Keunikan & Keunggulan Agama Buddha

(Oleh YM Bhiksu Tadisa Paramita Mahasthavira)

Pendahuluan
Perkembangan dan perjalanan hidup umat manusia tanpa bimbingan agama pastilah kacau. Begitupula kehidupan manusia tanpa berpedoman dengan ajaran agama akan kehilangan makna dan tiada kompas dalam pencapaian tujuan hakiki. Namun dalam kenyataan dan fakta sejarah, ada sebagian umat manusia yang beragama malah pandangan dan pikirannya menjadi kerdil dan tersekat begitu sempit dan dangkal, taat kepada ciri, atribut dan ritual agamanya tetapi sikap dan perilakunya masih jauh dari kesalehan terhadap ajaran agamanya. Malah kadang-kadang bertolak belakang dengan nilai-nilai kebenaran agamanya. Suka mengusik ketenangan umat manusia dan merusak ketenteraman umat manusia dan dunia. Tentu semua manusia normal yang sehat jasmani dan rohani menghendaki peran dan fungsi agama untuk kebaikan, kerukunan dan kedamaian bagi dunia ini. Adakah suatu agama yang spesial dan efektif, penuh rasional dan realitas yang sesuai untuk kemajuan jaman dan membawa kebaikan bagi umat manusia dan dunia? Bagaimanakah peran dan fungsi sesuatu agama yang baik? Apa keistimewaan ajaran Buddha? Untuk itu, silakan dilihat dan disimak tulisan singkat ini untuk memahami keunikan dan keunggulan ajaran Buddha.

Landasan keyakinan
Keyakinan tanpa mengembangkan pengertian akan timbulnya ketahayulan; Keyakinan tanpa mengembangkan analisa pembuktian adalah kepercayaan buta. Keyakinan tanpa mengembangkan kesadaran akan timbulnya kemunafikan; Keyakinan tanpa mengembangkan kebijaksanaan akan menimbulkan kefanatikan. Keyakinan yang diskriminatif tanpa mau melihat kebaikan agama lain akan menimbulkan intoleransi. Keyakinan tanpa rasionalitas, realitas dan bermanfaat adalah khayalan. Keyakinan memohon untuk segala hal mengabaikan keyakinan terhadap usaha sendiri adalah praktik menyimpang. Keyakinan yang mengabaikan etika beragama dan moralitas akan menimbulkan aksi religiusitas yang liar dan brutal. Keyakinan tanpa mampu melaksanakan ’Trilogi Kerukunan Umat Beragama’ (Trilogi Kerukunan adalah kerukunan intern umat beragama, kerukunan antar umat beragama dan kerukunan terhadap pemerintah), maka penganut agama tersebut cenderung mengarah menjadi perilaku anarkis, ektremis, separatis atau teroris. Memaksakan dan menyeragamkan keyakinan yang di anutnya kepada orang lain yang berbeda keyakinannya adalah penjajah. Konsep keyakinan hanya menjanjikan imbalan secara abstrak untuk kehidupan selanjutnya adalah trik mengelabui dan membodohi orang. Kemunculan dan pengembangan setiap agama mutlak untuk keselamatan dan kebahagiaan umat manusia. Oleh karena itu, sangat naif dan memalukan bila saja ada umat beragama melakukan aksi kekerasan dan kejahatan terhadap umat manusia dan merusak dunia. Begitupula karakteristik pemaksaan kehendak dan perilaku otoriter yang absurd menyampingkan rasa keadilan dan keragaman yang terjadi sesuai kodratnya berarti peran dan fungsi agama yang sesungguhnya sudah diselewengkan. Agama Buddha menekankan pentingnya keharmonisan dan perdamaian dengan mengembangkan pandangan dan pengertian yang benar, baik dan menyeluruh. Teori dan praktik agama harus dipahami dan di amalkan secara arif dan efektif, menyeluruh penuh keseimbangan. Tanpa itu, mustahil umat manusia dapat mencapai maksud dan tujuan hidup beragama yang cinta perdamaian dan anti kekerasan.

Pandangan salah terhadap agama
Banyak saintis, ahli falsafah dan cendekiawan mempunyai sikap yang negatif terhadap agama. Mereka berkata agama mengekang kemajuan manusia. Agama juga disifatkan sebagai memimpin manusia ke jalan yang salah karena memperkenalkan kepercayaan yang khayal, kolot dan karut serta amalan yang menjauhkan manusia daripada fakta yang dijumpai oleh para saintis. Karl Marx pernah berkata, “Agama merupakan dadah bagi manusia”. Akan tetapi apabila kita mengkaji definisi mereka terhadap agama, kita boleh memahami bahawa agama Buddha tidak termasuk dalam kategori agama seperti itu. Oleh sebab itu, pada masa yang akan datang apabila para intelek telah maju berkembang untuk membahas dan menolak sesuatu agama, mustahil bagi mereka untuk melabelkan agama Buddha sebagai suatu agama penghambat dan palsu, karena Buddha telah membabarkan kebenaran mutlak untuk dibuktikan.

Dibutuhkan agama realita
Keberadaan Buddhadharma yang umumnya dikenal dan disebut menjadi agama Buddha, harus dimaknai dan dipahami sebagai sarana pendidikan dan pengetahuan yang mengajarkan untuk mengembangkan kesadaran, kebijaksanaan dan pencerahan, bukan sekedar agama belaka saja yang cenderung mengarah kepada kepercayaan buta atau mengarah dalam perwujudan ritualistik sarana pemujaan dan permohonan yang mengabaikan logika kebenaran dan menyampingkan hukum sebab akibat.
Kebenaran & keunggulan agama Buddha
Agama Buddha adalah sebuah agama besar yang menerangi umat manusia lebih dari dua puluh lima abad yang lalu dan membebaskannya dari segala perbudakan dan praktik-praktik ketahayulan.

Agama Buddha adalah agama orisinil yang dipahami dan diungkapkan oleh kualitas pencerahan dan kebijaksanaan seorang manusia Buddha. Ajaran agama Buddha bukanlah satu gabungan beberapa agama atau idea-idea agama yang berbeda. Buddha tidak mengambil ajaran daripada agama lain, mengumpulkannya dan kemudian memperkenalkannya sebagai agama Buddha. Sebaliknya, Beliau menyadari bahawa tiada seorang guru agama pun yang dapat menemui kebenaran mutlak dan jalan untuk pembebasan mutlak daripada belenggu hidup. Beliau menerangkan bahwa guru agama lain hanya dapat mencapai tahap-tahap tertentu saja di dalam pencapaian kuasa duniawi dan perkembangan spiritualitas mereka. Mereka masih tidak dapat mencapai pencerahan agung secara utuh sepenuhnya atau sulit membebaskan diri daripada tanggapan yang salah, khayalan, kejahilan, kecemaran, salah faham, imajinasi dan kepercayaan yang karut.

