut tidak di diami (dihuni) oleh Sang Triratna, dan para pelindung Dharma akan lari dan kabur meninggalkan vihara tersebut. Sebaliknya keluarga besar keturunan Mara dan dewa jahat pasti senang bercokol disana. Sehingga mau belajar baik sulit mau belajar jahat jadi mudah, sudah pasti di vihara tersebut para penghuni, pengurus dan umatnya banyak terjadi gesekan dan benturan, suka ribut dan bertengkar dalam segala hal. Ada pepatah mengatakan bahwa ‘tikus anaknya pasti tikus’ sedang ‘macan pasti anaknya macan’. Bila satu saat sramana tersebut menerima murid pasti mendapatkan murid yang brengsek yang memiliki mental jelek bahkan mentalnya lebih buruk dari gurunya, karena apa? Karena ada sebab tentu ada akibat. Ada pepatah mengatakan: “guru kencing berdiri pasti murid kencing berlari.”
18.    Untuk mengetahui siapakah sramana baik dan siapakah sramana jahat, coba perhatikan bagaimana sikap-perilaku dan perjuangan mereka. Umumnya sramana baik tersebut sikap dan perilakunya murni sesuai Dharma dan tidak melanggar sila dan vinaya, hidup sederhana dan mandiri. Karena tidak mencari keuntungan duniawi melainkan tekun dan bersemangat untuk mempraktikan dan membabarkan Buddhadharma maka umumnya kondisi kehidupannya cenderung serba minim, sulit  dan banyak kekurangan, juga umumnya  niat dan usaha sramana baik banyak dikacaukan dan digagalkan untuk melaksanakan berbagai kebajikan dan karya-karya luhurnya untuk mengembangkan Buddhadharma, karena dirintangi, dipersulit dan dihalangi oleh banyak sramana keturunan Mara atau barisan Mara. Sedangkan sramana jahat dalam kehidupannya pandai dan senang mengumpulkan banyak umat orang kaya untuk mendapatkan banyak dana, gemar mencari keuntungan duniawi guna memenuhi ambisi dan melampiaskan segala nafsunya. Karena tidak tekun belajar sehingga tidak memahami kebenaran Buddhadharma maka sikap dan perilakunya suka hidup mewah, penuh gengsi, malas dan boros. Kecenderungan negatifnya sulit melatih diri (sukar melaksanakan sila dan vinaya) dan tidak membabarkan Buddhadharma karena tidak disukai oleh Mara tetapi mudah mengumbar hawa nafsu seks dan melakukan berbagai aksi kejahatan karena memang di anjurkan, didukung dan dibantu oleh kekuatan Mara dan pengikut Mara.

Semua informasi kejadian ini barulah sebagian yang ditampilkan dan realita pernah terjadi bukan di rekayasa dan mengada-ada. Tentu pertanyaan siapakah pelaku aksi kejahatan tersebut? Kiranya tidak etis dan  tidak ada bukti kuat sehingga tidak perlu diungkapkan nama pelaku kejahatan tersebut. Semua kejahatan ini dilakukan secara munafik dan teroganisir dengan sembunyi tangan dan tertutup sehingga sulit dibuktikan secara kasat mata dan hukum. Tengoklah bagaimana ikrar “Si Pengacau Mara” telah menyatakan dan berupaya untuk menghancurkan keberadaan dan lestarinya Buddhadharma dengan berbagai cara? Tapi semua perbuatan manusia baik atau buruk, mana ada yang tidak diketahui oleh Sang Triratna (Buddha, Dharma dan Sangha), para Bodhisattva, para Vidyaraja, Dewa Yama dan para Dewa dan Naga pelindung Dharma atau Dewa Pelindung Sangha Arama?, tentu mereka semua tidak tinggal diam dan pasrah melihat kejahatan merajarela. Pasti mereka akan berbuat sesuatu yang terbaik untuk melindungi dan membimbing sramana baik dan menjegal sramana sesat yang bermaksud jahat dan mencelakakan.

Seperti kita ketahui, bahwa “Seseorang bisa berdusta untuk sementara, tapi tidak bisa berdusta untuk selamanya; Seseorang bisa membodohi sebagian orang tapi tidak bisa membodohi semua orang; Seseorang bisa berbuat banyak kejahatan tapi ia tidak bisa berbuat jahat untuk selamanya. Orang bisa berbuat jahat kepada sebagian orang tapi tidak bisa berbuat jahat kepada semuanya”. Artinya, sepandai-pandainya seekor tupai melompat kelak satu hari pasti ia akan terjatuh juga. Begitupula sepandai-pandainya seseorang menutupi kepalsuan atau kejahatan toh satu hari aib kepalsuan dan kejahatannya akan terbongkar juga dan kelak akan menerima konsekuensi pembalasan hukuman karma dan Pengadilan Akhirat”.

Hukum karma sangat adil dan efektif akan merespon dan membalas aksi kejahatan orang tersebut, baik sekarang maupun akan datang. Sekarang ia mungkin tersenyum senang melihat sebab aksi kejahatannya, kelak suatu hari ia pasti menangis berduka akibat menerima penderitaan panjang.

Seorang bhikkhu (sramana) yang bodoh menginginkan ketenaran yang keliru, ingin menonjol di antara para bhikkhu, ingin berkuasa dalam vihara-vihara, dan ingin dihormati oleh semua keluarga” (Dhammapada 14).

Di dalam Sutra kelenyapan Dharma, disbdakan: “Ketika bhiksu jahat (termasuk bhiksu palsu atau bhiksu sesat) ini meninggal mereka akan jatuh ke neraka Aviji. Berbuat lima dosa besar, mereka akan terlahir sebagai hantu kelaparan dan hewan selama berkalpa-kalpa sebanyak jumlah pasir di sungai Gangga. Setelah karma mereka sudah selesai dilaksanakan, mereka akan dilahirkan ditempat terpencil yang tidak ada Triratna (Buddha, Dharma, Sangha)”. “Di dunia ini ia menderita, di dunia sana ia menderita; pelaku kejahatan menderita di dua dunia itu. Ia akan meratap ketika berpikir, “ Aku telah berbuat jahat” dan ia akan menderita lagi ketika berada di alam sengsara”. (Dhammapada 17).

《大乘大集地藏十轮经》云:于皈我法而出家者,若是法器若非法器,剃除须发被服袈裟诸弟子所,不生恭敬,恼乱呵骂或以鞭杖楚挞其身,或闭牢狱乃至断命。此于一切过去未来现在诸佛,犯诸大罪,断灭善根焚烧相续,一切智者之所远离,决定当生无间地狱。”Di dalam Sutra Ta Shen Ta Ci  Ti Cang Se Lun Cing, disabdakan: Bila ada seseorang berlindung kepada Buddha menjadi sramana (bhiksu baik) melaksanakan Dharma, memiliki bakat keahlian atau tidak memiliki keahlian, mereka mencukur rambut, menggunakan pakaian jubah, cia sha tinggal bersama murid lainnya. Bila ada makhluk yang tidak memunculkan respek, mengacaukan, memarahi, atau mencambuk, memukul dan melakukan kekerasan terhadap tubuh sramana, atau mengurung, memenjarai sampai membunuh. Ini melanggar semua karma buruk besar di masa lalu, masa akan datang dan masa sekarang jaman para Buddha. Merusak dan melenyapkan akar kebajikan dengan pembakaran lanjutan. Semua para bijaksana menjauhi dan meninggali, seketika pasti terlahir di neraka Avici.

Kenali Pemilik & Kualitas Ilmu Gaib
Bila seseorang mendengar atau melihat seorang guru mempunyai ilmu gaib, maka musti memperhatikan dan melacak bagaimanakah status dan kondisi pemilik ilmu gaib? dan ilmu gaib  apa yang dimiliki guru tersebut? Di bawah ada beberapa kriteria makhluk yang memiliki berbagai jenis ilmu gaib untuk diketahui umat Buddha, agar tidak salah berguru atau masuk keperangkap ilmu gaib sesatnya.

聖通 (ilmu gaib makhluk suci): makhluk-makhluk suci umumnya sudah bijaksana dan mempunyai ilmu gaib yang efektif sehingga bisa dipercaya dan di andalkan. Tetapi umumnya makhluk suci jarang mempergunakan ilmu gaib untuk menyelesaikan berbagai permasalahan melainkan berpijak pada kebenaran, membabarkan kebenaran dan mengembangkan kebijaksanaan para makhluk untuk menyelesaikan berbagai persoalan hidup dan mati.

神通  (ilmu gaib para dewa): para dewa umumnya mempunyai ilmu gaib. Tapi berhubung mereka belum bijaksana dan suci. Umumnya  para dewa masih bisa marah, benci dan kejam bila pemohon melanggar atau tidak menepati janji, kebaikannya masih bersifat pamrih dan masih ada nafsu, sehingga tidak boleh terlalu percaya juga belum tentu bisa di andalkan ilmu gaib tersebut, atau ilmu gaib para dewa tersebut belum tentu membawa kebaikan dan keselamatan secara hakiki.

