Shuranggama Sutra 楞嚴經

(sambungan dari edisi sebelumnya)

Elemen angin
‘Ananda, elemen angin tidak memiliki bentuk dan bisa bergerak atau diam. Sewaktu anda mengikuti suatu pertemuan dan mengatur jubahmu, tepi jubah itu (kadang-kadang) menyapu temanmu yang berada di sampingmu, dan mengganggu udara di sekitarnya yang mengipas mukanya. Apakah angin ini berasal dari tepi jubahmu, atau dari kehampaan ataukah itu berasal dari muka orang tersebut?’

‘Ananda, jika itu berasal dari tepi jubahmu, seharusnya yang terakhir haruslah meninggalkan tubuhmu (untuk menyapu muka orang tersebut). Sewaktu saya memberikan khotbah Dharma di sini, tepi jubah saya tidaklah bergerak; di manakah anda bisa menjumpai angin di dalamnya? Ia tidak memiliki tempat persembunyian di mana angin itu bias disampai.’

‘Jika angin itu berasal dari kehampaan, mengapa ia tidak mengipas (orang) sewaktu jubahmu dalam keadaan diam? (Lebih lanjut lagi), kehampaan itu permanen dan juga angin tersebut, jadi tanpa adanya angin tidaklah mungkin dijumpai kehampaan. Anda bisa merasakan apabila angin tersebut berhenti berhembus, tetapi indikasi apakah yang ada bila kehampaan itu lenyap? Jika kehampaan itu bisa diciptakan dan dilenyapkan, itu (sebenarnya) tidak bisa menjadi kehampaan, dan jika benar, bagaimana itu bisa menghasilkan angin?’

‘Jika angin itu berasal dari muka tetangga sebelahmu, itu seharusnya ikut mengipas dirimu juga; jadi mengapa sewaktu jubahmu mengipasnya, berbalik mengipasmu?’

‘Perhatikan semuanya ini baik-baik. Jubah yang anda atur adalah anda, muka yang dikipas adalah bhikkhu yang lain dan kehampaan sebagai ketenangan dan tidak bergerak; jadi di mana angin itu berasal?

Angin dan kehampaan itu berbeda dan tidak bisa bercampur dan bergabung, sementara angin itu tidak bisa muncul tanpa adanya penyebab. Anda tidak menyadari bahwa dalam kepustakaan Tathagata, angin dan (lawannya) kehampaan berasal dari inti alamiah dan identik satu sama lain, dan bahwa elemen angin itu secara mendasar murni dan suci, mencakup seluruh alam Dharma, dan timbul karena pikiran makhluk hidup yang bisa mengetahui dan membedakan (di antara benda-benda). Jika, Ananda, anda menggerakkan jubah anda, angin kecil akan timbul. Dan jika pergerakan yang sama dilakukan di alam Dharma, akan dijumpai angin di seluruh dunia menurut hukum karma dan bukan hanya di tempat yang dan arah yang ditentukan. Akibat ketidaktahuanlah sehingga menganggap elemen angin ini sebagai sebab, akibat dan “aku” karena kesadaran mereka membedakan dan memisahkan tanpa menyadari bahwa bahasa yang mereka pergunakan tidak mengandung makna sebenarnya.’

Elemen ruang
‘Ananda, ruang tidak memiliki bentuk dan dibedakan hanya bila menempati tempat. Kota Sravasti letaknya jauh dari sungai, penduduk dari berbagai kasta, seperti Ksatria, Brahmana, Waisya, Sudra, Bhadra dan Kandala, yang tinggal dan menetap di sana, menggali sumur untuk mencari air. Setiap satu kaki dari tanah digantikan oleh satu kaki ruang, dan sepuluh kaki tanah oleh sepuluh kaki ruang, sehingga kedangkalan atau kedalaman air setiap sumur berhubungan erat dengan sejumlah tanah yang diangkat. Apakah ruang ini berasal dari tanah, dari galian atau dari dirinya sendiri?’

‘Ananda, jika ruang timbul sendiri, mengapa sebelum penggalian, ianya tidak terhalang oleh tanah? Mengapa hanya dijumpai tanah tanpa ruang terlihat di dalamnya?’