Agama Buddha tidak mengenal adanya suatu “Makhluk Adi Kuasa” yang menciptakan seluruh alam semesta ini. Agama Buddha mengajarkan bahwa alam semesta ini mengalami proses kelahiran, pendewasaan, penuaan dan kehancuran yang berlangsung terus menerus. Proses ini berlangsung semenjak masa yang tanpa awal dan tidak ada suatu masa awal yang benar-benar awal. Pandangan agama Buddha mengenai kosmologi yang demikian tampaknya sejalan dengan sains karena Astro-fisikawan mengatakan bahwa di dalam kosmos terjadi proses pembentukan, pengembangan, dan penyusutan galaksi, yang akhirnya disertai dengan pemusnahan galaksi itu sendiri. Kelahiran dan kematian setiap galaksi, menurut agama Buddha disebabkan oleh kekuatan karma kolektif makhluk hidup.

Agama Buddha mendalilkan suatu alam semesta yang tidak memiliki awal serta menganggap bahwa keberadaan dan berlangsungnya alam semesta itu ditunjang oleh hukum alam semata. Hukum alam itu sendiri bersifat relatif, hanya berlaku di alam fenomena, dan muncul “secara khayal” dari Tathagata-garbha (rahim Tathagata).

Agama Buddha adalah Agama moderen yang merupakan suatu agama kosmis penuh ilmiah yang melampaui dogma-dogma dan teologi yang bakal layu dan kering seiring perubahan jaman.

Agama Buddha merupakan suatu agama kebijaksanaan dimana pengetahuan dan kecerdasan lebih berperan. Sang Buddha berkhotbah bukan untuk mendapatkan pengikut-pengikut baru, tapi untuk menerangi para pendengarnya.

Agama Buddha akan tetap bertahan sepanjang sang mentari dan sang rembulan masih ada dan umat manusia masih berada di Bumi ini, karena ia adalah agama kebenaran penuh kebijaksanaan dan bermanfaat bagi kehidupan umat manusia.

Dewasa ini kita mendengar banyak sekali tentang kekuatan pikiran, tapi agama Buddha adalah sistem latihan pikiran yang paling lengkap dan efektif yang tersedia hingga kini bagi dunia ini.

Agama Buddha adalah agama misionaris yang pertama dalam sejarah kemanusiaan dengan suatu pesan keselamatan yang universal bagi semua umat manusia.

Agama Buddha tidak menganggap kesejahteraan materi sebagai suatu akhir; ia hanyalah suatu alat untuk mencapai tujuan akhir, suatu akhir yang lebih tinggi dan lebih mulia.

Agama Buddha merupakan satu-satunya agama besar di dunia ini yang secara sadar dan terus terang berlandaskan kepada suatu analisa rasional yang sistematis terhadap problem-problem kehidupan serta jalan pemecahannya.

Dalam agama Buddha diajarkan untuk menjauhi segala fanatisme. Tujuan agama Buddha adalah untuk menghasilkan suatu perubahan internal dengan menaklukan dan mengembangkan potensi diri sendiri.

Agama Buddha membedakan antara iman yang buta atau tak berdasar (amulika saddha) dan iman yang berdasarkan alasan (akaravati saddha). Iman yang dibangkitkan dari sebuah ketertarikan emosional yang kuat, terkesan oleh “mukjizat-mukjizat” atau langsung menerima suatu hal tanpa memeriksa alternatif, adalah iman yang tak berdasar. Iman yang berdasarkan alasan itu tumbuh dari evaluasi, observasi, inferensi dan fakta-fakta melalui pengalaman pribadi. Buddha menjelaskan bahwa iman yang berlandaskan alasan “Berakar dalam pemahaman, kokoh tak bisa digoyang oleh guru atau pengkhotbah mana pun, para iblis, para dewa, Tuhan, atau oleh siapa pun di dunia”. (MN.1.320)
Agama masa depan akan merupakan suatu agama kosmis. Ia hanya melampaui suatu “Tuhan yang berpribadi”. dan menghindari dogma-dogma dan teologi. Meliputi baik hal yang bersifat natural maupun spiritual, ia harus didasari pada pengertian religius yang timbul dari pengalaman berbagai hal, yang natural dan spiritual, sebagai suatu kesatuan yang berarti. Agama Buddha memenuhi penjabaran ini. Jika ada suatu agama yang akan memenuhi tuntutan kebutuhan ilmu pengetahuan modern, maka agama tersebut adalah agama Buddha.

Agama Buddha adalah agama yang realistis, karena ia menganut suatu pandangan yang realistis tentang kehidupan dan dunia ini. Ia tidak secara salah menarik kita untuk hidup ke dalam surga dungu penuh imajinasi, pun ia tidak menakut-nakuti dan menyiksa kita dengan segala macam rasa takut dan rasa dosa yang khayal. Ia secara tepat dan obyektif menyatakan siapa atau apa sesungguhnya diri kita dan dunia di sekeliling kita, serta menunjukkan kita jalan menuju kebebasan, kedamaian, ketenangan, dan kebahagiaan yang sempurna.

Agama Buddha tidak mengajarkan siswa dan umatnya untuk menyembah dan memohon kepada patung atau wujud Sang Buddha, melainkan memperbolehkan siswa dan umatnya untuk mempergunakan wujud kemuliaannya sebagai objek visualisasi untuk mempermudah dalam perenungan dan memusatkan pikirannya dalam usaha meningkatkan kualitas spiritualnya. Pertanyaannya, kenapa di vihara begitu banyak rupang dalam berbagai wujud Buddha yang dipuja? Perlu diketahui, bahwa karena disebabkan rupa dan fisik Sang Buddhalah yang paling sempurna di jagat raya ini dibanding dengan wujud para Nabi agama lain, maka lukisan dan rupang Buddhalah yang paling banyak diminati, dibuat dan dikoleksi oleh umat manusia di muka bumi ini. Disebabkan Sang Buddha memiliki wujud dan ciri keagungan yang begitu mempesona, juga sikap perilakunya begitu memikat penuh daya tarik yang bercirikan keteladanan dan kesempurnaan, sehingga banyak kalangan raja, menteri, bangsawan dan siswa dan umat pada jaman dulu senantiasa mengharapkan dan merindukan kehadiran Sang Buddha di tengah-tengah mereka yang dapat membangkitkan motivasi dan inspirasi sekaligus membawa kedamaian dan kebahagiaan bagi yang melihatnya. Oleh sebab kondisi demikian, maka Sang Buddha memperkenankan para pelukis dan seniwan untuk membuat figur gambar atau rupangNya, dengan tujuan utama agar mereka senantiasa dekat dan merasakan kehadiran Sang Buddha untuk memberikan semangat dan motivasi untuk meniru dan menggugu sikap dan perilaku keteladananNya, konsisten dan telaten  untuk  mempraktikkan ajaran Buddha.