人通 (Ilmu gaib umat manusia): umat manusia bisa belajar ilmu gaib seperti kesurupan, kebatinan, jape mantera ilmu hitam atau putih, ilmu maosan, tulis kertas hu, panggil roh, menjadi dukun yang mengusai ilmu teluh dan santet atau ia bisa bersekutu dengan makhluk halus lainnya sehingga memiliki berbagai ilmu gaib, tetapi umumnya manusia awam masih diliputi kebodohan, perilaku egois, penuh nafsu dan kebencian juga masih banyak memiliki kokotoran batin lainnya sehingga ilmu gaibnya juga cenderung palsu, kotor, pamrih penuh nafsu, sehingga ilmu gaibnya sulit dipercaya dan sulit di andalkan (di ibaratkan seperti ditolong keluar dari lubang buaya tapi dijebloskan lagi ke lubang ular berbisa).

妖通 (ilmu gaib para siluman): para siluman tentu mempunyai berbagai macam ilmu gaib, dapat menjelma dan menciptakan apa saja, tetapi karena berbentuk siluman tentu kondisi hidupnya, niat hatinya, caranya dan tujuannya cenderung negatif penuh kelicikan dan tipu muslihat, sehingga tidak mungkin ilmu gaibnya dapat dipercaya dan jelas tidak bisa di andalkan.

魔通 (ilmu gaib Mara): Raja Mara, Barisan Tentara Mara, atau Putri Mara pasti memiliki berbagai ilmu gaib yang super hebat, tapi ilmu gaib ini berunsur sesat dan menyesatkan makhluk lain. Mereka merasa terganggu dan marah bila mengetahui ada praktisi yang bersemangat melatih diri dan melakukan kebajikan, maka mereka akan mengerahkan segala kekuatan ilmu gaib dan berbagai penjelmaan untuk menggoda, merintangi, dan menggagalkan setiap usaha seorang praktisi untuk mencapai kesucian. Jadi ilmu gaib Mara mengarah dan dipergunakan untuk segala aksi kejahatan, sehingga tidak boleh dipercaya dan sama sekali tidak bisa di andalkan. Sekali saja seseorang bersekutu atau terjerat dengan ilmu gaib Mara maka orang ini masuk keperangkap sesatnya dan sulit sadar untuk kembali ke jalan benar.
修行人降魔的方法;
道高一尺,魔高一丈,是一定的。修行到功夫深了,難免沒有魔來。魔有內魔,有外魔;外魔易退,內魔難降。如不能降,必要著魔;不但修功走失,亦且危險甚虞。若論降魔,約有四種方法。

一、要識魔相。凡著魔的人,大都遇著魔來的時候,不知道他是魔,以致著魔。倘能識得魔相,即不著魔而魔自退。怎樣是魔相?大凡可愛、可貪、可畏、可憎的人物或境界當前,無不是魔。至五陰內魔,尤為厲害。愣嚴經說五十種陰魔至為詳盡,亟須仔細參窮,免得臨時上當。

二、捨身無畏。人必先有捨卻身命之心,然後可以學佛;人必先有看破生死之勇,然後可以降魔。魔化夜叉羅剎來搏噬我,魔化勐虎毒蛇來噉食我,都是幻想,何懼之有?即使真被吞食,亦是夙業所招,況脫去皮囊,往生極樂,正當感謝於他,為我早日解脫。所以修行之人,雷霆起於側而不驚,泰山崩於前而不動,魔力雖大其奈我何?否則貪生畏死,恐怖愴惶,不待魔來,方寸已亂,慾不著魔,其可得乎?

三、不取不捨。魔之為物,取固不可,捨亦非宜。遇著魔來時候,必須鎮定我心,既不可貪戀他,又不可厭惡他。(厭惡亦是著魔,你愈厭惡他愈糾纏。《楞嚴經》雲:“歷劫憶持如來秘密妙嚴,不如一日修無漏業,遠離世間憎、愛二苦”。 你越是有愛憎,魔就越是找你的弱點,讓你就範。)要作幾種思想。一想魔即是佛,佛即是魔;覺即成佛,迷即是魔。魔如佛如,並無二理。又想眷屬即魔,(人生眷屬,都是魔頭。)魔即眷屬。眷屬同居,人之常情。魔在我旁,於我何害?又想魔亦是眾生之一,一切眾生,我都要勸他發心念佛,魔既亦是眾生,我也要勸他發心念佛,伴我修行,轉成法侶。(菩薩降龍伏虎,正是此理。)總之,魔來不拒,魔去不留,如此則魔術俱窮,無論外魔內魔,一齊退去。

四、持咒卻魔。初修行時,小小魔關,容易打破;等到道力漸深,藏在八識裡面的多生根本習氣,被功夫逼迫出來,或慾念橫飛,或妄心亂起,力量甚大,非比尋常,修行人惟此末後一關,最難逃過。全仗自力,誠恐把握不住,必須仗著佛力幫忙,惟有攝住心神,持誦神咒。咒為佛之金剛心印,無論何種惡魔,遇著即摧成粉碎。諸咒降魔之力,以愣嚴為最勝;當日阿難證須陀洹初果地位,尚且仗此脫離婬席。次則大悲心咒,為觀世音菩薩所說;觀世音具十四種無畏功德,故降魔之力亦宏。但持咒功夫,必須平日持得爛熟,否則魔到臨頭,恐字句都記憶不起,何能通利?何能相應?所以平日功課中,愣嚴、大悲兩咒,是每日必須要念,不可間斷的。又一心念佛,即無魔事;縱有魔來,倘能不驚不怖,至誠念佛,決定立刻消滅。何以故?以正念昭彰,魔無容身之處故。是以念佛之人,不須另找降魔之法,而魔事自無由而起矣。
(末法時期魔眾甚多,末學有過經歷,念觀世音菩薩名號,降魔效果非常好!)

