Pesan Waisak BE 2559/2015 – Kembangkan Keluhuran Hati & Kemuliaan Sikap Perilaku Manusia

(Oleh YM Bhiksu Tadisa Paramita Mahasthavira, Ketua Umum Sangha Mahayana Buddhis Internasional)

Setiap Hari Raya Waisak kita kembali mengingat dan memperingati empat peristiwa agung, yaitu: kelahiran Bodhisattva, menjadi Petapa, mencapai Kebuddhaan dan Maha-Parinirvana (mangkat) nya Guru Agung Sakyamuni Buddha, sekaligus semua Buddha yang berada disemua alam. Sejarah perjuangan seseorang mencapai Buddha, membabarkan kebenaran Dharma untuk membimbing dan melindungi semua makhluk selamanya dikenang, dikagumi, dipuja dan dipujikan oleh semua makhluk.  Kasih dan kesempurnaan Buddha sungguh menakjubkan, telah menggetarkan alam semesta, membuka tabir misteri alam semesta beserta isinya. Kemunculan Buddha telah menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi seluruh makhluk untuk memahami kebenaran dan melaksanakan kebajikan agar setiap makhluk mampu melenyapkan kebodohan dan bebas dari penderitaan. Keteladanan Buddha telah menjadi sumber atensi bagi semua makhluk untuk memperbaiki diri dan mengembangkan kualitas kehidupan, agar menjadi bijak, bajik dan harmoni.

Di dalam era millenium ketiga, hampir seluruh penduduk dunia sudah beragama, terlihat begitu banyak orang yang merayakan hari besar keagamaan, berjubah agama dan  mengikuti ritual agama, tetapi kenapa dunia masih saja belum bisa damai dan kondisi alam tidak  menjadi harmoni dengan kehidupan manusia. Coba perhatikan, di banyak tempat terjadi perang saudara, perang antar bangsa, perang antar sekte, suku, agama, ras dan antar golongan (dikenal sebagai SARA). Juga di belahan dunia terjadi banyak aksi kekerasan,  penculikan, penjarahan, pembunuhan, pemerkosaan, maraknya peredaran pornografi, pornoaksi, miras dan narkoba. Begitupula bumi, kondisi alam dan lingkungan sering mendatangkan banyak bencana, telah  menjadi momok yang menakutkan bagi  manusia.  Tentu semua yang terjadi pasti ada sebab tentu ada akibat. Semua yang terjadi karena kebodohan manusia, ulah manusia, berkaitan dengan manusia, akibatnya juga untuk manusia. Perlu diketahui, bahwa di dunia ini realitanya ada hukum tata tertib bagi manusia, yaitu: adanya hukum alam, hukum adat, hukum negara, hukum internasional, hukum karma, hukum akhirat dan hukum kebenaran mutlak. Barang siapa yang tunduk dan patuh kepada hukum-hukum maka dipastikan hidupnya selamat, bahagia dan matinya ke surga; sebaliknya bila melanggar hukum-hukum maka hidupnya tidak selamat, malang dan mati pun masuk ke tiga celaka.  Hukum karma bila diyakini oleh umat manusia maka kejahatan pasti reda, sebaliknya hukum karma diremehkan maka kejahatan merajarela. Slogan Hiri Ottapa, malu berbuat jahat dan takut akibat perbuatan jahat bila tidak diajarkan dan tidak dikumandangkan kesegenap penjuru maka dunia menjadi tidak aman, banyak orang senang berbuat jahat sehingga dunia menjadi rawan dan tidak nyaman untuk dihuni. Utamanya selama pandangan manusia belum diluruskan dan diperbaiki maka bagaimana pula pikiran bisa menjadi benar dan baik? Bilamana pandangan dan pikiran manusia tidak menjadi benar dan baik bagaimana pula ucapan dan perbuatan mereka bisa menjadi benar dan baik? Oleh karena itu, pemimpin agama dan pemimpin bangsa-bangsa harus melihat dan memperhatikan kondisi bangsanya, harus mengajarkan dan mengembangkan moral etika, menegakkan kebenaran, meluruskan pandangan dan menjernihkan pikiran umat dan masyarakat, agar mereka menjadi sadar, arif dan bajik.