Ajaran utama Sang Buddha adalah memperbaiki dan meningkatkan kualitas mentalitas, moralitas dan spiritualitas umat manusia. Dan tujuan agama Buddha bahwasannya ia menjadikan pencerahan intelektual sebagai syarat utama untuk keselamatan dan pembebasan mutlak.

Dimana saja ajaran Buddha dapat berkembang, baik di kota maupun di desa, orang akan memperoleh manfaat tak terkatakan. Bumi dan manusia akan memperoleh ketenteraman. Matahari dan bulan akan bersinar bersih dan terang. Angin dan hujan akan tiba sesuai waktunya, dan tidak akan terjadi bencana. Bangsa-bangsa akan hidup rukun dan makmur sehingga tidak perlu ada pasukan dan senjata. Orang akan mematuhi aturan moral dan hukum yang ada. Mereka bersikap hormat dan rendah hati, dan semua orang akan merasa puas tanpa merasa diperlakukan tidak adil. Tidak akan ada pencurian maupun kekerasan. Yang kuat tidak akan mengusai yang lemah dan semuanya akan memperoleh bagiannya secara adil.

Agama Buddha mengajarkan suatu kehidupan bukan dengan perintah, tetapi dengan prinsip, suatu kehidupan yang indah; dan sebagai konsekuensinya, Ia merupakan suatu agama yang penuh toleransi. Ia adalah sistem yang paling penuh toleransi di kolong langit ini.

Kebanyakan orang-orang baru yang memeluk agama-agama lainnya dikontrol oleh Guru mereka serta dilarang membaca kitab-kitab suci, ajaran-ajaran, majalah-majalah, buklet-buklet, dan risalat-risalat dari agama-agama lainnya. Namun hal ini amatlah jarang terjadi dalam agama Buddha.

Agama Buddha adalah suatu gerakan demokrasi, yang menjunjung demokrasi dalam beragama, demokrasi dalam bermasyarakat, dan demokrasi dalam berpolitik.

Agama Buddha telah berbuat lebih banyak bagi kemajuan peradaban dunia dan kebudayaan yang sejati daripada berbagai pengaruh lainnya dalam sejarah kemanusiaan.

Agama Buddha mengajarkan tiga jenis penghormatan, yaitu dimulai dari penghormatan pertama adalah pemberian aneka mempersembahkan, penghormatan kedua dengan sikap perilaku menghormati dan memuliakan, dan penghormatan yang ketiga dan paling utama adalah mempraktikkan ajaranNya untuk merealisasikan tujuan pencerahan dan pembebasan mutlak.

Teori evolusi yang dirumuskan oleh Charles Darwin telah menolak “Teori penciptaan” yang popular itu, bahwa kehidupan dicipta oleh Tuhan. Ahli geologi, biologi dan fisiologi telah menerangkan dengan terperinci bahwa kewujudan kehidupan yang pertama di dunia ini telah mengambil masa beberapa juta tahun. Semua ini tidaklah bertentangan dengan ajaran Buddha. Penemuan moderen tentang perkembangan yang perlahan-lahan akan kehidupan mineral, tumbuhan, benda dan makhluk hidup yang lain adalah selaras dengan ajaran Buddha.

Para ilmuwan kebanyakan mengeluarkan pengalaman subyektif dari dunia alam dan mempertalikan kemanjuran kausal hanya ke fenomena fisik. Agama Buddha, kontrasnya mengambil fenomena mental yang subyektif paling tidak sama seriusnya dengan fenomena fisik dan menempatkan koneksi kausal interdependen yang berlingkup luas di antara mereka, menurut Alan Wallace.

Agama Buddha dan sains tidak bersifat antagonistik, melainkan saling melengkapi (asas komplementaris) ujar Alan Wallace. Terlepas dari ini semua, agama Buddha berbeda dari sains dalam tiga aspek. Aspek pertama adalah perbedaan atas lingkup fenomena yang hendak diobservasi dan dijelaskan. Agama Buddha menitikberatkan dunia pikiran. Aspek kedua adalah perbedaan atas metode yang digunakan untuk mendapatkan pengetahuan dan memahami corak fenomena. Agama Buddha menggunakan metode meditasi untuk meraih pengetahuan, sedangkan sains menggunakan instrumen sains. Buddha tidak menggunakan metode tersebut dan karenanya bukan seorang ilmuwan. Aspek ketiga adalah tujuan akhir. Tujuan sains adalah berusaha memahami realitas dari alam fenomena dan makhluk hidup yang bisa dipersepsikan oleh indra. Dalam agama Buddha, tujuannya adalah transformasi pikiran untuk melenyapkan penderitaan mental, dan pencapaian pencerahan sempurna.

Buddha adalah pilar kearifan dan agama Buddha berawal di mana sains berakhir. Agama Buddha adalah kemenangan yang lengkap dari kemanusiaan atas dirinya sendiri. Cara berpikir Buddhis sudah mencakup pemikiran mengenai masa yang akan datang. (Julius-huxley, ilmuawan fisika termuka di abad ke-20)

Rasa keagamaan kosmik merupakan dorongan terkuat dan termulia terhadap penelitian ilmiah. Agama Buddha, seperti yang kita pelajari dari tulisan Schopenhauer yang mengagumkan, mengandung unsur tersebut jauh lebih kuat dibandingkan agama lainnya. ( Albert Einstein 1905)

Tiada selembar halaman pun dalam sejarah agama Buddha yang telah diserami oleh sinar api- api pengadilan terhadap para pembangkang, atau digelapi oleh asap dari kota-kota para pembangkang ataupun kaum kafir yang terbakar, atau dimerahi oleh darah korban-korban tak berdosa akibat kebencian keagamaan. Agama Buddha menggunakan hanya sebilah pedang “Pedang Kebijaksanaan”, dan mengenal hanya satu musuh, yaitu “kebodohan”. Ini adalah pembuktian sejarah, yang tak terbantahkan.