Cara Praktisi Mengendalikan Gangguan Mara
Kesucian tinggi sejengkal (satu kaki), rintangan Mara setinggi 3 1/3 meter (sepuluh kaki) adalah pasti. Bila praktisi sudah mendalam ilmunya, sulit menghindar tidak ada Mara pengganggu. Mara ada yang berasal dari dalam, Mara dari luar. Mara dari luar mudah mundur, tetapi Mara dari dalam sulit dikendalikan. Kalau tidak bisa dikendalikan maka berperilaku Mara. Bukan hanya jasa pahala melatih diri menjadi pergi dan rusak, juga sangat berbahaya dan menakutkan. Bilamana mendiskusikan cara untuk mengendalikan Mara ada 4  jenis cara:
1.    Harus mengenali wujud Mara: jika orang kerasukan Mara (berkelakuan Mara) kebanyakkan lagi saat kerasukkan atau berkelakuan Mara, tidak mengetahui bahwa ia adalah Mara sampai kerasukan Mara. Jika mampu menyadari wujud Mara, seketika ia tidak kerasukkan Mara dan Mara akan mundur. Apakah yang disebut wujud Mara? Kebanyakan berupa cinta, keserakahan, gentar, benci yang dimiliki orang, terhadap benda atau kondisi yang dihadapinya tiada bukan adalah Mara. Sampai Panca Skandha iblis (Mara) dalam hati. Sangat licik dan mencelakakan. Di dalam Sutra Shurangama dikatakan ada 50 jenis Mara Skandha. Mara Skandha (Yin Mo) yang diperinci dengan tuntas didalam Sutra Shurangama. Mendesak sebagai referensi rinci untuk dipelajari, untuk menghindar saat genting terjadi.
2.    Melepaskan tubuhnya tidak gentar: pikiran manusia awalnya harus memiliki keberanian untuk melepaskan tubuhnya dan nyawanya. Kemudian baru dapat belajar di jalan Buddha. Umat manusia sebelumnya harus memiliki pandangan dan keberanian untuk mengakhiri arus hidup dan mati. Kemudian baru dapat mengendalikan Mara. Mara menjelma menjadi yacha dan raksasa yang datang untuk bergumul terhadap saya. Mara menjelma menjadi macan galak dan ular berbisa untuk menerkam dan memangsa saya, semua hanyalah ilusi pikiran, kenapa musti ada yang ditakuti? Jika benar ditelan dan dimangsa maka adalah memang memiliki hubungan karma yang mengundangnya. Dengan melepaskan dan menanggalkan kulit bau kan terlahir di surga sukhavati, saat baik untuk berterima kasih kepadanya, karena ia membantu selekasnya terbebas. Oleh karena itu, seorang praktisi terhadap petir bergemuruh tidak ketakutan, gunung Thai San runtuh di depannya juga tidak bergerak. Kekuatan Mara walaupun besar bisa apa kan saya?  Atau jika serakah hidup gentar mati, sehingga ngeri, cemas dan takut. Tidak usah tunggu Mara datang sendiri  sudah kacau dan rugi duluan. Untuk tidak kerasukan Mara bagaimana diperolehnya?
3.    Tidak melekat pun tidak melepas:  Mara adalah sebagai obyek, dilekatkan kuat tidak boleh, dilepaskan juga bukan mudah. Di saat datang bertemu dengan kerasukan Mara, musti stabil dan tenangkan hati, tidak boleh merindukannya, juga tidak boleh membenci kejahatannya. (Membenci kejahatannya juga bisa kerasukan Mara, kamu semakin membenci kejahatannya semakin terbelit olehnya. Sutra Shurangama berkata: sebanyak kalpa untuk mengingat dan melaksanakan Tathagata punya rahasia, keajaiban dan keagungan, lebih baik satu hari membina karma tidak bocor (kesucian). Menjauhi dan meninggalkan perilaku keduniawian yang mempunyai 2 derita antara benci dan cinta. Kamu semakin memiliki perasaan cinta dan benci, Mara semakin mencari kamu punya kelemahan biar kamu dapat ditaklukkan) Cobalah membuat beberapa pemikiran, antara lain: Pertama, Mara seketika adalah Buddha, Buddha seketika adalah Mara. Sadar seketika jadi Buddha, bodoh seketika jadi Mara. Mara demikian Buddha pun demikian. Bukan dalil yang berbeda. Kedua, harus berpikir keluarga seketika adalah Mara, (kebanyakan keluarga umat manusia adalah kepala Mara (Mo-Thou) dan umumnya keluarga disebut Yen Ching Cai Cu karena kebanyakan merintangi anggota keluarganya untuk melaksanakan kehidupan suci). Mara seketika adalah keluarga, keluarga tinggal bersama, kehidupan manusia dipermainkan oleh perasaan. Bila Mara ada disampingku bagaimana ia tidak mencelakakan ku? Selanjutnya berpikir. Terhadap semua makhluk saya ingin menganjurkan mereka agar mengembangkan hati untuk mengingat Buddha. Mara juga adalah salah satu makhluk hidup, maka saya juga harus  menganjurkan untuk mengembangkan hati untuk mengingat Buddha. Bersama saya melatih diri mengubahnya menjadi teman se-Dharma. (Bodhisattva mengendalikan naga, menaklukkan macam, demikian dalil kebenaran ini). Intinya Mara datang tidak bisa menolak, Mara pergi tidak bisa menahan, demikian hebatnya semua ilmu Mara (sihir) yang tiada habisnya. Jangan dibicarakan Mara dari luar atau Mara dari dalam, semuanya disingkirkan (surut).
4.    Melafalkan mantra mengusir Mara: Saat awal melatih diri, ringtangan kecil dari Mara mudah di atasi. Menunggu sampai kekuatan kesucian beranjak dalam, karma yang terakumulasi di dalam kesadaran delapan (Alaya) yang berhubungan dengan sifat karakter yang dimiliki, melalui ilmu kekuatannya dapat menekan keluar sehingga pikiran nafsu terbang melayang, atau pikiran khayal mulai kacau. Kekuatan besar tidak mengalami kondisi begini, praktisi pada akhirnya harus melewati satu rintangan, paling sulit lari dan terbebas. Mengandalkan kekuatan sendiri dikhawatir tidak dapat bertahan, musti mengandalkan bantuan dari kekuatan Buddha. Hanya memfokuskan hati dan jiwa untuk melafalkan mantra. Mantra adalah cetakan hati membentuk Vajra dari Buddha. Apapun jenisnya Mara jahat. Bila berhadapan seketika hancur akan menjadi berantakan. Semua mantra untuk mengendalikan kekuatan Mara. Mantra Shurangama adalah yang paling ampuh. Saat itu, Ananda sudah mencapai tingkatan Srotapana kesucian awal. Dengan mengandalkan kekuatan mantra Shurangama ia dapat keluar dari rumah prostitusi (memasuki rumah pelacuran karena terpengaruh ilmu sihir Brahmana). Selanjutnya mantra Maha Karuna Dharani (Ta Pei Cou) adalah Kuan Yin Bodhisattva yang mengajarkan. Kuan Yin Bodhisattva memiliki 14 ketidak-gentaran dan jasa pahalanya. Sehingga dapat mengendalikan kekuatan Mara yang sangat besar.  Tetapi keampuhan melafalkan Mantra harus dilaksanakan setiap hari sampai benar-benar hafal, kalau tidak pada saat Mara berada di dekatnya, dikhawatirkan huruf dan kata mantra tersebut tidak bisa diingat, bagaimana bisa ampuh dan bermanfaat? Bagaimana bisa gaib? Oleh karena itu, setiap saat harus melaksanakan kebaktian melafalkan 2 mantra Shurangama dan mantra Ta Pei Cou, wajib setiap hari dilafalkan, tidak boleh terputus. Juga harus sepenuh hati melafalkan Buddha Smirth (Nien Fo) seketika tidak ada masalah dengan Mara. Kalaupun ada Mara datang, tidak bisa membuat teror dan tidak panik. Sepenuh hati Nien Fo pasti segera lenyap. Kenapa demikian? Dengan konsentrasi benar akan terlihat jelas nyata, Mara tidak ada tempat bersembunyi. Orang yang mengandalkan Nien Fo jangan mencari cara lain untuk kendalikan Mara, bila urusan Mara tidak ada hubungan dengan saya maka ia akan pergi. {saat kemunduran Dharma para makhluk Mara sangat banyak, pelajar belakangan (sebutan dari Maha Bhikshu Yin Guang yang merendah hati,padahal Ia adalah penjelmaan dari Mahasthamaprapta Boddhisattva, calon Buddha ) sudah melewati dan mengalami gangguan Mara, dengan melafalkan nama Kuan Yin Pu Sha dapat mengendalikan Mara dan hasilnya sangat bagus (efektif)}.

Sutra & Mantra Ampuh Melenyapkan Gangguan Iblis
Untuk mencegah, menangkal dan menangkis kiriman dan serangan ilmu hitam, santet, gangguan dan rintangan dari sramana sesat atau ‘Barisan Mara” yang jahat, maka Hyang Buddha mengajarkan sutra dan mantra ampuh. Berbagai mantra di bawah ini sudah terbukti ampuh, manjur dan luar biasa kegunaannya untuk mencegah, menangkal dan menangkis kiriman dan serangan ilmu hitam, santet, gangguan dan rintangan dari sramana sesat atau ‘Barisan Mara’ yang jahat. Untuk itu silakan dipelajari, dilafalkan dan dilaksanakan.
Di dalam Sutra Fo Shuo Chu Sen Pu Thi Sing, 佛說出生菩提心经, Taisho Tripitaka Vol. 17, No. 837; 大隋北印度三藏闍那崛多譯

佛告彼婆羅門言。此三千大千世界。有百俱致(凡言俱致者隋數千萬)諸魔宮殿。彼一一魔有俱致數魔眾眷屬。圍繞彼諸魔輩。常勤方便欲滅此經作種種因緣。因彼因緣隨所在處作諸障礙。爾時佛告婆羅門。今有修多羅。名曰破魔眾會。汝等受持讀誦。即得破彼魔天眾會。婆羅門。譬 如日輪既出現時。能滅一切幽冥黑暗如是如是。婆羅門說破魔眾會修多羅時。一切諸魔隱沒不現。婆羅門。何者名為破魔眾會修多羅。爾時世尊。即說陀羅尼曰。

Di dalam Sutra Fo Shuo Chu Sen Pu Thi Sing Cing, Buddha bersabda kepada Brahma, di dalam tiga ribu dan Maha chillicosmos, terdapat 10 juta istana para mara, setiap istananya terdapat 10 juta pengikutnya, berbagai generasi berada disekitarnya. Senantiasa ingin mencari kemudahan untuk melenyapkan sutra dengan berbagai macam sebab dan kondisi. Karena adanya sebab dari sebab dan kondisi demikian maka dimana-mana terjadi gangguan dan rintangan. Kemudian Buddha memberitahukan kepada Brahmana: sekarang ada Sutra Penghancur barisan Mara. Kamu semua harus menerima, melaksanakan dan melafalkan, seketika dapat menghancurkan barisan Mara. Brahmana!, bagaikan lingkaran sinar matahari muncul dapat melenyapkana semua kegelapan (dunia gelap) demikian-demikan pastinya. Saat Brahmana membicarakan sutra penghancur barisan Mara, semua Mara bersembunyi tidak menampakkan diri. Brahmana!, apa yang dinamakan sutra penghancurkan barisan Mara? Kemudian Buddha membabarkan dharani:

多致他, 阿, 謨大那, 菩提三摩陀波那多
Tuo Ce Tha, A,  Mo Ta Na, Phu Thi San Mo Thuo Po Na Tuo.

伏哆 紆伏哆, 怛怛羅伏哆, 尼興, 伽魔
Fu Tuo, Yi Fu Tuo,  Ta Ta Lo Fu Tuo, Ni Sing, Chia Mo

波羅破, 多羅破, 哆噓, 哆隆, 伽磨伽魔那
Po Lo Pho, Tuo Lo Pho, Tuo Si, Tuo Lung, Chia Mo Chia Mo Na

毗唎磨, 磨素磨系 履婆伽磨 毗達囉魔
Pi Li Mo, Mo Su Mo, Si, Lu Pho Chia Mo, Pi Ta Luo Mo,

大囉麴磨 阿邏彌邏 伊迦叉邏那喻.
Ta Luo Ci Mo, Ah Luo Mi Luo, Yi Cia Cha Luo Na Yi.

