Praktik Empat Perenungan Untuk Memasuki Arus Kesucian


Oleh: YM Bhiksu Tadisa Paramita Mahasthavira

Praktisi yang ingin menapak jalan Kebuddhaan, mau mencapai kesucian dan pembebasan mutlak harus mulai merenungkan empat hal dibawah ini:

1. 颧身不淨
Merenungkan tubuh tidak murni; Kesejatian diri umat awam masih diselimuti oleh kebodohan dan terbungkus oleh tubuh karma yang disebut rupa karma yang berkondisi; Karma baik kondisi tubuh baik, karma buruk kondisi tubuh juga buruk; Tubuh manusia terdiri empat unsur, padat, cair, panas dan udara; Tubuh manusia sangat rapuh, menjadi sarang penyakit, sumber kelapukan, Sembilan lobang mengeluarkan kotoran setiap saat. Untuk itu, renungkan tubuh ini kotor menjijikan untuk mengikis nafsu dan kemelekatan terhadap tubuh gabungan palsu ini; Pinjamkan tubuh palsu ini untuk membina diri. Gunakan Tubuh daging ini untuk mencari dan menemukan tubuh sejati Dharmakaya.

2. 觀受是苦
Merenungkan perasaan adalah derita; Wujud manusia terdiri pancaskandha yaitu, rupa, perasaan, pikiran, pencerapan dan kesadaran; Karena ada kebodohan ada nya wujud kelahiran baru, adanya organ tubuh muncullah kesan kesan, adanya kesan kesan timbullah bentuk bentuk perasaan; Semua bentuk perasaan adalah khayalan yang menimbulkan kondisi dualitas suka atau tidak suka; Ekstrimnya mengarah kepada serakah dan membenci; Aktivitas dualitas inilah sumber derita. Hati memunculkan kondisi hati, ia akan memunculkan empat corak yaitu: timbul, melekat, berubah dan lenyap. Bila timbul lenyap sudah lenyap itulah sunyi Nirvana kebahagiasn sejati.

3。 觀心無常
Merenungkan hati tidaklah kekal.
Hati benar itu tidak tergerak tidak berkondisi, tidak berlokasi, bebas dari ruang dan waktu; Tapi manusia awam gunakan hati khayal, wujud hati khayal itu timbul-lenyap, bertambah-berkurang, kotor-murni; Hati manusia awam dipermainkan oleh kondisi di luar, Menuntut kondisi dan terjerat oleh kondisi yang diciptakan oleh khayalan dirinya sendiri; Hati timbul memasuki Triloka dhatu, Hati lenyap keluar dari Triloka dhatu; Hati sunya/kosong maka semua derita lenyap. Hati welas asih murmi tanpa sang aku jadilah Bodhisattva.

4. 觀法無我
Merenungkan Dharma tiada kepemilikkanku
Pengertian Dharma disini adalah buah pikiran atau kondisi pikiran/ hati. Semua fenomena yang terbentuk berawal dari kekosongan; Semua keberadaan berintikan kekosongan; Semua perubahan terjadi karena karakteristik kekosongan; Dan semua kembali lenyap menjadi natural kekosongan; Di dalam mimpi jelas jelas ada enam alam tumimbal lahir; Setelah peroleh pencerahan hanyalah kosong juga kosong tiada maha chillicosmos.

Sesungguhnya empat perenungan di atas, hanyalah kondisi khayal yang diciptakan dan dibentuk oleh manusia saja, realitanya tidak ada apapun.

執著不破怨成堆,
Kemelekatan tidak lenyap, kebencian menjadi tumpukan.
只因欲念在作祟,
Disebabkan pikiran nafsu yang menjeratnya.
用盡生命不停追,
Gunakan sepanjang hidup tidak berhenti mengejar
終將化成一團灰。
Akhirnya berubah menjadi kumpulan abu.

Manusia awam selama lahir dan hidup kecenderungan hanya sibuk dalam mengenyam pendidikan, sibuk dalam usaha mata pencaharian, sibuk ngurusi keluarga, sibuk mencari kenikmatan, ending storynya apa? mati! Selama hidup begitu sibuk setelah mati apa yang dibawa? hanya kesadaran dan karmanya yang menyertai; Setelah mati dan hidup kembali, berganti wajah, berganti tubuh, berganti jenis kelamin, berganti kulit pembungkus tubuh, berganti orang tua, berganti tempat kelahiran, berganti kondisi sesuai jodoh dan karmanya masing masing;

Sebelum mencapai kesucian untuk keluar dari siklus kelahiran dan kematian yang berulang ulang di enam alam tumimbal lahir; Menyedihkan manusia hanya sibuk dalam dunia khayal, tidakkah lelah dan jenuh? selalu sibuk dan sukses dalam dunia khayal?

Sutra Hati disabdakan, Dapat menampakkan Pancaskandha adalah sunya/ kosong, semua derita lenyap adanya; Berapa banyak hati anda muncul berapa banyak pula kelahiran muncul; Hati buruk terlahir di tiga alam celaka; Hati bajik terlahir di tiga alam bahagia; Bila hati sunya berakhirlah kelahiran anda.

Hanya orang sadar dan bijak menyadari dunia ilusi dan kefanaan hidup ini sehingga berjuang untuk membina diri agar keluar dari siklus tumimbal lahir, untuk terlahir di surga Sukhavati.
Semoga kita semua lekas sadar dan hidup bijaksana, demikian harapannya, svaha.

Salam pencerahan. Amituofo.