Buddha merupakan satu-satunya Guru yang telah memberikan aspresiasi yang tinggi kepada kebijaksanaan manusia. Beliau menasihati kita supaya tidak mengabdikan diri kepada kuasa luar. Sebaliknya kita digalakkan untuk memperkembangkan potensi diri dan menyempurnakan paramita atas upaya dan perjuangan diri sendiri.

Buddha juga mengatakan bahwa manusialah yang bertanggungjawab bagi semua masalah yang berlaku di dalam dunia ini. Penderitaan serta kebahagiaan adalah diwujudkan oleh manusia itu sendiri. Manusia mempunyai kemampuan untuk menyingkirkan penderitaannya atau membentuk  suatu suasana yang tenteram, bahagia serta arif melalui usaha sendiri tanpa bergantung kepada kuasa luar. Disebabkan pandangan salah dan pikiran manusia yang tidak terlatih itulah mereka menghadapi banyak masalah, malapetaka dan pergolakan hidup. Jika pikiran manusia digunakan dengan baik dan benar, mereka dapat merubah situasi buruk yang tidak menguntungkan itu menjadikan dunia ini lebih aman, makmur serta bahagia. Hanya mengembangkan intelektualitas, moralitas dan  spiritualitas umat manusia maka semua kondisi buruk akan berubah menjadi baik.

Tiada catatan dalam keseluruhan sejarah agama Buddha yang panjang, melalui abad-abad yang demikian banyak, dimana para penganutnya yang telah selama periode sedemikian panjang menduduki kekuasaan tertinggi, melakukan suatu penganiayaan atau penindasan terhadap penganut–penganut kepercayaan lainnya.

Agama Buddha menjadikan manusia mandiri dan membangkitkan rasa percaya diri serta semangat untuk berkarya dan mengabdi, sedangkan maksud dan tujuan beragama Buddha untuk mengembangkan kesadaran diri, kesadaran Dharma dan kesadaran Bodhi.

Agama Buddha menduduki posisi unik dalam sejarah pemikiran manusia dalam hal penolakannya terhadap adanya suatu Roh/Jiwa, Diri atau Atma. Menurut ajaran Sang Buddha, pandangan tentang adanya diri adalah suatu khayalan, kepercayaan yang keliru/salah yang tidak berkaitan dengan kenyataan, dan hal itu menghasilkan pikiran-pikiran yang membahayakan dari “Aku” dan “Milikku”, keinginan yang egois, nafsu, kemelekatan, kebencian, niat jahat, kepongahan, kesombongan, egoisme, dan noda-noda lainnya, serta ketidakmurnian dan problem-problem. Hal ini merupakan sumber dari segala kesulitan di dunia ini, dari konflik pribadi hingga peperangan antar bangsa. Singkatnya, semua keburukan/kejahatan di dunia ini dapat ditelusuri sumbernya yakni dari pandangan keliru atau pikiran salah tersebut.

Agama Buddha dapat memenuhi tantangan Atomik, karena pengetahuan adiduniawi dari agama Buddha bertitik awal di mana ilmu pengetahuan berakhir. Dan hal ini cukup jelas bagi seseorang yang telah mempelajari agama Buddha. Karena melalui Meditasi Buddhis, unsur-unsur atomik penyusun materi telah dilihat dan dirasakan, dan juga penderitaan, atau ketidakpuasan (dukkha), tentang kemunculannya dan kelenyapannya. (yang tergantung pada sebab-sebab) yang sering telah menjadikan dirinya sendiri sebagai apa yang kita sebut jiwa, roh, atau atma. ‘sebuah khayalan tentang Sakkayaditthi’, demikian ia dinamakan di dalam ajaran Sang Buddha.

Pandangan agama Buddha terhadap alam semesta tidaklah terbatas pada satu milyar tata surya saja melainkan jauh melampauinya. Sebuah Dvisahassi Majjhimanika lokadhatu terdapat 1.000 x 1.000 = 1.000.000 tata surya. Sedangkan dalam Tisahassi Mahasahassi lokadhatu terdapat 1.000.000 x 1.000 = 1.000.000.000 tata surya. ”Dalam sistem dunia itu planet-planet luar biasa banyaknya sehingga tak terbayangkan. Beberapa di antaranya sedang tercipta, beberapa di antaranya sedang menuju kemusnahannya. Beberapa di antaranya bahkan telah musnah”.  (Avatamsaka-Sutra bab-5)

Agama Buddha menganggap bahwa semua orang dapat terlahir di alam surga, namun hanya sampai di surga ke-6. Untuk mencapai surga di atas ke-7 sampai ke-28, perlu dilakukan meditasi untuk mencapai jhana (sebuah keadaan mental dari penyerapan meditatif mendalam yang bercirikan penyadaran jernih dan dicapai melalui pemfokusan pikiran pada satu objek). Sekalipun bisa mencapai surga tertinggi melalui meditasi, itupun masih dalam lingkup Samsara (lautan derita). Keselamatan dalam agama Buddha adalah pencapaian Nirvana (keadaan tanpa kondisi dan syarat) dengan melaksanakan “Jalan Mulia Berunsur Delapan”. Tujuan pelatihan Jalan Mulia itu adalah mentransformasikan pikiran sehingga menjadi murni dan tercerahkan, meraih kebijaksanaan transendental, bebas dari samsara.

Agama Buddha juga mengenal tingkatan kiamat dan jenis kiamat yang berbeda-beda, serta mengangap bahwa kiamat masih lama datangnya, tidak secepat seperti yang dipercayai umat lain. Kiamat bukan berarti akhir siklus perjalanan hidup para makhluk atau manusia. Dunia yang sekarang terbentuk setelah dunia yang lama kiamat. Menurut agama Buddha, kiamat itu disebabkan oleh karma kolektif semua makhluk. Kiamat akan berlanjut dengan terbentuknya dunia yang baru, sedangkan kehidupan sendiri tidak terbatas pada satu dunia.