(Maaf, sayangnya penulis sudah mencari dimana-mana  mantra  dari Fo Shu Chu Sen Pu Thi Cing berbahasa Sansekerta tapi sampai sekarang belum diketemukan, bila satu saat diketemukan maka akan dipublikasikan melalui Majalah Harmoni selanjutnya).

婆羅門。此陀羅尼。是過去未來現在諸佛世尊。同說此破魔眾會修多羅。婆羅門。說此破魔眾會修多羅時。一切魔宮皆悉震動。大動搖大搖。一切諸魔各各從彼本座顛倒墮落不能語言。所以者何。彼等常為多人作不利益。常為多人作苦惱事令 失利益。以是事故。現得如是恐怖果報。如佛世尊常與一切眾生樂故。乃至慈悲喜捨。是故令彼諸波旬等皆生恐怖。婆羅門。若復有人。當能轉此發菩提修多羅者。於彼人所無有障礙。若諸天龍夜叉。若人非人。若魔魔子。若魔眷屬。若水火刀杖。若惡行者。若諸惡獸。若身所惱。若意所苦。而有受者無有是處。何以故。彼善 男子善女人。常為多人作利益事安樂故。常為多人作憐愍故。為諸天人等作覆護故。彼等諸善男子善女人慈行力故。應如是知。婆羅門。彼善男子善女人。不作身惡行。不作口惡行。不作意惡行故。彼等諸苦事。不逼其身亦不逼心。婆羅門。此因緣故能滅一切苦。

Brahmana!, dharani ini adalah masa lalu, masa akan datang dan sekarang semua Buddha bersama-sama membabarkan Sutra penghancur barisan Mara. Brahmana! saat dibabarkan Sutra penghancur barisan Mara ini, terjadi gempa, semua istana Mara bergoncang dan bergoyang hebat. Semua Mara masing-masing yang tadinya duduk semua terjungkal dan terjatuh tidak bisa bicara. Kenapa demikian? Karena mereka sering berbuat tidak bermanfaat kepada banyak orang. Sering menciptakan banyak masalah susah dan derita terhadap banyak orang, sehingga kehilangan beruntungan. Oleh sebab itu, menampakkan pembalasan karma yang menakutkan. Seperti Buddha senantiasa membahagiakan terhadap semua makhluk, bahkan mengembangkan cinta kasih, welas asih, kegembiraan dan keseimbangan. Oleh karena itu, membuat Mara Boxun menjadi ketakutan. Brahmana, bilamana ada orang sekarang mampu memutar (lafalkan) sutra ini, tidak ada ganguan dan rintangan dari orang lain, termasuk rintngan dari para dewa, naga, yaksha, orang bukan orang, Mara atau anak Mara, pengikut Mara, jika air, api, pisau dan tongkat, pelaku kejahatan atau binatang jahat, jika tubuh galau, pikiran susah, tidak akan ada yang menerima gangguan kondisi ini. Kenapa demikian? Karena putra berkebajikan dan putri berbudi sering melaksanakan kebajikan yang bermanfaat dan menentramkan, senantiasa iba dan kasihan dengan banyak orang, sehingga para dewa manusia selalu melindungi. Putra kebajikan dan putri berbudi teguh melaksanakan cinta kasih. Seharusnya diketahui Brahmana. Putra berkebajikan dan putri berbudi tidak melakukan kejahatan tubuh, tidak melakukan kejahatan ucapan, tidak melakukan kejatan pikiran. Sehinggga segala masalah sulit tidak menghimpit tubuh maupun hati mereka. Brahmana karena sebab musabab ini sehingga dapat melenyapkan semua derita.
魔勤于此经   当欲坏灭之      是故此经典    调御今为说
令魔悉迷乱   丛聚坐战栗    相视不能言    此恶行果报
恐怖众生故   常怀作恶心    颠倒而堕落   是故得现报
慈悲和合者   喜心有所说    平等说法时   恶心意悉散
降伏诸魔王   及散魔军众    夜叉诸鬼等   自然皆堕落
彼力杖不害   水火不漂然    言说咒诅毒   不能有伤害
逼身及逼心   彼等不曾有    常当所作誓   身口如是住
闭塞诸恶道   远离一切难    诸魔悉摧灭   为说此经故
一切法巧智   若欲度彼岸    须闻此经典   闻已即能学
若能学此经   无畏诸菩萨    最上觉菩提   是向菩提句

佛说此经时。迦叶婆罗门及诸大会众。乾闼婆天人阿修罗等。闻佛所说欢喜奉行出生菩提心经

Si Mara rajin terhadap sutra ini, berhasrat untuk merusak dan melenyapkan. Oleh karena itu, sutra ini diucapkan oleh Sang Bhagava agar Mara kebingungan dan kacau. Walau berkumpul tapi duduk gemetar, wujudnya seperti tidak bisa bicara. Ini adalah buah akibat melakukan kejahatan, pernah menakutkan para makhluk, senantiasa hati niat jelek dan melakukan kejahatan, sehingga jungkir-balik terjatuh, inilah pembalasan karma sekarang. Orang yang memiliki cinta kasih dan belas kasih, hati gembira ada yang diucapkan, rasa adil sama rata saat membabarkan Dharma. Hati jahat pikiran pasti terpecah, mengendalikan para Raja Mara, dan membubarkan barisan tentara Mara, yacha dan para hantu dan sebagainya secara natural ia akan terjatuh. Kekuatannya (Mara) tidak bisa mencelakakan, bencana air dan api tidak menenggelamkan atau membakar, ucapan mantra kutukan dan racun tidak dapat melukai. Mengancam tubuh dan mengancam hati pihak lawan belum pernah terjadi. Senantiasa melakukan ikrar tubuh dan jasmani “demikian” diletakkan (ditenteramkan dengan demikian). Menutup dan menyumbat  semua jalan untuk kejahatan. Menjauhi dan meninggalkan semua kesulitan. Para Mara seharusnya dihancurkan,  maka dari itu sutra ini diucapkan. Semua Dharma adalah upaya kemudahan untuk membangkitkan kebijaksanaan. Bilamana berhasrat menyeberangi sampai ke tepi  bahagia, musti mengetahui sutra ini, setelah mendengar harus belajar. Bilamana dapat belajar sutra ini, adalah para Boddhisattva yang tidak gentar, tertinggi kesadaran Bodhinya adalah mengarah kepada kalimat Bodhi. Saat Buddha membabarkan sutra ini, Kassapa, Brahmana dan semua makhluk dalam pasamuan, Chientapo, dewa dan manusia, asura dan lain sebagainya, setelah mendengarkan ucapan Buddha bergembira  untuk melaksanakan Sutra Chu Sen Pu Thi Sing.

佛說俱利伽羅大龍勝外道伏陀羅尼經 (Sutra Dharani Mahanaga Kulika yang Dibabarkan Buddha Untuk Mengalahkan Ajaran /Ilmu Sesat (Disingkat sebutan menjadi “Sutra Dharani Mahanaga Kulika”); Taisho Tripitaka vol 21, No.1206.

如 是 我  聞  一 時 佛 在 王  舍 大  城.  爾 時 寶  幢  陀  羅 尼 菩 薩 白 佛 言。
Demikianlah yang aku (Ananda) dengar. Suatu ketika Sang Buddha sedang berada di Rajagriha. Pada kesempatan tersebut, Bodhisattva Dharani Panji Mestika (Ratnaketu Dharani Bodhisattva)  bertanya pada Buddha,

俱 利 伽   羅 大 龍。以 何  因 緣 吞  飲 利 劍。及 以 四 足 被 繞。
“Bagaimanakah asal muasal perwujudan Mahanaga Kulika yang menelan pedang tajam serta melingkarinya dengan ke-empat kakinya”.

佛 告 寶 幢 陀  羅 尼 菩 薩 言。
Buddha menjawab pertanyaan Bodhisattva Dharani Panji Mestika,

昔 色 究 竟 天 魔 醯 首 羅 知 勝 城。無 動 明 王 與 外 道 論。
“Pada zaman dahulu terdapatlah dewa mara yang bernama Xi Shou Luo Ce Sheng Cheng.
Acalanatha Vidyaraja berperang melawan para mara yang menganut ajaran sesat tersebut.
共 致 種 種 神 變 成 智。時 無 動 明 王 變 成 智 火 之 劍。
Ia mengerahkan bermacam-macam rddhi (kekuatan batin) dan mengubahnya menjadi prajna .
[Demi bertanding melawan mereka], Acalanatha Vidyaraja mengubah dirinya menjadi sebilah pedang api kebijaksanaan.

時 有 九 十 五 種 外 道。其 首 人 名 智 達。又 成 智 火 劍。
Saat itu di antara mereka terdapat 95 aliran aliran sesat. Pemuka mereka yang bernama Pengetahuan Unggul juga merubah dirinya menjadi pedang api (mencoba meniru Acalanatha Vidyaraja).