Pada hakikatnya setiap agama mengajarkan kebaikan dan keharmonisan. Untuk itu, kehadiran dan keberadaan setiap agama seharusnya membimbing umatnya dan manusia untuk mengembangkan keluhuran hati dan kemuliaan sikap perilaku manusia. Ajaran agama yang baik yang dibutuhkan sekarang ini adalah berupa PENDIDIKAN dalam segala dimensinya untuk membangun kesadaran, kebijaksanaan dan kebajikan manusia, membimbing, melindungi mengembangkan jiwa positif, dan segala potensi yang baik yang dimiliki manusia. Mengajarkan bagaimana manusia untuk memahami makna hidup, mengisi kehidupan dan meraih tujuan hidup manusia yang luhur agar mereka berlomba untuk mengembangkan kebijaksanaan, dan berbuat baik terhadap lingkungan lokal maupun internasional, berjuang untuk mengumpulkan pahala, dan berkarya untuk memberikan manfaat bagi dunia dan alam. Bukan sekedar  beragama yang hanya sibuk dalam ritual dan pemujaan, hanya memohon, berdoa tapi tidak mau memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas diri, juga tidak berkontribusi bagi kemajuan dan perdamaian dunia  Adapun tujuan agama adalah: Melenyapkan segala keserakahan; Memadamkan semua kebencian; Menghentikan segala ketidaktahuan;

Mengembangkan kebajikan dan kebijaksanaan. Sekarang ini, banyak orang yang beragama malah jauh bahkan bersebarangan dengan tujuan agama. Contohnya: Beragama tidak mengembangkan pengertian bisa menjadi manusia penuh ketahayulan dalam beragama; Beragama tidak mengembangkan kesadaran bisa menjadi manusia yang munafik dalam beragama; Beragama tidak mengembangkan kebijaksanaan bisa menjadi  manusia yang fanatik dalam beragama; Beragama tidak mengembangkan kebenaran bisa menjadi manusia yang sesat dalam beragama; Beragama tidak mengembangkan sifat-sifat welas asih bisa menjadi manusia keji berjubah agama; Beragama tidak bisa hidup rukun dengan orang beragama bisa mencoreng agamanya sendiri; Beragama tidak mengembangkan keluhuran hati dan kemuliaan sikap perilaku bisa menodai kemuliaan agamanya; Beragama tidak mengembangkan moral etika bisa menjadi manusia tidak beradab yang berlindung dalam simbol agama; Beragama tidak mengembangkan pencerahan bisa menjadi budak-budak agama; Beragama tidak berjuang untuk pembebasan mutlak bisa selamanya terpenjara oleh doktrin dan ritual agama.

Banyak orang berpikir bahwa agama hanya ditemukan di satu tempat ibadah dan pada seorang guru. Banyak orang memandang agama sebagai sesuatu yang cocok untuk orang tua atau kaum wanita, tetapi tidak cocok untuk anak muda, orang berpendidikan, penguasa atau orang kaya. Bagi mereka, agama hanya dapat ditemukan di dalam sampul kitab-kitab kuno tertentu, namun tidak di antara bunga-bunga yang bermekaran segar di taman. Pemikiran demikian dihasilkan dari peremehan, kemalasan dan pandangan salah mereka terhadap agama.

Setiap ajaran agama yang baik dan benar tentu mengajarkan bagaimana mengembangkan keluhuran hati dan kemuliaan sikap perilaku manusia, baik secara horizontal maupun vertikal. Oleh karena itu, kiranya tidak ada ajaran agama apapun yang mengajarkan dan membenarkan permusuhan,, kedengkian, aksi kekerasan, tindakan anarkis dan aksi teroris dalam bentuk apapun. Baik secara langsung maupun tidak langsung untuk menyakiti, melukai dan membunuh banyak orang. Sesungguhnya setiap ajaran agama mengajarkan bagaimana menata batin manusia untuk peroleh kesejukan hati, ketenangan, kedamaian, dan kemuliaan hati setiap umatnya agar ia bisa hidup saling menghormati, saling mengasihi dan harmonis dengan lingkungannya. Dalam ajaran Buddha, tidak ada nuansa rasa kebencian, kejengkelan atau kemarahan yang beralasan untuk dikembangkan; Ajaran Buddha tidak pernah mencoba untuk membenarkan perang dalam keadaan apa pun. Tidak ada kejengkelan, emosi atau kemarahan di dalam pikiran Hyang Buddha hanya karena sebagian orang tidak menaruh perhatian kepada-Nya atau tidak menghormati-Nya. Di dalam Sutra Intan, Buddha bersabda: ‘Buddhadharma bagaikan sebuah rakit’ dibutuhkan untuk menyeberangi lautan derita, sehingga harus dipraktikan secara efektif dan bijaksana, bukan untuk terjebak dan dilekatkan selamanya; Buddha berkata lagi, bahwa “Buddhadharma saja harus dilepaskan apalagi bukan Buddhadharma.”

Tujuan utama setiap agama adalah untuk mengajarkan kepada orang banyak tentang bagaimana menjalani suatu kehidupan yang terhormat dan tidak membahayakan serta menemukan pembebasan dari penderitaan fisik dan mental. Agama bukan semata-mata subjek studi dan tulisan esai, tetapi merupakan cara perilaku praktis dalam pembinaan diri manusia, secara eksternal dalam hal-hal keduniawian dan secara internal dalam hal-hal yang berhubungan dengan semangat batiniah. Agama harus di alami dari sumber awalnya itu dan benar-benar hidup di dalamnya, melalui semua fase perubahan untuk mencapai spiritualitas dan pertumbuhan batin.