Makhluk yang tiada bandingnya, seorang manusia luar biasa muncul di dunia ini demi kemajuan banyak pihak, demi kebaikan banyak pihak, atas dasar kasih sayang pada dunia, untuk kebaikan, kemajuan dan kebahagiaan para dewa dan manusia. Siapakah makhluk yang tiada bandingnya ini? Sang Tathagata, Yang Maha Mulia, yang telah mencapai penerangan sempurna.

Di antara para Nabi besar yang pernah hadir di muka bumi ini, hanya Sang Buddha lah yang paling unik nan sempurna, baik sejarah kelahiran, pelepasan agung, kesempurnaan Buddha, pembabaran Dharma dan MahaparinirvanaNya begitu kharismatik penuh pesona dan menakjubkan telah menggetarkan bumi dan langit.  Berbagai peristiwa historisNya telah menjadi acuan, inspirasi dan motivasi yang berlimpah tidak pernah habis untuk di gali, dikaji dan diambil hikmah maupun intisarinya sebagai pedoman dan pembimbing hidup umat manusia. Para Buddha di tiga masa dan sepuluh penjuru saat kelahiran, pelepasan agung, kesempurnaan dan Mahaparinirvana, semua memiliki kebersamaan yang terjadi di hari sakral di bulan Waisak. Keunggulan Sang Buddha karena memiliki 7 Anuttara kekhususan (kekhususan yang tiada taranya), yaitu: 1. Anuttara tubuhNya: Tubuh Buddha memiliki 32 ciri fisik agung dan 80 tanda-tanda kemuliaan. 2. Anuttara ajaranNya: ajarannya paling sempurna untuk keselamatan dan kebahagiaan semua makhluk. 3. Anuttara pengertiannya: Buddha memiliki pandangan dan pengertian kebenaran mutlak bebas dari ilusi, diskriminasi dan sesat. 4. Anuttara kearifanNya: Buddha mempunyai 4 jenis kearifan tanpa rintangan. 5. Anuttara kegaibanNya: kegaiban yang dimiliki oleh Buddha sungguh menakjubkan, luas dan tidak terjangkau oleh pikiran awam. 6. Anuttara dalam melenyapkan rintangan: Buddha telah melenyapkan kebodohan, karma dan derita secara tuntas tanpa bersisa lagi. 7. Anuttara kediamanNya: Buddha mempraktikkan batin sunyi tapi menerangi dan menetap dalam kedamaian Nirvana.

Dengan upacara kerajaan yang megah dan dengan bangga, Raja Suddhodana (Ayahnya Pangeran Siddharta Gotama) membawa Bodhisattva Pangeran Siddharta Gotama ke kuil para dewa. Begitu Sang Bodhisattva melangkahkan kaki kanannya ke kuil, patung para dewa, seperti Siva, Skanda, Narayana, Kureva, Candra, Surya, Vaisravana, Sakra, Brahma, para pelindung dunia ini, dan yang lainnya berpindah dari tempatnya dan menyembah ke kaki Sang Bodhisattva (calon Buddha). (Lalitavistara-sutra bab-8)
Pemahaman tentang Ketuhanan Yang Maha Esa dalam agama Buddha berbeda dengan agama lain. Keunikan agama Buddha terhadap pemahaman tentang Ketuhanan Yang Maha Esa, adalah:  Yang Absolut atau Yang Mutlak dinyatakan di dalam Sutta Pitaka, Udana VIII:3, sebagai: ‘Atthi Ajatam Abhutam Akatam Asamkatam’, artinya: Yang Tidak Dilahirkan, Tidak Dijelmakan, Tidak Diciptakan dan Yang Mutlak. Pemahaman tersebut menunjukkan bahwa Yang Maha Esa adalah Tanpa Aku (anatta/anatman), sesuatu yang tidak berpribadi, sesuatu yang tidak dipersonafikasikan dan suatu yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk apapun. Namun dapat diketahui dan dirasakan melalui kesadaran murni untuk memahami kebenaran mutlak melalui berbagai penjabaran tatanan hukum, yaitu: hukum kosmik, hukum alam, hukum karma, hukum pikiran dan hukum gaib yang meliputi semesta alam.

Di surga dan di bumi, tidak ada makhluk yang bisa menyamai Hyang Buddha; Di sepuluh penjuru alam tidak ada yang dapat menandingi kualitas Hyang Buddha; Sepanjang masa yang pernah diketahui tidak ada yang setara dengan kesempurnaan Hyang Buddha; Hyang Buddha Maha Pembina Triloka Dhatu dan Bapak welas asih dari empat jenis kelahiran; Hyang Buddha guru agung para dewa dan manusia yang memiliki Trikaya Tubuh penjelmaan. Para makhluk di semua alam memuji dan memuja Guru Agung Hyang Buddha untuk mendapatkan bimbingan dan perlindunganNya.

Matahari bersinar pada siang hari. Bulan bercahaya pada malam hari. Dengan baju baja raja pejuang bersinar. Dalam meditasi para Brahmana bersinar. Tetapi siang dan malam Sang Buddha bersinar dalam kemuliaan.

Bila anda ingin menjumpai seorang manusia yang paling mulia, tengoklah seorang raja dalam pakaian pengemis; Hyang Buddhalah guru yang paling suci dan sempurna di antara para dewa dan manusia.

Hyang Buddha dewasa ini dipuja oleh setiap orang yang berbudaya dan berintelek. Banyak ide moderen terbaik ilmuwan yang sangat bersesuaian dengan ajaranNya.

Sang Buddha dengan mudah dipilih sebagai satu-satunya orang yang dikenal oleh semua alam yang menerima pujian dari begitu banyak dari para makhluk. Sang Buddha adalah perwujudan dari seluruh kebajikan. Selama 45 tahun lebih pembabaran DhammaNya yang sukses dan diwarnai berbagai peristiwa historis yang fenomenal.

Hyang Buddha menerjemahkan semua kata-kataNya ke dalam tindakan nyata, dan tiada celah sedikit pun yang disediakan bagi munculnya berbagai nafsu keinginan rendah.

Tiada pernah terjadi dimana Sang Buddha terbakar oleh kemarahan, tiada pernah terjadi suatu peristiwa dimana kata-kata yang tak sedap meluncur dari bibirNya.

Aturan kemoralan, upaya pengendalian pikiran dari Sang Buddha adalah yang paling sempurna yang pernah dikenal oleh dunia.

Hukum graviti dan akumulasi  tenaga yang dirumuskan oleh ahli sains moden seperti Newton menyokong ajaran tentang karma (hukum sebab dan akibat) yang telah diajar oleh Buddha.