時 無 動 明 王 智 火 大 劍。變 成 俱 利 伽 羅 大 龍 有 四 支。
Oleh karena itu, Acalanatha Vidyaraja kemudian merubah dirinya kembali menjadi Mahanaga Kulika yang memiliki empat pendukung,

降 三 世 軍 陀 利 琰 魔 都 伽, 金 剛 夜 叉 等 四 大 明 王 也。
Trailokya-Vijaya Vidyaraja, Kundali Vidyaraja, Yamantaka Vidyaraja, Vajra-Yacha Vidyaraja itu adalah empat Vidyaraja .

頸 王 有 蓮 名 智 火 含 字 俱 利 伽 羅。高 十 萬 由 旬 也。
Pada lehar Vidyaraja itu terdapatlah teratai bernama Api Kebijaksanaan, yang menggumamkan kata, ‘Kulika.’ Tingginya sepuluh ribu yojana.

從 口 出 氣 如 二 萬 億 雷 一 時 鳴。聞 之 外 道 魔 王 捨 惡 疑 邪 執。佛 說 陀 羅 尼 曰。
[Selain itu], dari mulutnya keluarlah 20.000 koti geledek dalam sekali hembusan saja. Mendengar hal itu raja mara penganut ajaran sesat menyadari dan menghapuskan kejahatan serta kemelekatannya terhadap pandangan salah.”. Buddha lalu melafalkan suatu dharani, yang berbunyi:

曩謨悉底, 悉底, 蘇悉底, 悉底伽羅,
Nang  Mo  Si Ti,  Si Ti, Su Si Ti, Si Ti Cia  Luo.

羅耶俱琰, 參摩摩悉利. 阿闍麼悉底, 娑婆呵
Luo Ye Ci Yen, Sen Mo Mo Si Li, A Shi Mo Si Ti,  Sa Po Ho.

此 咒 威 力 除 一 切 不 詳 降 伏 諸 魔 王。
Mantra ini sungguh dashyat daya kekuatannya. Sanggup menghapuskan segenap kesalahan akibat pandangan salah serta dapat menundukkan seluruh raja mara.

若 有 人 靈 氣 惱。書 姓 名。以 此 咒 誦 三 七 遍。
Bila ada orang yang mengalamai gangguan makhluk-makhluk halus jahat, ia dapat menuliskan namanya sendiri dan melafalkan dharani ini sebanyak 21 kali atau 37 kali.

靈 鬼 忽 然 之 閒 得 焚 燒。 斷 五 辛 酒 肉。不 染 婦 女 穢 執。
Seluruh makhluk halus jahat akan terbakar habis tanpa sisa. [Selain itu], dharani Ini dapat mematahkan lima hawa nafsu keinginan. Tidak ternoda dan melekat kepada nafsu kotor kepada kaum perempuan

一 心 誦 此 咒。一 切 所 求 決 定 得 圓 滿。
Dengan sepenuh hati melafalkan dharani ini. Seluruh dambaan tidak ada yang tak terkabul.

不 時 樹 令 開 華。四 海 成 山 妙 高 山 王 成 海。
[Tiada yang mustahil bagi dharani ini, yang diumpamakan dengan:]
pohon yang berbunga sebelum waktunya atau empat samudera raya yang dapat berubah menjadi gunung dan gunung tinggi yang berubah menjadi samudera).

此 咒 威 力 此 咒 功 德 也。焚 冰 如 油, 凹 心 樹 如 水。
Dharani ini memiliki daya kekuatan dan pahala kebajikan yang luar biasa. Bagaikan nyala api yang senantiasa bergantung pada bahan bakarnya, atau [akar] pohon yang selalu mencari lokasi air.

一 切 皆 隨 心。猶 如 跋 伽 梵。 故 重 說 偈 曰。
Segenap hatinya akan selalu selaras dengan Sang Bhagava. Selanjutnya Sang Buddha mengucapkan gatha sebagai berikut: Praktisi (sadhaka) yang dengan setia menjalankan pelafalan, akan mencapai Samadhi Tertinggi bagaikan Sang Bhagava, Menjadi sama dengan para Bodhisattva.

俱 利 伽 羅 龍, 稱 念 彼 名 字. 現 除 怖 魔 障, 後 生 安 樂 國
Naga Kulika, Pujilah namanya. Sanggup menghapuskan rintangan para Mara (iblis), Kelak akan terlahir di Negeri Kebahagiaan (Tanah Buddha).
佛 說 此 經。一 切 惡 魔 王 九 十 五 種 大龍 王。大 歡 喜 信 受 奉 行。
Setelah Buddha membabarkan sutra ini, seluruh raja mara jahat dan 95 maha raja naga, merasa sangat bergembira, meyakini, menerima, dan melaksanakannya.

Manfaat lain dari “Tekad Alacanatha”: Siapa yang melihat tubuh-Ku (Alacanatha), dapat peroleh hati Bodhicitta; Mendengar nama-Ku dapat melenyapkan kebodohan melatih kebajikan; Mendengar ucapan-Ku dapat peroleh kebijaksanaan besar; Siapa yang mengetahui Hati-Ku, seketika jadi Buddha.

(Perlu diketahui: Mantra Acalanatha dapat mengalah Mara dan praktisi aliaran menyimpang sungguh  ampuh dan mudah dilafalkan kerena singkat. Mantra ini sudah terbukti dan gaib sekali  dapat melenyapkan semua gangguan dan rintangan dari barisan Mara, guru-guru sesat, santet, teluh dan kejahatan lainnya. Mantra ini dibantu oleh 4 Vidyaraja lainnya. Total ada 5 Vidyaraja melindungi siapa saja yang rajin melafalkan mantra Acalanatha ini. Barang siapa yang rajin melafalkan maka sulit sekali Mara penggoda, orang jahat dan guru-guru sesat sulit mengacaukan dan merusak Bodhicitta dan menghambat kemajuan spiritualitas sesorang.  Maaf, sayangnya penulis sudah mencari dimana-mana mantra Alacanatha berbahasa Sansekerta tapi sampai sekarang belum diketemukan, bila satu saat diketemukan maka akan dipublikasikan melalui Majalah Harmon selanjutnya).

Mantra Inti Shuragama: 楞严咒之五大心咒
佛教里最尊最贵最有用的咒, di dalam agama Buddha, mantra ini paling luhur, paling mulia dan paling berguna.

叱陀你、阿迦罗、蜜唎柱、般唎怛罗耶、儜揭唎
Chì Tuó Ni,  A Ci Là,  Mì Li Zhù, PoōliīTá Là Ye, Ning  ChieēLi
这五句咒叫五大心咒,是五方佛的心咒。这五大心咒专破天魔外道的一切咒术。Mantra ampuh ini berasal dari mantra Shurangama adalah Mantra hati dari lima penjuru Buddha. Mantra hati lima besar ini, khusus untuk menghancurkan gangguan Dewa Mara, dan segala ilmu jahat dari aliran menyimpang.

