Penemuan 7 Eksoplanet Perkuat Ajaran Buddha Tentang Semesta

Florida, Amerika Serikat – Penemuan 7 eksoplanet oleh beberapa ilmuwan dari Institut Teknologi California yang bekerja untuk Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA), pada Rabu (22/2/2017), memperkuat ajaran Agama Buddha mengenai alam semesta.

Dengan menggunakan teleskop antariksa Spitzer, para ilmuwan menemukan 7 eksoplanet (exoplanet – planet di luar Tata Surya kita) di TRAPPIST-1, sebuah bintang yang berjarak 40 tahun cahaya dari Bumi atau sekitar 44 juta tahun lamanya yang ditempuh dari Bumi dengan kecepatan jelajah pesawat komersial.

Dalam rilis persnya pada Kamis (23/2/2017), NASA mengonfirmasikan tiga di antara 7 planet tersebut berada di dalam zona layak huni, yaitu area di sekitar bintang utama di mana sebuah planet berbatu memiliki air.
Meskipun diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai adanya kehidupan di planet-planet tersebut, penemuan ini membuktikan bahwa ada tata surya lain selain yang kita miliki dan adanya potensi keberadaan kehidupan di luar sana.

Penemuan 7 eksoplanet ini sangat bertolak belakang dengan kepercayaan yang mempercayai bahwa kehidupan hanya ada di Bumi ini dan tidak ada dunia atau tata surya lain selain yang kita tempati. Tetapi tidak bagi Agama Buddha.

Penemuan tersebut sama sekali tidak bertolak belakang dengan ajaran Agama Buddha bahkan justru memperkuat apa yang telah disampaikan oleh Sri Buddha pada 2.560 tahun yang lalu mengenai keberadaan sistem dunia atau tata surya lain.

Dalam berbagai kepustakaan Buddhis menyatakan bahwa tata surya atau disebut sistem dunia (Pali: lokadhātū) di alam semesta memiliki jumlah yang sangat banyak, tidak hanya satu atau dua.

Salah satu petunjuk adanya sistem dunia atau tata surya lain terdapat dalam Abhibhū Sutta atau disebut juga Cūḷanikā Sutta (Kanon Tipitaka Pali: Aṅguttara Nikāya 3.80), saat Sri Buddha menjawab pertanyaan pengiring tetap-Nya, Y.M. Ananda, mengenai seberapa jauh Sri Buddha dapat memperdengarkan suara-Nya.

Sri Buddha menjelaskan bahwa terdapat seribu sistem dunia kecil (Pali: cūḷanikā lokadhātū– tata surya) yang di dalamnya terdapat seribu bulan, seribu matahari, seribu alam seperti Bumi dan jenis-jenis alam kehidupan lainnya yang masing-masing berjumlah seribu.

Lebih lanjut Sri Buddha menyampaikan bahwa sebanyak seribu kelompok dari seribu sistem dunia kecil tersebut disebut kelompok sistem dunia menengah seribu-pangkat-dua. Dan seribu kelompok dari sistem dunia menengah seribu-pangkat-dua disebut kelompok sistem dunia besar seribu-pangkat-tiga.

Dan Sri Buddha dapat memperdengarkan suara-Nya dalam sistem dunia besar seribu-pangkat-tiga tersebut, atau sejauh yang Beliau inginkan (mengindikasikan adanya lebih banyak lagi tata surya yang ada).

“Ananda, selama matahari dan bulan berputar, menerangi segala penjuru dengan cahayanya, selama itulah seribu sistem dunia ada. Dalam seribu sistem dunia tersebut terdapat seribu bulan, seribu matahari, seribu raja pegunungan Sineru, seribu Jambudīpa, seribu Aparagoyāna, seribu Uttarakuru, seribu Pubbavideha, dan seribu empat samudra raya; seribu empat-maha raja, seribu [surga] ¬ Empat Maha Raja Dewa, seribu [surga] Tāvatiṃsa, seribu [surga] Yāma, seribu [surga] Tusita, seribu [surga] para dewa yang bersenang-senang dalam penciptaan, seribu [surga] para dewa yang mengendalikan ciptaan para dewa lain, seribu alam Brahmā. Inilah yang disebut seribu sistem dunia kecil”. – Aṅguttara Nikāya 3.80.

Berdasarkan sutta tersebut jelas dinyatakan bahwa tata surya di alam semesta ini tidak hanya satu atau dua. Dalam perhitungan yang mengacu dalam sutta tersebut, maka dalam kelompok sistem dunia besar seribu-pangkat-tiga, terdapat 1.000.000.000 (satu milyar) sistem dunia atau tata surya.

Hingga kini setidaknya para pakar astronomi baru menemukan sekitar 500 tata surya dalam Galaksi Bima Sakti. Padahal, masih banyak lagi galaksi-galaksi lain yang masih belum terjamah oleh teknologi saat ini.

Meskipun Agama Buddha bukanlah sains modern yang dikenal pada umumnya, namun penemuan 7 eksoplanet tersebut kembali membuktikan adanya kesesuaian antara Agama Buddha dengan sains atau ilmu pengetahuan modern.[Bhagavant, 24/2/17, Sum] Bhagavant.com.