Unsur jasad akan mengalami disintegrasi tetapi arus mental gabungan dengan “kemauan untuk terus hidup” akan tersalurkan dan berproses melalui siklus tumimbal lahir yang baru. Semua corak dan kondisi yang terbentuk berdasarkan energi karma dan tingkatan kesadaran yang telah dijelaskan oleh Buddha.

Buddha seorang manusia, sederhana, penuh bakti, menyendiri, berjuang untuk mencapai pencerahan, suatu pribadi manusia yang begitu hidup, bukan suatu mitos.

Hal yang paling menarik perhatian dari Sang Buddha ialah perpaduan yang unik antara memiliki kepala dingin yang ilmiah dan suatu hati yang hangat penuh cinta kasih serta rasa simpati yang dalam. Dunia dewasa ini semakin dan semakin berpaling kepada Sang Buddha karena Beliau sendiri menggambarkan suara hati dari umat manusia.

Sang Buddha dengan pesan abadiNya telah menggetarkan umat manusia sepanjang masa. Barangkali pesanNya tentang perdamaian lebih dibutuhkan bagi umat manusia yang sengsara dan kacau sekarang ini, daripada pada masa yang lampau.

Hal yang paling menarik dari Sang Buddha ialah perpaduan yang unik dengan kepala dingin yang ilmiah, hati yang hangat penuh cinta kasih dan rasa simpati yang dalam.

Hyang Buddha memiliki kejeniusan filosofis yang mengalir ke dalam suatu kepribadian yang penuh semangat toleransi dan bercahaya.
Buddha Sakyamuni adalah perpaduan yang paling serasi, baik dalam karakter maupun pengaruh dalam diriNya, Ia yang merupakan Sang Jalan, Sang Kebenaran, dan Sang Kehidupan.

Gelar & Sebutan Mulia Lain Hyang Buddha
Menurut sejarah, Buddha yang kita kenal ialah Buddha Gotama (Gotama; Sebutan Theravada) dan Buddha Shakyamuni (Sebutan Mahayana), sedangkan menurut waktu kosmik dalam agama Buddha Mahayana terdapat banyak sekali Buddha sebagaimana dinyatakan di dalam sutra-sutra Mahayana. Gelar dan sebutan lain Hyang Buddha ada sepuluh, yakni:

1.    Tathagata (Skt; Pali): ‘Dia’ yang telah datang dan telah melaksanakan semua tugas Buddha, yang mengambil jalan absolut mengenai sebab dan akibat, dan telah mencapai Kebijaksanaan Maha Sempurna.
2.    Arahat (Skt; Pali Arhat): Buddha sempurna, yang berarti ‘patut dipuja’. Juga berarti seorang suci tingkat tertinggi dalam aliran Hinayana, sedangkan Mahayana adalah Bodhisattva.
3.    Samyak-Sambuddha (Skt); (Pali: Samma-Sambuddha): ‘Dia” yang telah mencapai Penerangan Sempurna dan Maha Mengetahui.
4.    Vidya-Carana-Sampanna (Skt); (Pali: Vijja-Carana-Sampanna): yang berbakat pengertian Kesucian Leluhur, Yang mencapai Bodhi Teragung (Pengetahuan-perbuatan-sempurna).
5.    Sugata (Skt; Pali): Yang Maha Mulia; Yang telah mencapai jalan yang benar.
6.    Lokavid (Skt; Pali): Yang telah mengetahui atau memahami Kebenaran Sejagad.
7.    Anuttara (Skt; Pali): Yang tak dapat dibandingkan; yang telah memperoleh segala-galanya dan mencapai setinggi-tingginya (Anuttara-Samyak-Sambuddha)
8.    Purusa-Samya-Sarathi (Skt); (Pali: Purisa-Damma-Sarathi): Penunjuk, Pendidik serta Pemimpin seluruh makhluk yang memerlukan Pembinaan-Nya. Penjinak hawa nafsu.
9.    Sasta-Deva-manusyanam (Skt); (Pali: Sattha-Deva-Manussnam): Guru Junjungan para dewa-dewi serta manusia.
10.    Buddha-Lokanatha atau Bhagavan (Bhagavat) (Skt); (Pali: Bhagava): Sang Maha Suci yang Sempurna Kebijaksanaan-Nya. Yang dihormati dunia, Buddha Sempurna.

Sang Buddha memiliki tiga tubuh, yakni:  Fa Shen (Dharmakaya-Tubuh Dharma), Bao Shen (Sambhogakaya-Tubuh Pahala), Ying Shen (Nirmanakaya-Tubuh Transformasi). Konsep tiga tubuh ini sangat rumit, diperlukan penjabarkan secara sederhana. Kebenaran sejati yang hening adalah Fa Shen, disebut  tanpa wujud. Kebijaksanaan bertindak, termanifestasikan dalam wujud yang menakjubkan adalah Bao Shen, disebut ada wujud. Berfungsi membangkitkan moralitas, muncul sesuai dengan jodoh karma makhluk hidup, itulah Ying Shen, dengan sendirinya mempunyai wujud. Inilah yang disebut sebagai 32 ciri manusia unggul dan 80 ciri indah. Bila menunjuk pada satu sisi, tidak ada salahnya bila dikatakan Fa Shen, Bao Shen dan Ying Shen adalah tiga. Fa Shen adalah sejati, Ying Shen adalah semu. Ibarat nya api memiliki lidah api, panas dan cahaya, adalah tiga hal yang berbeda. Bila dijelaskan secara keseluruhan, maka Fa Shen, Bao Shen dan Ying Shen adalah satu. Ibaratnya air yang memiliki unsur larutan, kelembaban dan gelombang, yang secara keseluruhan adalah satu. Melihat dari satu sisi membuat kita memaksa untuk membedakan, sehingga untuk memudahkan dikatakan ada sejati dan semu. Penjelasan yang sempurna adalah melihat pada satu kesatuan, yang mana sebenarnya tidak ada yang sejati, juga tidak ada yang semu. Seperti memahami perumpamaan air dan api, dengan sendirinya kita akan mengerti.