Bagaimana Pandangan & Sikap Umat Buddha Terhadap Guru-guru?
Umat Buddha harus dapat memilah dan mendefinisikan mana guru palsu, mana guru aspal, dan mana guru sesat, dan bagaimana kita sebagai umat Buddha bersikap dan berperilaku? Antara lain:
a.    Terhadap guru palsu (umat awam yang menyamar jadi seorang bhiksu palsu) hormati dan tinggalkan segera, kalau perlu panggil polisi dan segera laporkan ke Depag, untuk segera ditangani. Guru palsu ini jelas menipu dan menodai agama Buddha (kemuliaan Sang Triratna), untuk itu jangan mau berinteraksi dan membantunya.
b.    Terhadap guru aspal (bhiksu-bhiksu asli tapi palsu yang tidak menjalani sila dan vinaya kebhiksuan/pratikmoksa) kita harus menjaga jarak, waspada dan jangan selalu menuruti semua kemauan suhunya. Kita tetap harus bantu memberikan dana untuk kebutuhan hidupnya yang pokok dan biaya keperluan untuk keberlangsungan aktivitas vihara, juga harus dukung aksi kebajikannya tapi jangan bantu dana untuk mengembangkan kebodohannya, kesenangan khayalnya atau kemewahan hidupnya yang bertentangan sila dan Dharma. Berikan dana Dharma untuk perkembangan kualitas Bodhicitta dan kebajikannya.
c.    Terhadap guru sesat (keturunan dan pengikut Mara, yang suka merusak dan mengacaukan ajaran dan tradisi baik agama Buddha, pelanggar sila dan vinaya, tukang santet, menyerobot vihara, main seks, berpakaian aneh) harus tetap dihormati, tapi segera tinggalkan dan lupakan. Jangan pernah lagi berhubungan apalagi membantu aktivitasnya. Karena sekali saja pernah berhubungan atau membantunya, maka sulit bisa terlepas dari jeratan ilmu sesatnya. Ingat sekali memasuki jalan sesat, maka hidup dan masa depan sekarang ini pasti rusak dan berantakan, kelak setelah mati pasti akan memasuki alam tiga celaka.
d.    Terhadap guru benar (bhiksu yang taat dengan sila dan vinaya kebhiksuan) harus kita dekati, tunjang biaya kehidupannya dan dukung aktivitas kebajikannya. Bila ia berkualitas baik dalam teori dan praktik Dharma dan senantiasa mengembangkan Bodhicitta ke-atas bertekad mencapai Kebudhaan, ke-bawah menolong semua makhluk, maka kita harus berguru dan banyak belajar kepadanya. Guru yang baik pasti mengajarnya dengan tegas dan penuh disiplin. Guru yang baik tidak takut kehilangan umatnya, kenapa demikian? Guru awam menganggap umat sebagai asset dan dana, sedangkan guru suci menganggap umat sebagai tugas dan kewajiban. Bila saja umatnya menghindar atau menjauhi guru baik tersebut, maka tugas guru tersebut menjadi ringan atau dianggap sudah selesai untuk mendidik umatnya. Justru bila umatnya banyak maka ia harus bertanggung jawab untuk mendidik dan membinanya. Bila guru tersebut senantiasa menerima banyak kebaikan dari umat tapi tidak mampu mengajar kebenaran Dharma atau kebajikan kepada umatnya, maka guru tersebut berdosa dan hutang budi kepada umatnya, tentu kelak akibat tubuhnya harus membayarnya. Ingat! Guru yang lembut, murah senyum tapi plin-plan, tidak mengajar Dharma dan tidak tegas dalam mendidik bukanlah guru yang baik. Ciri-ciri guru yang baik adalah menjadikan Dharma sebagai Guru pembinanya dan menggunakan kebenaran Dharma untuk membina umatnya. Guru yang baikpun tidak mau disetir atau dikaryakan oleh umatnya.
e.    Para pemilik vihara, kelenteng, bio, atau kuil harus waspada dan berhati-hati menerima kehadiran guru-guru sesat karena kelak pasti banyak terjadi berbagai ploblem dan bermasalah. Seyoyanya setiap rumah ibadah Buddhis melaksanakan rutin kebaktian pagi untuk melafalkan mantra Shurangama dan dan kebaktian sore untuk menghindar dan mencegah aksi guru sesat yang secara bertahap dengan berbagai cara untuk mengambil umatnya, menyerobot aset kepemilikan rumah ibadah tersebut oleh keturunan dan pengikut barisan Mara. Rumah ibadah agama Buddha bila tidak pernah atau jarang membuka CD atau kaset Shurangama mantra (leng yen cou) perlahan pasti akan disusupi kesesatan dan dirasuk iblis. Secara bertahap akan kacau, sepi dan tidak gaib. Kondisi yang baik melemah dan kondisi yang jahat akan menjadi kuat. Sutra kelenyapan Dharma menjelaskan, bahwa kelak vihara-vihara akan dikuasai oleh keturunan dan pengikut iblis Mara. Cegah dan tangkal berkembangnya kondisi negatif, dengan melafalkan mantra Shurangama banyak kali.
f.    Para tokoh Buddhis atau tokoh pemuda (mahasiswa-mahasiswi) yang memiliki interlektual dan kecerdasan yang menonjol atau seseorang yang sedang memangku jabatan strategis di organisasi agama Buddha harus waspada, hati-hati dan jaga jarak, jangan masuk keperangkap guru sesat. Karena iblis dan pengikutnya pasti iri dan sirik sehingga mengincar untuk membungkamkan aktivitasnya atau membelokkan dirinya menjadi pengikut guru sesat untuk menjadi budak pengikut Mara.
g.    Para konglomerat atau dermawan harus berhati-hati, waspada dan jeli melihat sikap perilaku dan sepak terjang dari bermacam-macam guru. Umumnya orang-orang kaya banyak dikenal, dicari dan di incar oleh bermacam guru. Umumnya mereka orang-orang kaya pasti banyak disanjung dan diundang saat ada acara dan upacara. Mereka diberi hadiah, diblessing, diprioritaskan, dipuji, dan dilayani secara istimewa, agar bersedia, menjadi betah, dan mau menjadi pelindung atau donator utamanya. Bila saja orang kaya tersebut belum memahami dan mempraktikkan Dharma secara signifikan, belum memiliki mantra pelindung ampuh maka betapa riskan dan berbahaya orang kaya tersebut, pasti digiring dan diseret untuk belajar “cepat di inisiasikan cepat tercapai tujuan” (slogan palsu: spontan dan instan langsung menjadi Buddha tanpa usaha dan perjuangan sulit). Bila orang kaya tersebut sulit dibelokan dan dipengaruhi maka ilmu santet dari guru sesat akan berperan untuk mengatasinya. Untuk itu, jangan bermain api bila tidak mau terbakar, jangan berhubungan dengan guru sesat bila tidak mau menjadi korbannya.
h.    Ingat! barang siapa yang mendukung, mendanai, mengembangkan dan menyebarkan aliran sesat atau aliran menyimpang maka dosa karma buruknya adalah sepuluh penjuru. Dosa super berat ini pasti kelak masuk ke neraka avici, di karenakan ikut andil dan berperan baik langsung maupun tidak langsung merusak dan mengacaukan ajaran Buddha yang benar, menjebloskan banyak orang ke jalan sesat, dan akhirnya menjebloskan banyak orang ke neraka. Untuk itu, jangan gegabah, sembrono, bodoh dan ringan tangan mau membantu guru-guru sesat dan aliran menyimpang untuk berkembang dan tumbuh subur, karena secara tidak sadar menodai dan menghancurkan lestari dan kemuliaan Sang Triratna warisan Guru Agung Sakyamuni Buddha. Jadikan lah Guru Agung Sakyamuni Buddha selamanya sebagai “Guru Utama” dan Dharma ajaran Sakyamuni Buddha yang terdapat di dalam ajaran Maha Triptaka sebagai “Guru Pengganti” yang menjadi petunjuk dan pembimbing umat Buddha. Diluar semua itu hormati dan tinggalkan.
《正法念处经》:“供养外道。行不净施。杂漏不坚。以种种食施于破戒杂行之人。心无正思。如是施已。命终生于畜生之中!” Di dalam Sutra Cen Fa Nien Chu Cing, disabdakan: Berdana kepada Ajaran menyimpang, adalah melaksanakan dana tidak bersih, kotor, bocor dan tidak kokoh. Dengan berbagai macam dana makanan kepada orang yang melanggar sila dan praktik kotor yang tidak mempunyai pikiran benar. Jikalau berdana sudah dilakukan, di akhir penghidupan akan terlahir menjadi binatang!

Bagaimana Mencari Guru Benar & Baik?
四分律云:『毘尼藏者,佛法壽命,毘尼若住,佛法亦住,毘尼若亡,佛法亦亡。』Di dalam Vinaya Se Fen Li, disabdakan: Vinaya Pitaka adalah usianya Buddhadharma, bila vinaya masih ada maka Buddhadharma juga ada; Bilamana Vinaya sudah lenyap, maka Buddhadharma pun juga lenyap. (Carilah Bhikshu atau Sramana yang taat melaksanakan sila dan vinaya secara benar dan bijak, belajarlah kepada guru yang mengajarkan sila, dukunglah guru tersebut untuk membabarkan sila).

佛說四十二章經云:『佛子離吾數千里,憶念吾戒,必得道果,在吾左右;雖常見吾,不順吾戒,終不得道。』Buddha bersabda di dalam Sutra 42 Bagian: Siswa Buddha yang berada jauh ribuan mil dari Buddha, mengingat Saya punya sila pasti dapat buah kesucian, bagaikan berada di kanan-kiri Saya; Walaupun sering melihat Buddha tapi tidak mantap melaksanakan sila Buddha, akhirnya tidak mendapatkan buah kesucian. (Setiap praktisi tanpa mengambil sila, hidup tidak sesuai aturan sila, berkebajikan tapi mengabaikan sila, maka segala praktik membina diri selamanya tidak membuahkan kesucian).

釋迦牟尼佛云:『我入涅槃後,當依止四法,以為‘大師’,若明此四依法,可依止、可信受。』維摩詰經云:『依於義、不依語,依於法、不依人,依於智、不依識,依了義經、不依不了義經。』Sakyamuni Buddha bersabda: setelah Buddha memasuki Maha Parinirvana, musti berpijak dan mengandalkan 4 Dharma sebagai “guru besar”, orang yang mengerti 4 perlindungan Dharma ini boleh dijadikan sebagai sarana perlindungan, boleh diyakini dan diterima sebagai guru.  Di dalam Sutra Vimalakirti, disabdakan: “Mengandalkan kepada kebenaran, tidak  mengandalkan kepada ucapan; Mengandalkan kepada Dharma, tidak mengandalkan kepada manusia (praktisi awam); Mengandalkan kepada kearifan, tidak mengandalkan kepada kesadaran (relatif); Mengandalkan sutra penembusan kebenaran (membimbing  pencerahan), tidak mengandalkan sutra yang tidak menghasilkan penembusan (sutra normatif yang tidak membimbing pencerahan)”.