Politik dan agama. Para pemimpin politik jangan pergunakan agama sebagai kendaraan politik untuk mencapai tujuan politik, juga mereka tidak memiliki kewenangan dan pemaksaan untuk memberlakukan hukum-hukum keagamaan. Tugas mereka adalah untuk menegakkan prinsip-prinsip keagamaan yang diperkenalkan oleh guru-guru agama yang tercerahkan untuk memelihara perdamaian dan tata tertib di masyarakat. Prinsip-prinsip keagamaan jangan pernah dilepaskan untuk memuaskan keinginan manusia. Sebaliknya prinsisp-prinsip keagamaan harus ditegakkan untuk perkembangan manusia.

Bagaimana membuktikan kemajuan agama? Kita tidak dapat menunjukkan kemajuan sebuah agama hanya dengan patokan pengukuran kuantitas umatnya, atau banyak mendirikan gedung-gedung besar sebagai tempat untuk ibadah, atau membuat citra yang mengagumkan atau melalui berbagai macam hajatan dan upacara, atau menggelar kegiatan yang semarak dan menarik untuk membuat semakin banyak lagi orang yang memasuki agama. Namun, kita dapat menunjukkan kemajuan sebuah agama berdasarkan tingkah laku para pengikutnya, bagaimana mereka meyakinkan orang melalui kehidupan moral dan kebaikan hati, ketulusan, tanpa kekerasan dan kehidupan yang tidak tercela.

Manusia sejati bertubuh manusia berhati manusia dan menjadi humanis. Tapi sayangnya banyak orang bertubuh manusia, tidak berhati manusia dan tidak humanis. Seseorang yang bertubuh manusia tidak berhati manusia dan tidak humanis bukanlah manusia Kelakuan buruk manusia sekarang telah gagal jadi manusia, kelak sulit terlahir menjadi manusia lagi.

Pikiran manusia bisa menjadi tambang emas bila digunakan untuk kebaikan, sebaliknya pikiran manusia bisa menjadi sampah bila salah digunakan; Fondasi hati yang baik dapat membangun segala kesuksesan, Kebusukan hati manusia mengobarkan kebencian, mencetuskan peperangan dan  meruntuhkan perdamaian; Perilaku kebajikan  mendatangkan keberuntungan, Perilaku kejahatan mendatangkan kemalangan; Keluhuran hati manusia mendatangkan pahala, Keracunan hati manusia mendatangkan malapetaka bagi dirinya dan makhluk lain; Kemuliaan sikap perilaku manusia mendatangkan simpati dan dukungan dari segenap penjuru, Sikap perilaku anarkis manusia mendatangkan celaan dan penolakan dari sepuluh penjuru.

Ajaran Buddha benar-benar agama yang cocok dengan dunia ilmiah modern, juga sangat dibutuhkan untuk mengatasi kekacauan dunia dan alam. Setiap ajarannya penuh realita dan dapat dibuktikan oleh umat manusia. Ajaran Buddha bila dipraktikkan akan membimbing menuju keharmonisan, jauh dari pertentangan, dan diskriminasi. Sedangkan meditasi Buddhis akan membawa praktisi untuk memperoleh ketenangan dan kedamaian bahkan pencerahan. Mengembangkan hati Buddha melalui praktik cinta kasih, belas kasih, simpati dan keseimbangan batin, akan membawa dunia kembali damai dan alampun akan bersahabat bagi kehidupan manusia.

Sepuluh kewajiban umat manusia yang disabdakan Buddha (A.10): Mengabdi kepada orang tua; Mengasuh anak- anak mereka; Melayani pasangan hidupnya; Mengembangkan saling pengertian antara suami dan istri; Memperhatikan kerabat-kerabat; Menghormati orang yang lebih tua; Mengenang orang-orang yang telah meninggal dengan melakukan pelayanan keagamaan; Mengundang para makhluk agung untuk melimpahkan kebahagiaan jasa yang telah dilakukan; Mengatur cara hidup sesuai dengan lingkungan dan menjalani cara  hidup yang baik dan benar.

Demikian artikel “Kembangkan Keluhuran Hati dan Kemuliaan Sikap Perilaku Manusia” dibuat untuk dipahami, dihayati, diamalkan dan disebarkan, agar dapat membangun kesadaran, kebijaksanaan serta kebajikan umat manusia. Selamat merayakan Hari Raya Waisak BE 2559/2015, semoga dengan perlindungan dan bimbingan dari Hyang Triratna (Buddha, Dharma dan Sangha) kita semua mendapatkan keselamatan, pencerahan, kebijaksanaan dan kebahagiaan. Akhir kata semoga semua makhluk berbahagia, svaha. Salam kasih Amituofo.