‘Jika ruang berasal dari tanah, seharusnya ia terlihat memasuki tanah sewaktu tanah itu digali. Jika hanya tanah tersebut yang disingkirkan tanpa udara tersebut mengisi sumur tersebut, bagaimana ruang itu bias berasal dari tanah? Jika (tanah) tidak digali dan (ruang) tidak mengisi lobang tersebut, kedua-duanya ruang dan tanah seharusnya sama; jadi mengapa ruang itu digali keluar bersama dengan tanah?’

‘Jika ruang berasal dari galian, sewaktu yang sebelumnya dihasilkan oleh yang terakhir, tidak akan ada tanah yang disingkirkan. Jika ruang bukan berasal dari galian, jadi mengapa sewaktu tanah itu digali tampak ruang?’

‘Pikirkan semua ini dan perhatikan bahwa ruang timbul sewaktu seseorang menggunakan tangannya untuk menggali sumur. Oleh karena menggali dan ruang bukan berasal dari kategori yang sama serta tidak dapat bercampur dan bergabung. Sangatlah bodoh bila mengganggap bahwa ruang itu timbul sendiri tanpa adanya suatu penyebab. Jika ruang melingkupi secara sempurna dan intinya tidak bergerak, seharusnya anda mengetahui bahwa ruang dan elemen tanah, air, api dan udara – semuanya dikenal sebagai lima elemen, bercampur secara alamiah dan tidak diciptakan dan tanpa akhir dalam kepustakaan Tathagata’.

‘Ananda, oleh karena pikiranmu masih dalam keadaan khayalan, dan tidak menyadari (identitas) sebenarnya dari empat elemen dalam kepustakaan Tathagata, seharusnya anda memahami ruang tersebut dan mengamatinya apakah ruang itu datang dan pergi, atau tidak datang dan tidak pergi. Anda tidak mengetahui bahwa dalam kepustakaan Tathagata, Bodhi dan (lawannya) kehampaan timbul dari diri alamiah dan identik satu sama lain, karena elemen ruang pada dasarnya murni dan suci, mencakup semuanya dan timbul oleh karena pikiran makhluk hidup yang bisa mengetahui dan membedakan (benda-benda). [The ten quarters], Ananda, adalah seperti halnya kaleng kosong yang diisi dengan ruang menurut hukum karma, dan tidak memiliki tempat dan arah tersendiri. Akibat ketidaktahuanlah sehingga menganggapnya sebagai sebab, akibat dan “aku” karena kesadaran mereka membedakan dan memisahkan tanpa menyadari bahwa bahasa yang mereka pergunakan tidak mengandung makna sebenarnya’.

Elemen persepsi
‘Persepsi tidaklah mengetahui segala sesuatu melalui dirinya sendiri, dan bermanifestasi melalui bentuk dan kehampaan. Seperti halnya sekarang anda berada di taman Jetavana, anda melihat terang pada pagi hari dan gelap pada sore hari. Pada malam hari, terang akan dijumpai apabila bulan bersinar dan gelap apabila bulan tidak bersinar. Terang dan gelap ini dibedakan oleh penglihatan, (tetapi) apakah penglihatan tentang terang, gelap, dan kehampaan ini berasal dari alamiah yang sama atau tidak? Apakah sama atau berbeda satu sama lainnya?’

‘Ananda, jika penglihatan tentang terang, gelap atau kehampaan ini berasal dari alamiah yang sama, (kita akan dapat) bahwa sewaktu terang dan gelap bergantian, dan sewaktu timbul yang satu yang lain lenyap, maka jika penglihatan itu melihat kegelapan, ia seharusnya lenyap apabila dijumpai terang dan sebaliknya. Apabila penglihatan lenyap dalam kedua kasus di atas, mengapa terang dan gelap masih terlihat? Apabila mereka berbeda, ini artinya bahwa penglihatan itu tidak bisa diciptakan dan dilenyapkan : jika demikian, bagaimana mungkin penglihatan itu sama alamiahnya seperti terang dan gelap?’

‘Jika penglihatan itu tidak sama alamiahnya dengan terang dan gelap, coba pikirkan jawabannya apabila bagaimana rupa penglihatan ini apabila terpisah dari keadaan terang, gelap dan kehampaan, dan tanpa mampu melihat seperti rambut dari seekor kura-kura dan tanduk dari seekor kelinci’.