Sebagai umat Buddha yang bijak jangan terpancing, terjebak dan terjerat oleh slogan dan promosi guru yang memiliki gelar kesucian dan mempunyai kegaiban adalah hebat dan canggih. Melainkan jauhkan dan tinggalkan guru yang menyombongkan segala gelar kesucian, karena masih diliputi diri khayal, masih tinggi “Ego dan Sang Akunya” sehingga belum cerah dan suci. Juga Mara atau pengikut Mara umumnya menggunakan ilmu gaib untuk mengajar dan mengatasi segala permasalahan tetapi tidak bertahan lama dan kelak beresiko fatal dikemudian hari, juga tidak dapat menolong tuntas penderitaan semua makhluk. Sedangkan Sang Buddha atau siswa Buddha menggunakan kebenaran dan kebijaksanaan Buddhadharma untuk menolong semua makhluk dan dapat  menyelesaikan semua permasalahan secara tuntas, benar dan baik.

Selektif Memilih Guru, Murid & Umat.
Seperti kita ketahui, di jaman kemuduran Dharma ini, banyak anak dan cucunya keturunan Mara yang terlahir sebagai manusia berambisi dan sudah memasuki dunia Buddhis menjadi sramana atau menjadi tokoh Buddhis untuk merusak dan menghancurkan ajaran Buddha. Untuk itu, seorang guru harus teliti, cermat dan selektif menerima murid sramana atau selektif mengangkat dan menunjuk umat Buddha untuk menduduki posisi kepengurusan vital untuk agama Buddha. Bila seorang guru lalai, alpa, sembrono atau masa bodoh sehingga mempunyai murid atau umat keturunan Mara yang merusak ajaran dan citra agama Buddha atau mengacaukan kerukunan dan ketrentraman Sang Triratna, maka dosa utamanya adalah murid atau umat tersebut, tapi dosa efeknya adalah guru yang telah memberikan peluang dan kesempatan kepada murid atau umat siluman Mara tersebut memasuki dunia Buddhis untuk merusak ajaran Buddha yang sejati.

Seorang guru sramana yang baik setelah menerima murid, ia mempunyai tugas, kewajiban dan tanggung jawab untuk memperhatikan, mengarahkan, mendidik dan melatih siswanya (murid) belajar dan praktik Buddhadharma secara baik dan benar sepanjang hidupnya. Bila seorang guru hanya bisa menerima murid tapi cuek, masa bodoh dan menelantarkan muridnya sehingga si murid minggat kabur, liar, sesat dan jahat maka guru tersebut dikatakan guru tidak baik, tidak bertanggung jawab, berdosa dan mempunyai kebodohan dan karma buruk. Bila saja si murid melakukan pelanggaran sila dan vinaya, aksi kejahatan atau terjerumus ke jalan sesat, memang murid menciptakan dan mendapatkan karma buruk utama, tapi guru tersebut juga ikut andil menciptakan dan mendapatkan karma buruk efek. Untuk itu, lacak dan lihatlah rekam jejak seorang guru terhadap muridnya dan carilah guru yang berkualitas dan bertanggung-jawab untuk mendidik dan melatih muridnya, bila sudah menemukan maka berguru kepadanya.

Ingat! Jangan sembrono memilih guru atau murid (siswa) karena bila sembrono meremehkan dan menyepelekan masalah ini, sramana keturunan Mara atau murid siluman bisa merekut banyak orang untuk memasuki dunia gelap dan merusak ajaran Buddha sehingga semua makhluk cenderung diliputi kebodohan dan dilanda penderitaan yang tiada berakhir. Bagaimanakah dosa dan karma buruk ini? Adalah karma buruk berat berdimensi sepuluh penjuru. Untuk itu, hati-hati dan waspadalah, lebih baik mencegah dan tidak memberikan kesempatan daripada harus memikul dosa berat menanggung beban karma buruk yang luas sehingga sulit dilenyapkan.

Jangan Berprasangka Buruk  & Antipati Kepada Setiap Sramana
Di dunia Saha ini secara natural segala sesuatunya pasti ada yang baik dan ada yang buruk. Ada yang benar ada pula yang sesat.  Begitupula para sramana pasti  ada yang baik ada yang buruk, ada yang benar adapula yang sesat. Pepatah mengatakan: “Jangan karena nila setitik rusak susu sebelangga”, artinya jangan karena perbuatan segelintir sramana jahat atau sesat lantas berpandangan jelek atau berprasangka buruk memukul rata semua sramana tidak baik. Ingat! Mencari seseorang  yang berminat untuk memasuki kehidupan sramana sudah sulit, mencari sramana yang bersih dan baik pasti lebih sulit, mencari sramana yang berkualitas baik untuk mengembangkan Buddhadharma inilah paling sulit. Untuk itu, kita tidak boleh pesimistis  dan putus asa, kiranya masih banyak sramana yang baik dan benar di sekeliling kita. Walau pepatah mengatakan: kita bisa mengenal orangnya, bisa mengenal wajahnya, tapi sulit mengetahui isi hatinya. Untuk itu, setiap umat Buddha dalam pencarian seorang guru pendidik  di anjurkan agar waspada, teliti dan dapat memantau untuk melacak rekam jejak sramana dan ajarannya sebelum memilih berguru, memilih sekte, memilih tempat ibadah dan memilih kawan, agar tidak terbawa arus dan terjerat kepada kejahatan dan kesesatan. Kepada sramana yang bodoh, jahat dan sesat kita jangan mencemohkan, mengejek atau menyakiti dalam bentuk apapun karena seperti orang sudah terjatuh jangan disoraki, di ejek  dan dilempari batu. Bila kita mampu dan kuat maka kita harus menyadarkan dan membimbingnya kembali ke jalan benar dan baik, tetapi kalau kita tidak mampu atau terlihat tidak ada harapan  untuk memperbaikinya karena sramana tersebut merasa dirinya benar dan bangga dengan kebodohan dan kejahatannya, maka kita tetap harus menghormati dan segera tinggalkan. Sedangkan kepada sramana yang baik dan benar kita musti mendukung, membantu dan menunjang kebajikannya, agar ia bisa maju dalam praktik Buddhadharma sekaligus ia dapat mengembangkan Buddhadharma demi kebahagiaan dan keselamatan semua makhluk.

Lenyapkan Ajaran Kesesatan & Kembangkan Buddhadharma
《大集大虚空藏菩萨所问经》:“供养奉事一切如来。摧坏一切魔怨。制伏一切外道。息灭烦恼显扬正法。如是善男子。是名持佛世尊佛法宝藏 ” Di dalam Sutra Ta Ci Ta Si Khung Cang Pu Sha Wen Cing, dikatakan: Berdana dan membantu urusan semua Tathagata, menghancurkan semua kebencian Mara, menundukkan semua aliran menyimpang, melenyapkan kegalauan dan menampilkan serta membabarkan ‘Dharma Benar’, pelaku demikian disebut putra berkebajikan, adalah di namakan melaksanakan perlindungan kepada Buddha dan harta karun Buddhadharma.
Di mana pun benih-benih busuk ini (kepercayaan-kepercayaan keliru) berada, kita seharusnya ke sana dan melenyapkannya. Semua dewata dan manusia seharusnya menggabungkan usaha mereka untuk menghancurkan benih-benih busuk ini. (kata “melenyapkan” maksudnya melenyapkan pandangan keliru yang di anut oleh kalangan Buddhis sendiri maupun non Buddhis lainnya).  (Srimala-devi-simhanada-sutra).

“Pemberian Dharma mengalahkan semua pemberian lainnya” (Dhp 354).  Oleh sebab itu, agama Buddha menganjurkan umatnya untuk mencari kebenaran Dharma dan menyebarkannya, sebagaimana tercermin dalam tulisan ini: “Biarlah mengorbankan harta demi menyelamatkan anggota tubuh; Biarlah mengorbankan anggota tubuh demi menyelamatkan hidupnya; Biarlah mengorbankan harta, anggota tubuh dan segalanya, bahkan hidupnya, demi kebenaran Dharma”.  (Ja 28/147).

Agama Buddha menganjurkan umat Buddha untuk berbagi Dharma secara proaktif dengan orang-orang yang belum mengenal agama Buddha. Buddha mengatakan: “Kepada siapa saja engkau bersimpati dan bergaul, baik itu sanak keluarga, sahabat karib dan relasi, semuanya harus diberitahu agar berpegang pada Empat Jalur untuk memasuki arus”. (SN. V.364) (Keempat Jalur itu adalah: keyakinan kepada Buddha, keyakinan terhadap Dharma, keyakinan kepada Sangha, serta kebajikan dan konsentrasi pikiran).

Tugas seorang Dharmaduta (penyebar Dharma) adalah berkewajiban memberitahukan Dharma. Mengapa diwajibkan memberitahukan Dharma? menurut Srimala-devi-simhanada-sutra, “Hanya dengan menaklukkan (ajaran kesesatan/aliran menyimpang) dan merangkul para makhluk baru, Dharma sejati bertahan”. Dalam sutra itu, Ratu Srimala membuat tiga tekad sumpah, salah satunya adalah “Tidak menyayangkan nyawa atau anggota badan dalam merangkul, melindungi dan menegakkan Dharma sejati” (menegakkan Dharma sejati maksudnya mengupayakan agar Dharma sejati berkembang dan tidak dipengaruhi atau disisipkan doktrin ajaran luar (sempalan) (Srimala-devi-simhanada-sutra).