Para Buddha semuanya bersifat Adiduniawi (lokuttara); Tathagata tidak memiliki ciri-ciri duniawi; Sabda para Tathagata berkenaan dengan pemutaran Roda-Dharma; Keunikan Hyang Buddha dalam membabarkan Dharma walaupun satu ucapan tapi suara-Nya dapat didengar berbeda oleh berbagai jenis makhluk yang berlainan berdasarkan kemampuan, kondisi dan karmanya; Dalam ajaran Hyang Buddha tidak ada satupun yang tidak selaras dengan kebenaran; Tubuh fisik (rupa kaya) Hyang Tathagata tanpa batas;  kekuatan-kekuatan agung Hyang Buddha tanpa batas; kehidupan para Buddha tanpa batas; Hyang Buddha tidak pernah lelah menjadikan makhluk-makhluk mencapai pencerahan batin dan membangkitkan keyakinan murni dalam diri setiap makhluk.

Para ilmuwan, filsuf, dan para sastrawan telah memproklamasikan Hyang Buddha sebagai manusia terbesar yang pernah lahir, laksana cahaya mercusuar yang menuntun dan menerangi umat manusia.

Orang-orang awam terjebak dan melekat pada pandangan Egosentris, karena ‘Sang Aku’, ‘PeranKu’ dan menjadi ‘MilikKu’. Ajaran lain terjebak dan melekat pada pandangan Teosentris, dariNya, olehNya, dan untukNya. Sedangkan ajaran Buddha dikenal dengan Dharmasentris, kebenaran Dharma berupa hukum Trilaksana, hukum kesunyataan, hukum Pratityasamutpada, dan hukum Karma. Semua Dharma dibabarkan untuk mengobati penyakit hati, Dharma bersumber dari kebenaran hati, pergunakan Dharma untuk melepaskan Dharma.

Tatkala kita membaca khotbah-khotbah Sang Buddha, akan terkesan oleh semangat rasionalitasNya. Jalan etika Sang Buddha yang pertama ialah pandangan atau pengertian benar, suatu pandangan yang rasional. Beliau berusaha menyingkirkan segala perangkap yang merintangi pandangan/penglihatan manusia terhadap dirinya serta nasibnya.

Kelembutan, ketenangan, belas kasih, dengan pembebasan dari kemelekatan dan ke-akuan, inilah ajaran dasar dari agama besar dari Timur, yaitu agama Buddha.

Kebijaksanaan Buddha lebih dalam daripada kaum idealis moderen, menghalau kegelapan dari bayang-bayang suatu eksistensi yang kekal dengan suatu penjelajahan metafisik yang sangat menarik perhatian para siswa filsafat.

Ajaran Sang Buddha dikenal sebagai Ehi-Passiko, mengundang untuk datang dan membuktikan, bukannya datang dan percaya.

Aturan kemoralan dan ajaran kebijaksanaan dari Sang Buddha adalah yang paling sempurna yang pernah dikenal oleh dunia.

Para misionaris Buddhis tidak pernah berlomba untuk mendapatkan pengikut baru. Saat membabarkan Dharma tidak menggunakan berbagai tekanan, bujukan, penipuan, penyesatan, untuk mendapatkan pengikut baru.

Hyang Buddha digelari sebagai juru selamat dunia, karena telah menemukan dan menunjukkan Jalan menuju Pembebasan Nibbana. Tapi diri kita sendirilah yang harus menapaki Sang Jalan itu.

Ketenangan batin dan cinta kasih kepada semua makhluk sangat ditekankan oleh Sang Buddha. Ia tidak berbicara tentang dosa, tapi hanyalah tentang ketidaktahuan dan kebodohan yang dapat dilenyapkan dengan pencerahan dan simpati.

Setiap makhluk terkurung oleh kesadarannya dan dicengkeram oleh karmanya masing-masing. Sesungguhnya semua penderitaan manusia bukan berasal dari luar melainnya dari diri sendiri. Dunia hanyalah sekedar dunia bukan baik bukan pula tidak baik. Orang bodoh dipermainkan dunia, orang lemah terjungkal oleh dunia, orang sadar memanfaatkan dunia, orang kuat merubah dunia, orang bijak melampaui dunia. Ajaran Buddha dikenal dengan metode hadapi tantangan dunia, terimalah kemajuan dunia, selesaikan urusan dunia, dan lepaskan fatamorgana dunia.

Dalam ajaran Buddha, manusia bukan diciptakan oleh pengaruh dari kekuasaan mutlak “Makhluk Superior” melainkan dibentuk oleh pengaruh kesadaran dan kekuatan karmanya sendiri. Manusia saat sekarang terbentuk adalah merupakan hasil dari berjuta-juta pengulangan pikiran dan perbuatan. Ia bukanlah barang yang sudah jadi; ia melewati satu kondisi kehidupan lain dan menciptakan kondisi baru untuk kehidupan yang lain lagi, dan hal ini masih akan terus berlangsung. Karakternya ditentukan oleh pilihannya sendiri, pikirannya, perbuatannya yang ia pilih, yakni oleh kebiasaan, ia terbentuk.

Sang Buddha adalah mirip seorang dokter. Sama halnya seperti seorang dokter yang harus mengetahui diagnosa dari berbagai jenis penyakit, sebab-sebabnya, obatnya dan penyembuhannya, serta harus mampu mengaplikasikannya; demikian pula halnya Sang Buddha telah mengajarkan Empat Kesunyataan Mulia yang menunjukkan derita, sumbernya, akhir derita, serta jalan menuju akhir derita.

Sang Buddha tidak hanya telah menyadari realitas yang terakhir: Beliau juga membabarkan pengetahuanNya yang lebih tinggi, yang merupakan ajaran terunggul, kepada semua dewa dan manusia secara amat jelas dan bebas dari segala tabir mitologi dan selaput misteri. Akan tetapi, disini diberikan suatu bentuk yang begitu meyakinkan bahwa Ia mewujudkan dirinya sebagai hal yang nyata dan positif dari pembuktian-sendiri bagi orang yang mampu mengikutiNya. Karena alasan ini Sang Buddha tidak menuntut berbagai kepercayaan, tetapi menjanjikan pengetahuan.

Sang Buddha bukanlah merupakan milik umat Buddha saja. Beliau adalah milik semua umat manusia bahkan semua makhluk. AjaranNya adalah umum untuk kebaikan semua makhluk. Setiap agama yang muncul sesudah masa Sang Buddha, telah meminjam banyak ide-ide bijak dari Beliau.

Untuk pertama kalinya dalam sejarah umat manusia Sang Buddha menasehati, meminta, dan memohon kepada manusia agar tidak menyakiti suatu makhluk hidup, tidak memberikan pemujaan atau pujian atau kurban kepada para dewa. Dengan segala kefasihannya dalam memberikan nasihat, Yang Maha Agung mengumumkan dengan tegas bahwasanya para dewa sendiri juga amat butuh keselamatan.