‘Jika terang, gelap dan kehampaan berbeda, di manakah letak penglihatan tersebut? Oleh karena terang dan gelap adalah dua keadaan yang bertolak belakang, bagaimana mungkin penglihatan itu seimbang dengan mereka? Jika tidak adanya penglihatan tanpa adanya keadaan terang, gelap dan kehampaan, bagaimana ia bisa membedakannya?’

‘Jika anda mencoba untuk memisahkan kehampaan dari penglihatan, kamu tidak akan mendapatkan batasann; jika demikian, mengapa mereka bukan benda yang sama? Sewaktu anda melihat terang dan gelap, penglihatanmu tidaklah berubah; jadi mengapa ia tidak bias dibedakan dari mereka?’

‘Jika anda amati dengan baik-baik tentang ini semua dan memeriksanya berulang-ulang, anda akan mendapatkan bahwa terang timbul dari sinar matahari, gelap timbul apabila tidak adanya bulan bersinar pada malam hari, kejelasan dari angkasa luar dan hambatan dari bumi; jadi dari manakah asal dari inti penglihatan? Oleh karena penglihatan dapat membedakan sedangkan kehampaan tidak, mereka tidak dapat bercampur dan bergabung. Dan kita tidak bisa mengatakan bahwa inti dari penglihatan itu tidak berasal dari suatu sumber apapun’.

‘Seharusnya anda mengetahui bahwa persepsi penglihatan dan pendengaran itu semuanya menyebar dan secara mendasar tidak berubah, dan tidak terbatas di angkasa yang tidak bergerak, seperti halnya pergerakan dari elemen-elemen (penyerta seperti) tanah, air, api dan angin – kesemuanya disebut sebagai enam elemen, bercampur secara alamiah dan merupakan dasar dari yang tidak tercipta dan tidak berakhir dari kepustakaan Tahtagata’.

‘Anda tergila-gila oleh alam dan tidak mengerti bahwa penglihatan, pendengaran, perasaan dan pengetahuan secara mendasar berasal dari kepustakaan Tathagata. Anda seharusnya memeriksa secara teliti dan melihat apakah mereka berhubungan dengan kelahiran dan kematian, jika mereka merupakan satu atau banyak, jika mereka berkaitan bukan dengan kelahiran maupun kematian dan jika mereka bukanlah satu ataupun banyak’.

‘Anda tidak mengetahui bahwa di dalam kepustakaan Tathagata, penglihatan alamiah diri sendiri pada dasarnya adalah persepsi penerangan yang suci dan murni, mencakup semua alam Dharma dan muncul karena pikiran dari makhluk hidup mengenal dan membedakan (antara benda-benda). Seperti halnya penglihatan yang menyebar ke seluruh alam Dharma, pendengaran, penciuman, pengecapan, dan perabaan seperti halnya aktivitas dari tubuh dan pikiran memiliki sifat yang menakjubkan yang bersifat universal dan murni, maka tidak berada di suatu tempat atau arah yang tertentu. Mereka muncul berdasarkan hukum karma, tetapi mereka yang mengabaikan keduniawian berpikir salah bahwa mereka itu adalah sebab, akibat dan akibat dari diri.yang demikian. Oleh karena kesadaran mereka membedakan dan mendiskriminasi dan tidak mengetahui bahwa bahasa mereka tidaklah memiliki arti sebenarnya’.1
________________________________
1 Hal ini menunjukkan bahwa elemen Persepsi pada dasarnya meliputi alam Dharma. Hal ini merupakan salah satu ciri dari tiga alaya (pembuktian diri, persepsi, dan bentuk) dan inilah yang disebut sebagai inti penglihatan. Hal ini merupakan yang tidak diketahui yang pada dasarnya merupakan kebijaksanaan yang murni suci, yang sempurna dan berada semua pertentangan dan kerelatifan. Di bawah delusi, hal ini menjadi penglihatan salah dan terpaku dengan objek-objek ilusi, seperti bentuk dan kehampaan. Oleh karena hal ini secara mendasar bersifat sempurna, Sang Buddha menggunakan terang, gelap dan kehampaan dan konsep (keduniawian) tentang kesatuan dalam perbedaan untuk mengungkapkannya.