華嚴經云:『假使頂戴經塵劫,身為床座(ㄔ扁)大千,若不說法度眾生,畢竟無能報佛恩。』Sutra Avatamsaka, bersabda: “Jika di atas kepala menghafal sutra bagaikan debu di banyak kalpa, tubuhnya di jadikan sebagai ranjang dan bangku seluas Maha Chillicosmos. Bila tidak membabarkan Dharma menolong para makhluk, pada akhirnya  tidak dapat membalas budi besar Hyang Buddha”. Pengertiannya: setiap sramana, siswa dan umat Buddha harus menyadari, berperan aktif dan bersumbangsih untuk melestarikan Dharma dan membabarkan Dharma (memutar roda Dharma) untuk menerangi kegelapan dunia, melenyapkan kegelapan batin semua makhluk, dan membimbing semua makhuk untuk meraih pencerahan dan pembebasan mutlak, tanpa ini kita tidak dapat membalas budi kepada Hyang Buddha. Artinya bila seseorang tidak kenal budi, tidak mempunyai akal budi dan tidak bisa membalas budi, maka orang tersebut bagaikan manusia-binatang tidak layak disebut manusia-manusia. Hanya orang yang kenal budi dan bisa balas budilah disebut manusia-manusia. Bila seseorang dapat mengingat budi dan membalas budi juga senantiasa menyadarkan dan menolong semua makhluk tanpa pamrih maka ia layak disebut “Manusia-Bodhisattva”.

Sebarkan 2 Sutra & Buka CD Mantra Shurangama
Untuk mencegah kemerosotan Dharma semakin parah dan mempertahankan Buddhadharma agar dapat bertahan dan lestari di muka bumi ini untuk masa yang lama. Juga untuk mengusir para Mara, barisan pengikut Mara  atau guru-guru sesat penjelmaan Mara agar tidak bermukim, mengganggu  dan mengacau umat manusia di bumi ini, maka di himbau dan dianjurkan kepada seluruh  umat Buddha yang berkeyakinan dan berjodoh, siapa saja, dimana saja dan kapan saja untuk membuka CD Leng Yen Cou (Mantra Shurangama). Ingat! Nasib dan masa depan Buddhadharma ada ditangan kita semua. Seluruh umat Buddha harus sadar, peduli, berperan aktif dan bersumbangsih untuk menyelamatkan Buddhadharma, agar kelak anak dan cucu generasi penerus kita masih bisa mendapatkan ajaran Buddhadharma yang murni, baik dan benar.  Selama  Mantra  dan Sutra Shurangama (楞嚴經) dan Sutra Pratyutpanna-Buddha-Sammukha-Vasthita-Samadhi (般舟三昧經), masih ada di muka bumi ini, atau para siswa maupun umat Buddha masih mau melafalkan ke dua sutra atau mantra tersebut,  maka iblis penggoda Mara dan pengikut Mara tidak akan memperlihatkan wajah aslinya, tidak bercokol di muka bumi ini dan mereka sulit mengembangkan ajaran sesatnya atau sulit merekut umat manusia menjadi pengikutnya, sehingga Dewa Mara beserta pengikut Mara berjuang keras dan mati-matian untuk melenyapkan ke dua sutra tersebut. Bilamana ke dua sutra tersebut lenyap maka sutra-sutra lain dan Maha Tripitaka akan ikut lenyap juga, berganti sutra-sutra ciptaan Mara yang penuh dusta dan kesesatan akan muncul dan beredar luas di muka bumi ini. Mantra Shurangama boleh dibuka kapan saja, dimana saja dan oleh siapa saja, asalkan ditempat yang layak, dilakukan dengan hormat dan bertujuan baik. Bagi yang membawa mantra Shurangama di badan, atau mengantung di mobil atau menaruh di depan pintu rumah atau tempat usaha, maka ia akan selamat dari segala santet dan gangguan black magic, senantiasa dibimbing dan diberkahi oleh Sang Triratna dan dilindungi oleh dewa-naga Pelindung Dharma. Kebajikan untuk menyebarkan ke dua sutra atau mantra tersebut sungguh teramat mulia dan jasa pahalanya berlimpah-ruah, apalagi bisa melafalkannya pasti selamat mencapai Kebuddhaan.

Penutup
Demikianlah penulisan artikel ini dibuat yang dirangkum dari berbagai ajaran Buddha untuk diketahui oleh para tokoh agama, umat Buddha dan masyarakat luas, agar mereka bisa sadar dan arif membedakan mana Buddhadharma, mana ajaran menyimpang dan mana yang sesat, termasuk mengetahui berbagai jenis sramana apakah keturunan Mara dan mana sramana pengikut Buddha? Untuk itu, jangan salah memilih tempat berlatih, jangan salah memilih berguru, dan jangan salah memilih berkawan. Karena bila batin kita masih lemah dan gelap mudah terpengaruh, terseret dan terjerat untuk memasuki ajaran menyimpang atau sesat. Ingat! Ada pepatah bijak mengatakan: “Pajang kepala kambing tapi jual daging anjing”; “Banyak aliran menyimpang memakai merek,  berkedok dan mendompleng agama Buddha;  Banyak siluman penjelmaan Mara  menjadi sramana yang suka memakai segala gelar kesucian”. Segala kepalsuan dan tipu muslihat yang dilakukan oleh orang-orang bodoh untuk menyebarkan paham dan ajaran menyimpang telah menodai agama Buddha, terutama membodohi dan menyesatkan banyak umat manusia di muka bumi ini.  Bagaikan “orang buta menuntun orang buta, bersama-sama memasuki alam celaka”. Bila sudah memasuki dunia hitam dan gelap maka sulit kembali ke dunia putih nan terang. Untuk itu, carilah sramana yang baik dan benar, sebagai pengikut Buddha yang berkualitas yang sudah terang memahami Buddhadharma untuk berguru dan belajar. Terhadap sramana sesat dan aliran menyimpang, hormatilah mereka dan tinggalkan aliran menyimpang dengan segera.

Adapun tulisan artikel ini sekali lagi dijelaskan dan dipertegas  hanya dibuat sebagai informasi kewaspadaan, cermin introspeksi diri, studi perbandingan dan penyuluhan, bukan untuk menuduh, mendiskreditkan apalagi menjatuhkan nama baik seseorang atau keberadaan sekte lain. Isi artikel ini sarat dengan muatan ajaran Budddhadharma. Bilamana tulisan ini ada kata-kata yang kurang pantas, kurang berkenan atau sekiranya dapat menyinggung perasaan, membingungkan atau melukai hati para pembaca, semoga dapat dimaklumkan dan dimaafkan. Adapun maksud dan tujuan dari penulisan artikel ini bukan memperkeruh suasana, meresahkan atau memecah-belah keharmonisan dan kerukunan umat Buddha, melainkan untuk menyadarkan dan mengembangkan kebijaksanaan untuk memilah dan memilih mana ajaran Buddha yang benar, mana ajaran yang menyimpang, dan mana ajaran yang sesat. Terutama mengharapkan dan menghimbau kepada sramana jahat dan sesat agar bisa sadar untuk menghentikan kejahatan, kesesatannya dan kembalilah ke jalan benar dan baik yang sesuai ajaran Buddhadharma.  Bagi sramana yang belum berbuat jahat  jangan meniru dan melakukan kejahatan. Bagi sramana yang belum sesat jangan berguru dan belajar kesesatan. Bagi sramana yang belum benar dan baik, introspeksi, berbenah diri dan berpedomanlah dengan Buddhadharma. Bagi sramana yang sudah benar dan baik tingkatkanlah kebajikan dan kewaspadaan dalam mengarungi samudra samsara yang penuh rintangan badai dan makhluk buas untuk sampai ditujuan tepi pantai bahagia. Selain itu, artikel ini khusus dibuat untuk menegakkan kebenaran dan lestarinya Buddhadharma demi keselamatan dan kebahagiaan semua makhluk. Akhir kata, semoga para tokoh dan umat Buddha dimana saja bertambah sadar, arif dan dewasa dalam memahami kebenaran ajaran Buddhadharma dan dapat mengatasi segala gangguan, rintangan dan halangan dari keturunan Mara. Senantiasa tidak lengah penuh kewaspadaan dalam menapak jalan Buddha atau dalam usaha mengembangkan Buddhadharma, Svaha.

Daftar pustaka:
–    Kitab suci Mahayana  dan Theravada.
–    Kajian Tematis Agama Kristen dan Agama Buddha (Djoko Mulyono, Petrus Santoso, Kristiyanto Liman).
–    修行人降魔的方法; 印光大師
–    Berbagai tulisan pelengkap yang berasal dari internet yang tidak diketahui sumber referensinya