Sang Buddha tidak murka kepada dunia ini. Beliau memandang dunia ini sebagai sesuatu yang tidak memuaskan dan bersifat sementara, bukannya dianggap sebagai sesuatu yang kejam atau buruk; adalah suatu ketidaktahuan/kebodohan, bukannya sebagai suatu pemberontakan. Beliau tidak sedikit pun terusik terhadap orang-orang yang tidak mau mendengarkan kepadaNya, serta tidak menunjukkan kegelisahan dan sifat yang lekas marah.

Di dunia yang penuh badai dan pertengkaran, kebencian dan kekerasan, pesan dan ajaran Sang Buddha bersinar laksana sang mentari nan cemerlang pelenyap kegelapan dan kekacauan.

Tidak begitu mengherankan bahwasannya para ilmuwan, filsuf, dan para sastrawan telah memproklamasikan Sang Buddha sebagai manusia sempurna dan terbesar yang pernah lahir. Cahaya dari guru besar ini menembus dunia yang penuh derita dan kegelapan.

Banyak penyebar ajaran lain yang mengejar kuantitas umatnya untuk meyakini agama yang dianutnya tapi mengabaikan kualitas mentalitas, moralitas dan spiritualitas umatnya sehingga sikap dan perilaku umatnya banyak yang negatif merusak citra dan reputasi agamanya sendiri. Sedangkan Sang Buddha datang ke dunia bukan untuk mencari dan mengumpulkan umatnya sebanyak mungkin, melainkan hanya mengajarkan realita dan kebenaran kepada yang makhluk yang tepat dan berjodoh, hanya mengembangkan kualitas bukan mengejar kuantitas.

Kegalauan belum dikendalikan, pikiran belum terkonsentrasi, karakter jelek belum dilenyapkan, maka sulit memohon Buddha menampakkan dirinya. Hanya batin tenang dan pikiran cerah saja yang dapat menampakkan keBuddhaannya sendiri.

Tujuan  agama  Buddha  adalah  untuk  membangunkan  dan menyadarkan umat manusia ke tahap pencapaian kebahagiaan yang tertinggi dan ini hanya dapat dicapai sekiranya terdapat satu pemahaman yang jelas tentang kehidupan dan alam lainnya. Tujuan agama Buddha bukanlah untuk mewujudkan alam khayalan, memenuhi keperluan emosi seseorang ataupun melibatkan diri dalam kepuasan duniawi yang tidak menentu. Agama Buddha juga tidak menjanjikan suatu alam kepuasan duniawi yang berkekalan di mana-mana, karena surga sejati sesungguhnya ada di hati, surga sementara ada di alam dewa dan surga kedamaian hakiki ada di  Nirvana (padamnya nafsu).

Untuk pertama kali dalam sejarah dunia ini, Sang Buddha memproklamasikan suatu keselamatan, yang dapat dicapai oleh setiap orang untuk dirinya sendiri dan oleh dirinya sendiri di dunia ini dalam kehidupan sekarang ini, tanpa pertolongan sedikit pun dari suatu “Tuhan yang Berpribadi” (Personal God) ataupun dari para dewa. Sang Buddha sangat menekankan ajaran tentang kemampuan diri sendiri, tentang penyucian, tentang kemoralan, tentang pencerahan, tentang kedamaian dan cinta kasih yang universal. Beliau amat menekankan tentang perlunya pengetahuan, karena tanpa kebijaksanaan, pemahaman terhadap batin tidak akan diperoleh dalam kehidupan ini.

Bukanlah Sang Buddha yang membebaskan manusia, akan tetapi Beliau mengajarkan mereka untuk membebaskan diri mereka sendiri, sama seperti Beliau telah membebaskan diriNya sendiri. Mereka menerima ajaran Beliau tentang kebenaran, bukan karena hal itu berasal dariNya, tetapi karena keyakinan pribadi, yang dibangkitkan oleh kata-kataNya, yang timbul dari cahaya semangat mereka sendiri.

Berbahagialah para makhluk yang memiliki jodoh dan keyakinan kepada Hyang Buddha, karena mereka akan  menyadari  jiwa Buddhanya sendiri, berjuang untuk mengembangkan potensi dan menyempurnakan paramita mencapai keBuddhaannya dan suatau saat ia akan mendapatkan ramalan dan inisiasi kelak  bakal  jadi Buddha. Apabila ada umat manusia dalam kehidupan sekarang ini, mempunyai keyakinan dan menyatakan berlindung kepada Sang Triratna (Buddha, Dharma dan Sangha) maka ia senantiasa akan dilindungi dan dibimbing oleh Sang Triratna. Apabila umat tersebut sepanjang hayatnya membina diri tapi masih belum juga mampu mengatasi untuk keluar dari siklus Tumimbal Lahir, maka kelak ia akan memiliki jodoh yang kuat dan akan dibimbing khusus untuk keluar dari penjara kelahiran dan kematian oleh Buddha yang akan datang, yaitu Maitreya Buddha pada saat penyelamatan pertama dari Pasamuan AgungNya.

Para Buddha berjuang keras untuk meyakinkan kita tentang memiliki harta Kebuddhaan, mampu menjadi putra-putra Buddha, potensi inheren meraih Kebuddhaan, dan semuanya akan mendapatkan warisan Kebuddhaan.

Penutup
Tulisan artikel ini yang mengangkat tema “Keunikan dan Keunggulan Agama Buddha” kiranya baru sekelumit saja yang bisa dikupas dan diangkat ke permukaan, masih banyak lagi kelebihan dan keunggulan agama Buddha yang belum bisa diungkapkan semua karena keterbatasan penulis dan media. Untuk mengetahui lebih lanjut, silakan pelajari dan buktikan kebenaran agama Buddha di dalam kitab suci Maha Tripitaka.

Daftar pustaka:
1.    Kitab Suci Thervada dan Mahayana.
2.    Buku Agama  Buddha di  Mata Para  Intelektual  Dunia  ( Buddhism  in  the  Eyes  of  Intellectuals )  oleh Ven. K. Sri Dhammananda.
3.    Kajian Tematis Agama Kristen dan Agama Buddha.
4.    KENAPA MEMILIH AGAMA BUDDHA, oleh Ven  Dr. K. Sri Dhammananda