Elemen kesadaran
‘Ananda, kesadaran tidak memiliki sumber, dan merupakan (ilusi) yang timbul dari enam organ-organ data dan organ-organ indera. Pahamilah penyatuan suci ini dan berputarlah untuk menyaksikan kehadirannya; matamu seperti halnya sebuah cermin yang tidak dapat melihat adanya perbedaan sewaktu kesadaranmu sebaliknya melihat kehadiran Manjusri, Purnamaitrayaniputra, Maudgalyayana, Subhuti, Sariputra (dan lain-lain). Apakah kesadaran ini berasal dari persepsi, bentuk atau kehampaan, ataukah itu (timbul) secara tiba-tiba tanpa adanya suatu sebab?’

‘Ananda, jika kesadaranmu timbul dari penglihatan (persepsi)mu, maka jika dalam keadaan tanpa adanya terang, gelap, bentuk dan kehampaan, maka tidak akan ditemukan penglihatan tersebut, dan sewaktu tidak ditemukan persepsi, bagaimana ia dapat menciptakan kesadaran?’

‘Jika kesadaranmu timbul dari bentuk – yakni bukan dari persepsi, maka, sewaktu terang dan gelap tidak tampak, maka tidak akan ditemukan bentuk ataupun kehampaan; jadi bagaimana bisa bentuk yang tidak nyata bisa menciptakan kesadaran?’

‘Jika kesadaran itu timbul dari kehampaan – yakni bukan dari bentuk maupun persepsi, tanpa adanya persepsi mengartikan juga bahwa pemahaman yang menyatakan secara tidak langsung tentang sifat bukan persepsi dari terang, gelap, bentuk dan kehampaan; dan tanpa adanya bentuk merupakan akhir dari semua sebab-sebab luar; jadi, bagaimana bisa penglihatan, pendengaran, perasaan dan pengetahuan itu timbul? Maka tanpa bentuk dan persepsi, kesadaran yang timbul dari kehampaan sama sekali tidak timbul. (Sebaliknya), jika hal ini timbul tanpa adanya objek, apa yang bisa dilihat?’

‘Jika kesadaran itu secara tiba-tiba timbul tanpa adanya suatu sebab, mengapa ia tidak dapat melihat bulan pada waktu siang hari?’ ‘Sekarang perhatikan secara baik-baik tentang semuanya ini; penglihatan (persepsi)mu bergantung pada pupil dari matamu yang kontak dengan objek-objek luar yang mana “ada” jika ada bentuk dan “tidak” jika tidak ada bentuk. Kesadaran timbul dari empat sebab (yakni penglihatan, mata, bentuk dan kehampaan), tetapi yang mana dari kesemuanya itu yang menciptakan kesadaran? Oleh karena kesadaran selalu bergerak (untuk membedakan) sedangkan persepsi tetap (oleh karena it tidak membedakan), mereka tidak dapat bersatu dan bercampur satu sama lain. Pendengaran, persaan, pengetahuanmu memiliki kategori yang sama (seperti penglihatanmu), tetapi kesadaranmu seharusnya masih memiliki suatu sumber.’
‘Jika kesadaran timbul tanpa suatu apapun, seharusnya anda mengetahui bahwa persepsi (sebagai alat dari) penglihatan, pendengaran, perasaan, dan pengetahuan menyebar ke mana-mana dan timbul bukan dari suatu sumber apapun. Tambahan lagi, dengan ruang angkasa, tanah, api dan udara, mereka disebut sebagai tujuh elemen, yang pada dasarnya mereka nyata dan bercampur (secara bebas), menjadi kepustakaan Tathagata yang tidak diciptakan dan tanpa akhir.’

‘Ananda, oleh karena pikiranmu belum masih terganggu, anda tidak menyadari bahwa penglihatan dan pendengaran yang menimbulkan kesadaran, pada dasarnya berasal dari kepustakaan Tathagata. Seharusnya anda memahami kesadaran di dalam Enam Jalan Masuk dan melihat apakah mereka sama ataukah berbeda, nyata atau tidak, bukan sama ataupun berbeda, dan bukan nyata ataupun tidak. Oleh karena anda tidak menyadari bahwa dalam kepustakaan Tathagata kesadaran alamiah diri ini adalah penerangan dasar dari Bodhi yang melingkupi dan menyebar ke seluruh alam Dharma, adalah tidak untuk (ditemukan) di suatu tempat atau arah tertentu dan timbul berdasarkan hukum karma. Mereka yang mengabaikan keduniawian berpikir salah bahwa hal ini merupakan sebab, akibat dan berhubungan dengan diri yang demikian, menurut cara di mana kesadaran mereka membedakan dan mendiskriminasi sementara mereka tidak mengetahui bahwa bahasa yang mereka pergunakan itu tidak memiliki arti sebenarnya.’1

PEMAHAMAN ANANDA DIUNGKAPKAN DALAM GATHA-NYA
Setelah mendengar arahan Sang Buddha yang mendalam, Ananda dan anggota Sangha lainnya menyadari bahwa tubuh dan pikiran mereka sekarang telah bebas dari segala hambatan. Masing-masing mereka mengerti bahwa pikiran diri mereka menyebar ke sepuluh penjuru angkasa yang mereka perhatikan dengan jelas seperti halnya sehelai daun yang dipegang di tangan mereka, dan bahwa semua benda adalah Pikiran Bodhi yang sempurna dan menakjubkan. Sewaktu inti Pikirannya melingkupi semua dan mengandung sepuluh penjuru tersebut, dia melihat ke belakang tubuhnya sendiri yang diberikan oleh orang tuanya, yang seperti sekumpulan kecil debu dalam kehampaan yang luas, kadang-kadang kelihatan dan kadang-kadang tidak, dan seperti gelembung udara yang timbul dan lenyap tanpa daya di laut luas tanpa batas. Setelah memahami tentang semuanya ini dengan jelas, mereka semuanya menyadari bahwa pikiran (diri) yang mendasar, mendalam, tetap dan tidak dapat dihancurkan, dan mengatupkan telapak tangan mereka untuk menghormati Sang Buddha dan (berterima kasih kepada-Nya) karena (menjelaskan kepada mereka) apa yang mereka belum pelajari sebelumnya.

Setelah itu, Ananda memuja Sang Buddha dengan gatha berikut:
‘Oh Tuhan yang tenang, berkuasa² dan tidak berubah, Pengetahuan Surangama-Mu yang sempurna dan luar biasa, Yang membantu kami untuk membasmi pikiran salah yang telah dipercayai selama beribu-ribu tahun Dan mengajarkan kepada kami bagaiman untuk menyadari tentang Dharmakaya dalam sekejap Sekarang saya akan memenangkan buah dan memperoleh penerangan.
______________________
1Sampai di sini, Sang Buddha mengajarkan tentang bagaimana untuk mengembalikan semua kesalahan menjadi Kenyataan untuk mengungkapkan tentang kepustakaan Tathagata alamiah dan sempurna yang tidak diciptakan dan tanpa akhir.
² ‘Yang berkuasa’ adalah bijaksana dipakai di sini untuk kata Sanskerta ‘Dharani’ yang berarti ‘kuasa tanpa batas atas kebaikan dan keburukan’.

Untuk monolong makhluk hidup yang tak berhingga seperti pasir di sungai Gangga.
Untuk alam Buddha tanpa batas, saya menyerahkan pikiran mendalam ini
Untuk membayar hutang saya sebagai puji syukur saya atas kebaikan Tuhan.
Dengan hormat sekarang saya memohon dengan sangat kepada Yang Maha Agung untuk mengesahkan
Sumpah saya untuk memasuki kembali lima alam1 keruh di mana
Jika seorang gagal untuk menjadi Buddha,
Saya akan (segera) meninggalkan hak saya di Nirvana.
O Pahlawan Maha Besar, Yang Berkuasa, Yang Berbelas Kasih Tanpa Batas,
Mohon juga agar dihapuskan delusi akhir saya yang tersembunyi
Sehingga saya segera memperoleh Bodhi yang Sempurna,
Duduk di bodhimandala² di manapun.
Kehampaan akan berakhir,
Tetapi pikiran teguh saya tidak akan ingkari.’³
_______________________________
1Lihat halaman … untuk penjelasan lebih lengkap tentang lima kalpa kekeruhan.
²Duduk di bodhimandala berarti memutar Roda Dharma untuk menyelamatkan makhluk hidup. Bodhimandala adalah suatu tempat suci di mana Dharma diajarkan kepada makhluk hidup agar mencapai penerangan.
³Baris pertama memuja Dharmakaya Sang Buddha yang suci dan murni, dan dengan tenang memenuhi semua fenomena, maka disebut dengan tenang. Inti tubuh ini merupakan elemen dari semua dharma dan memiliki tiga nilai inti : keabadian, kebijaksanaan dan kebebasan yang sangat besar (memegang kendali penuh terhadap kebaikan dan keburukan), maka disebut dengan dominan. Hal ini bersifat universal dan tidak berubah, sehingga disebut dengan yang tidak tergoyahkan.
Ananda biasanya tergantung pada tiga puluh dua tanda-tanda fisik sempurna Sang Buddha yang menyebabkannya bergabung dalam Sangha tanpa mengetahui bahwa Sang Buddha yang dilihatnya sebenarnya tidak nyata; maka dari itu, pikirannya disamakan dengan kesalahan. Setelah mendengar ajaran Sang Buddha, dia sadar akan pikiran benarnya dan mampu untuk memahami Dharmakaya Sang Buddha; maka dia memuja Sang Buddha.
Baris kedua menunjukkan kesadaran Ananda terhadap samadhi Surangama yang mengungkapkan Pikiran Tunggal; maka dia memuja Dharma.
Baris kelima, keenam, ketujuh dan kedelapan menunjukkan bahwa Ananda sekarang telah mengembangkan pikiran Mahayana yang mendalam, mencari penerangan diri sendiri untuk kesejahteraan makhluk hidup, yang hanya merupakan salah satu caranya untuk membalas hutangnya yang besar terhadap kebaikan dari Sang Buddha.
Baris kesembilan, kesepuluh, kesebelas, dan kedua belas menunjukkan bahwa Ananda sekarang telah mengangkat sumpah Bodhisattva untuk membantu semua makhluk hidup tanpa kecuali.
Dua baris terakhir menunjukkan keputusannya tentang pekerjaannya sebagai Bodhisattva, sekarang bahwa dia telah sadar tentang kuasa dari Surangama samadhi yang diajarkan oleh Sang Buddha.
Sampai saat ini, Sang Buddha telah mengajarkan samatha atau pelajaran perenungan tentang segala sesuatu sebagai kehampaan (yakni nomena di dalam kepustakaan Tathagata). Pada bab berikutnya, Beliau akan mengajarkan samapatti atau pelajaran perenungan tentang sebagal sesuatu sebagai ketidakbenaran (yakni fenomena dalam kepustakaan Tathagata).

Bagian II: Fenomena dalam Kepustakaan Tathagata
PERENUNGAN TENTANG SEGALA SESUATU SEBAGAI KETIDAK-BENARAN (SAMAPATTI)

PIKIRAN TUNGGAL MENJADI SUMBER BAIK

DELUSI MAUPUN PENERANGAN
PURNAMAITRAYANIPUTRA, yang berada dalam kumpulan anggota Sangha tersebut, bangkit dari tempat duduknya, menyingkapkan bahu kanannya, bersujud dengan lutut kanannya, dengan hormat menyatukan kedua telapak tangannya dan berkata kepada Sang Buddha: ‘O, Yang Maha Besar dan Yang Termulia, anda telah mengungkapkan pengertian mendalam Tathagata dengan baik kepada semua makhluk hidup. Sang Buddha selalu menyatakan bahwa saya telah melampaui semua manusia di dalam ajaran Dharma, tetapi setelah sekarang saya mendengar suara Dharma-Nya yang berirama dan mendalam, saya seperti seorang tuli (yang berusaha untuk) mendengar suara lalat dan nyamuk yang berada ratusan kaki jauhnya; dia yang tak mampu untuk melihat, masih dapat mendengarkannya. Selain apa yang telah Sang Buddha ajarkan untuk melenyapkan delusi kami, saya gagal untuk mengerti pengertian utamanya yang kesemuanya di luar kemampuan saya. Yang Termulia, (sangatlah beralasan bahwa) mereka yang seperti Ananda yang hanya membuka pikiran mereka tetapi tidak menyingkirkan kebiasaan keduniawian mereka, tidak mampu untuk mengerti tentangnya, tetapi walaupun saya (dan yang lainnya di sini) telah mencapai keadaan di luar aliran lahir-mati, kami masih belum begitu jelas tentang Dharma (yang baru saja) diajarkan oleh Sang Tathagata’.

‘Yang Maha Agung, jika semua benda (seperti) organ dan data indera, agregat, jalan masuk dan lapangan indera secara mendasar adalah kepustakaan Tathagata yang suci dan murni, mengapa yang terakhir secara tiba-tiba menciptakan pegunungan, sungai, dunia yang maha besar, dan semua bentuk yang timbul dan tenggelam sebaliknya tanpa ada hentinya?’

‘Sang Tathagata juga telah menguraikan tentang (elemen-elemen) tanah, air, api, dan angin yang secara mendasar bercampur dan menyebar ke seluruh alam Dharma sehingga mereka tetap ada selamanya. Yang Termulia, jika elemen tanah adalah melingkupi semuanya, bagaimana ia dapat mengandung elemen air? Jika yang terakhir merupakan yang menyebar semuanya, maka tidak akan dijumpai api, jadi bagaimana bias seseorang mengerti bahwa kedua elemen ini menyebar di alam semesta tanpa saling menghancurkan satu sama lain? Yang Maha Agung, sifat dasar dari tanah adalah penuh rintangan, sedangkan luar angkasa adalah kebalikannya; bagaimana bisa mereka menyebar ke seluruh alam Dharma? Saya benar-benar tidak mengerti. Maukah Sang Tathagata dengan penuh belas kasihan menerangkan kepada saya dan sehingga menghalau alam delusi saya?’

Setelah berkata hal tersebut, dia bersujud dan dengan tidak sabar menunggu ajaran suci-Nya.

Sang Buddha berkata kepada Purnamaitrayaniputra dan seluruh arahat yang berada dalam kelompok tersebut yang telah mencapai keadaan perpindahan samsara dan berada dalam pelajaran lebih dalam : ‘Tathagata sekarang menguraikan secara terperinci tentang Kebenaran yang tinggi dan sukar dipahami sehingga para pendengar dengan pikiran menetap1 dan arahat yang masih belum menyadari bahwa bukanlah ego ataupun dharma nyata dan siapa yang mencari Kebenaran, akan mengetahui latihan yang sesuai dari keinginan besar dari Mahayana. Dengarlah dengan penuh perhatian apa yang saya uraikan.’

Purnamaitrayaniputra dan kelompok tersebut menunggu dengan tenang suara khotbah Dharma Sang Buddha.

Sang Buddha bertanya : ‘Purnamaitrayaniputra, sekarang anda bertanya mengapa yang mendasar, suci dan murni secara tiba-tiba menciptakan pegunungan, sungai, dan bumi yang besar ini, tetapi apakah anda belum mendengar tentang pernyataan Sang Buddha bahwa Bodhi alamiah (diri sendiri) itu bersifat sempurna dan menerangi dan bahwa bodhi dasar itu menerangi dan sempurna?’²

Purnamaitrayaniputra menjawab: ‘Ya, Yang Maha Agung, saya telah mendengarkannya.’
__________________________
1 Yang pikirannya menetap pada pencapaian penerangan sempurna diri sendiri dan bukan berdasarkan perkembangan Bodhisatva.
² Bodhi alamiah diri sendiri mewakili Hakekat yang pada intinya sempurna (yakni bebas dari semua dualitas) dan maka, senantiasa menerangi. Bodhi Dasar mewakili Fungsi yang senantiasa menerangi, dan maka sempurna (yakni bebas dari semua relativitas dan pertentangan).

Bersambung ke edisi selanjutnya… Sumber: Shuranggama Sutra, Pustaka Pundarika.

Sumber: Shuranggama Sutra, Pustaka Pundarika.